"Ayah, hari ini, ada kesalahpahaman di keluarga kami. Jadi, sekarang, suasana hati ayahku kurang baik, sehingga sikapnya juga kurang baik .... Jangan dianggap serius, ya!" kata Jovita.Mendengar ucapan Jovita, Rudi menghentikan langkahnya dan menatap Jovita dengan tatapan menghina. Rudi sudah tidak lagi memiliki rasa sayang seperti sebelumnya terhadap Jovita. Dia berkata dengan dingin, "Nona Jovita, kamu berpikir terlalu jauh. Mana mungkin aku mendendam pada ayahmu? Sebaiknya kamu cepat kembali dan temani orang tuamu. Ke depannya, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi!"Mendengar ucapan Rudi, Jovita merasa terpukul. "Ayah nggak menginginkanku lagi, ya?" tanya Jovita.Dengan ekspresi dingin, Rudi menjawab, "Lagi pula, kita memang sama sekali nggak berhubungan, 'kan? Jadi, apa lagi yang perlu dibahas?! Silakan menyingkir, aku masih ada urusan lain!"Jovita berpikir bahwa dia sudah celaka, jadi dia bertanya dengan hati-hati, "Kalau begitu, peran utamaku ...."Rudi tersenyum secara pa
Clara, istrinya Rudi, berjalan menghampiri mereka dan melihat wajah Jovita yang penuh akan riasan. Dia langsung mengangkat tangannya dan menampar Jovita, lalu berkata, "Dasar anak haram yang nggak tahu malu! Kenapa kamu menarik suamiku?!"Jovita pun tidak berani bersikap sombong dan sok hebat seperti biasanya. Dia memegang pipinya dengan ekspresi bersalah dan berkata, "Aku ... aku ...."Orang lewat yang mendengar kerusuhan ini pun datang menonton keramaian ....Rudi takut dikenal orang lain, sehingga hal ini tersebar. Dia pun bergegas pergi menarik istrinya sambil berkata, "Ini rumah sakit, ada orang di mana-mana! Sayang, ayo kita bicarakan di rumah!"Namun, Clara malah menepis tangan Rudi dan berkata, "Kamu macam-macam di luar juga nggak takut malu! Untuk apa aku takut malu?!""Sayangku, kumohon ..." kata Rudi."Rudi, jangan lupa. Dulu, saat kita menikah, kita membuat perjanjian pranikah! Dalam perjanjian itu, ditetapkan bahwa kalau kamu ketahuan berselingkuh, kamu harus keluar dari r
Wulan tahu bahwa istrinya Rudi memiliki latar belakang keluarga yang kuat dan tidak bisa disinggung dengan mudah. Jika Clara benar-benar mengira bahwa Jovita adalah putrinya Rudi, masa depan Jovita akan hancur!Sambil memikirkan hal ini, Wulan hanya bisa berkata dengan jujur, "Maaf, saya meminta seseorang untuk melakukannya. Saya hanya ingin mendapatkan lebih banyak pekerjaan untuk putri saya melalui Tuan Rudi! Sebenarnya, mereka benar-benar nggak memiliki hubungan darah sama sekali. Hasil tes DNA itu palsu. Kalau nggak percaya, Nyonya bisa pergi cari tahu ...."Dengan ekspresi penuh kebencian, Rudi yang berada di satu sisi berkata, "Wulan, kamu ...."Darius juga membelalakkan matanya dan berkata, "Wulan, kamu ...."Hampir secara bersamaan, kedua pria ini bersuara, mereka merasa muak dengan perilaku Wulan yang sangat tidak tahu malu!Wulan sepertinya tidak sedang berbohong, ucapannya juga masuk akal, jadi Clara mulai percaya.Melihat istrinya sudah agak tenang, Rudi bergegas membawa is
Jovita dan Wulan kembali ke ruang rawat Wulan dan mengambil barang mereka. Kedua orang ini bersiap-siap untuk bergegas pulang dan membujuk Darius.Begitu mereka memasuki ruang rawat itu, mereka melihat Pamela yang sedang duduk di kursi sambil tidur siang dengan sangat santai.Hal ini membuat Jovita dan Wulan yang memang sudah merasa terpukul naik darah!Jovita berjalan maju untuk mendorong Pamela. Namun, sayangnya, dia tidak berhasil, pergelangan tangannya malah ditahan oleh Pamela tepat waktu.Pamela memegang pergelangan tangan Jovita dan membuka matanya dengan lelah. "Kenapa Kakak mau diam-diam menyerangku?" tanya Pamela.Jovita menarik kembali tangannya dengan kesal dan bertanya dengan suara melengking, "Pamela, semuanya yang terjadi hari ini rencanamu, 'kan?!"Wulan juga berkata dengan penuh kebencian, "Benar, pasti semuanya perbuatanmu. Dasar wanita sialan!"Pamela memiringkan kepalanya dengan heran dan bertanya, "Maksudnya? Apa yang sudah kulakukan? Sampai hari ini, bukankah semu
Namun, kenyataannya sama sekali tidak seperti ucapan orang-orang di pencarian populer itu!Jovita merasa murka. Dulu, dialah yang menyogok orang lain untuk membuat seseorang masuk daftar hitam. Kali ini, malah giliran dia yang difitnah seperti ini, sehingga dia merasa sangat tidak berdaya ...."Tuan Marlon, kenyataannya nggak seperti berita itu! Tolong percaya pada saya ...." Jovita berusaha untuk menjelaskan dengan terburu-buru.Namun, Marlon tidak goyah. Dia berkata dengan serius, "Nona Jovita, sekarang, masalahnya, bukan aku percaya atau nggak, melainkan adalah apakah orang lain percaya atau nggak padamu! Kalau kamu nggak setuju untuk mengakhiri kontrak dengan damai, kita juga bisa melewati jalan hukum. Tapi, jangan salahkan aku kalau nanti kamu kalah dan harus bayar kompensasi mahal!"Jovita tentu saja tidak percaya diri. Bagaimana mungkin dia bisa menang dalam gugatan hukum melawan Perusahaan Vasant? Setelah berpikir sejenak, dia hanya bisa berkompromi dengan Marlon. "Baiklah, bia
Melihat Ervin, Pamela mengernyit dan bertanya, "Kenapa dia bisa tahu kalau aku di rumah sakit?"Pagi ini, Agam jelas-jelas hanya mengantarkan Pamela ke Kediaman Alister.Jangan-jangan Agam mengirimkan seseorang untuk membuntutinya?Ervin menjawab, "Karena Nyonya membawa ponselnya Tuan Agam, jadi Tuan Agam bisa melacak lokasi ponselnya.""Oh."Pamela menunduk dan melihat ponsel pria itu di tangannya, dia merasa kurang nyaman karena diawasi dari kejauhan.Ervin berkata lagi, "Nyonya, Tuan Agam juga tahu kalau kamu memanggil ambulans. Tapi, karena hari ini ada rapat penting di perusahaan, Tuan nggak bisa meninggalkan perusahaan, jadi aku disuruh untuk datang dan menanyakan keadaanmu."Pamela berkata, "Aku nggak apa-apa, ibu tiriku yang terluka.""Baguslah kalau begitu," kata Ervin.Pamela merasa sangat tidak nyaman karena Ervin memanggilnya dengan panggilan "Nyonya".Seingat Pamela, sebelumnya, Ervin selalu memanggilnya dengan panggilan "Nona". Entah mengapa, panggilan ini tiba-tiba berub
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.Setidaknya, lukisan ini memang merupakan lukisan yang Pamela inginkan."Ya, sampaikan terima kasihku pada Tuan Agam, ya!" kata Pamela sambil menekan bel kediaman Keluarga Dirgantara. Dia meminta pengurus rumah untuk mengirimkan seseorang untuk membantunya membawa tiga lukisan ini ke dalam.Ervin menunduk dan melihat ponselnya, lalu kembali bertanya, "Nyonya, Tuan Agam menyuruhku untuk bertanya padamu malam ini mau makan apa."Pamela seketika tercengang. "Hah? Malam ini, Paman mau makan di rumah?"Ervin menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Sepertinya begitu."Pamela mengernyit dengan agak kesal. Dia berpikir, Nenek Frida saja tidak berada di rumah untuk mengawasi mereka, untuk apa Agam pulang?"Terserah, aku nggak pilih-pilih makanan!" jawab Pamela."Emm ... baiklah!" kata Ervin.Sesuai instruksi Agam, Ervin sudah mengantarkan Pamela pulang ke Kediaman Dirgantara dengan aman. Kemudian, Ervin pun naik mobil dan meninggalkan kediaman....Pada saat
Bulan madu?Agam sedikit memicingkan matanya. Dia sama sekali tidak pernah memikirkan bahwa dia perlu pergi bulan madu dengan Pamela.Di satu sisi, Justin berkata dengan kesal, "Kak Derry, kamu berpikir terlalu jauh! Hubungan Kak Agam dan Pamela nggak akan bertahan lama, jadi mereka sama sekali nggak perlu pergi bulan madu. Lagi pula, nanti, Kak Agam akan pergi bulan madu dengan kakakku!""Dasar bocah, kamu nggak mengerti!" kata Derry dengan ekspresi licik. Dengan alis terangkat, Derry bertanya pada Agam yang sedang duduk di kursi dengan ekspresi gelap, "Bagaimana, Agam? Pergi, nggak?"Agam membalikkan halaman dokumen itu sambil berkata, "Hari ini, dia sudah lelah, nggak dulu, deh. Besok pagi, aku akan bawa dia ke sana. Kita ketemu di sana saja."Derry menjentikkan jarinya dan berkata, "Baiklah kalau begitu!"Kemudian, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya dengan elegan, lalu berbalik untuk meninggalkan ruangan.Melihat Justin masih berdiri di ruangan, langkah Derry