Agam menatap lurus ke depan dengan ekspresi gelap. Tanpa melihat Pamela sama sekali, dia berkata dengan kesal, "Turun dari mobil dan duduk di belakang!"Pamela juga merasa sangat kesal. Dia tidak mengatakan kata-kata yang keterlaluan, mengapa pria ini tiba-tiba marah? Aneh sekali!Dia tidak bisa menyinggung Agam, tetapi juga tidak bisa menghindar dari Agam.'Ya sudah, aku turun. Lagi pula, aku lebih tenang kalau duduk di belakang. Aku juga nggak perlu melihat Paman!' pikir Pamela.Pamela melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu. Sebelum dia berpindah ke belakang, dia memelototi pria itu. Namun, dia tiba-tiba menyadari bahwa pria itu sedang mencengkeram setir mobil dengan sangat kuat, seakan-akan sedang menahan sesuatu dengan sekuat tenaganya ....Pamela mengernyit dan bertanya, "Paman nggak enak badan, ya?"Tanpa menjawab pertanyaan Pamela, pria ini berkata dengan tegas, "Cepat turun!"Pamela mulai menyadari ada yang tidak benar. Dia menutup kembali pintu mobil yang baru dia buka, l
Agam menahan kegelisahan dalam dirinya dan mengiakan ucapan Pamela. Dia sebenarnya sudah menebak hal ini.Pamela menatapnya dengan tatapan simpati. Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Masih bisa mengemudi, nggak? Atau aku saja?""Nggak perlu," kata Agam sambil kembali menyalakan mesin mobil. Dia menggenggam setir mobil dan berkata, "Cepat duduk di belakang!""Ya," jawab Pamela.Setelah mengetahui alasan pria ini tiba-tiba menyuruhnya turun dari mobil, Pamela juga tidak kesal lagi.Namun, dia tidak membuka pintu dan turun dari mobil karena hujannya terlalu deras, melainkan langsung melangkah ke belakang dari jok penumpang di depan.Begitu dia melangkah ke belakang dan duduk dengan baik, pria itu langsung menaikkan pembatas antara jok depan dan jok belakang untuk memisahkan ruang antara mereka berdua.Mereka jelas-jelas masih berada di mobil yang sama dan hanya terpisah oleh pembatas yang tipis. Mereka bahkan masih bisa mendengar suara napas satu sama lain ....Suasana hati Pamela s
Nada deringnya berbunyi untuk sesaat sebelum panggilan ini diterima."Halo?" Justin merendahkan suaranya dan berkata dengan sembunyi-sembunyi, "Kak Agam, aku sedang mengerjakan pekerjaan rumahku! Ada apa?""Ini aku," kata Pamela."Pamela?" Karena merasa heran, suara Justin melengking. Dia bergegas berdeham dan bertanya dengan nada sombong, "Pamela, kenapa kamu menghubungiku dengan ponsel Kak Agam?""Coba kutanya, kakakmu di rumah, nggak?" tanya Pamela.Justin menjawab dengan heran, "Kenapa? Ada apa kamu mencari kakakku?"Pamela juga tidak bisa menceritakan hal ini dengan terlalu terus terang pada Justin, dia pun berkata, "Sekarang, Agam memerlukannya. Coba kamu tanyakan pada kakakmu apakah dia punya waktu untuk datang sebentar atau nggak."Justin merasa ada yang aneh, dia pun berkata, "Kakakku di luar negeri, dia belum pulang! Ada apa sebenarnya Kak Agam mencari kakakku? Kenapa dia nggak langsung menghubungi kakakku?"Ternyata orangnya lagi di luar negeri, ya. Cara ini terlalu lama unt
Pria ini sepertinya baru mandi. Dia mengenakan sebuah mantel mandi berwarna putih, rambutnya masih basah. Dia terlihat santai, tetapi ekspresinya tampak suram dan kejam."Emm ... Paman? Sejak kapan kamu keluar?" tanya Pamela.Setelah mandi dengan air dingin, Agam merasa sedikit lebih tenang.Saat dia keluar dari kamar mandi barusan, dia melihat Pamela yang sedang bertelepon di samping jendela.Agam menunduk dan melihat layar ponsel yang menunjukkan bahwa panggilan itu masih terhubung. Dia mematikan panggilan itu dan menatap Pamela dengan tatapan dingin sambil bertanya, "Untuk apa kamu mencari mantan pacarku?"Pamela tidak mengelak, dia menjawab dengan terus terang, "Paman, keadaanmu sekarang harus diselesaikan, jadi aku ....""Jadi, kamu mencari mantan pacarku ke sana kemari?" tanya pria ini dengan nada kesal.Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, tapi masih belum ketemu. Paman, bagaimana kalau kamu menghubungi mantan pacarmu sendiri supaya mereka datang membantumu?"Agam te
Agam menatap Pamela dengan matanya yang merah karena dorongan nafsu, seakan-akan dia sedang menatap mangsanya. "Kalau aku bilang aku tertarik padamu?" kata Agam.Begitu pria ini mengucapkan kata-kata ini, petir menggelegar di luar jendela!Hujan yang awalnya sudah agak mereda tiba-tiba makin deras ....Pamela menatap pria ini dengan ketakutan, lalu tiba-tiba tertawa dan berkata, "Sudah dengar, belum? Paman, bahkan langit pun tahu kamu sedang membohongiku untuk tidur denganmu dan mau menghukummu!"Membohongi Pamela untuk tidur dengannya?!Tatapan Agam langsung menggelap, dia merasa murka ....Pamela membuang napas dan berkata lagi, "Paman, sekarang perasaan itu hanya ilusi karena kamu keracunan, jadi kamu ingin tidur dengan wanita mana pun! Aku bisa mengerti!"Dia bisa mengerti?"Pamela, kamu anggap aku siapa?" kata Agam sambil menatap Pamela dengan tatapan tegas. Napasnya yang panas mengembus di wajah Pamela, dengan aroma rokok mahal yang menyenangkan.Pamela tidak menghindari tatapan
Hari ini, jika Pamela tidak melakukan apa pun, ke depannya, saat dia teringat kembali akan hal ini, dia akan selalu merasa bahwa dia berutang pada pria ini. Hal ini akan menjadi sejenis siksaan mental baginya!Setelah memikirkan hal ini, Pamela menarik napas dalam-dalam dan berseru, "Sebentar! Paman, biar ... biar kubantu!"Langkah Agam terhenti, dia tersentak.Sekarang, Agam merasa seperti vampir yang masih tersisa sedikit kemanusiaannya. Di hadapan manusia berdarah manis, hati nuraninya bertarung dengan hasratnya. Dia berusaha keras untuk menahan diri dari berbalik dan langsung menerkam gadis itu ....Pria itu memicingkan matanya dan bertanya, "Kenapa?"Pamela berjalan ke hadapan pria itu. Setelah ragu-ragu sesaat, Pamela mengulurkan tangannya dan menarik ikatan pinggang mantel mandi itu sambil berkata, "Ada yang memerlukan bantuan mendesak, jadi anggap saja ini bantuan kemanusiaan! Selain itu, Paman nggak jelek, tubuhmu juga sangat bagus. Kali ini, kalau aku membantumu, aku juga ngg
Pamela menatap pria ini sambil mengedipkan matanya dengan canggung dan mengiakan pertanyaan pria ini.Agam sudah mengenakan setelan jas yang bersih dan rapi, yang sepertinya baru diantarkan untuknya oleh Ervin.Pamela berpikir sejenak, lalu menundukkan kepalanya dan berkata, "Emm ... pakaianku sudah robek semua. Tolong minta seseorang untuk mengantarkan dua baju bersih untukku."Agam melirik sekilas ke baju yang sudah robek dan berserak di lantai. Saat dia teringat bahwa dia hampir menghancurkan gadis ini semalam, jejak kepuasan melintas di matanya.Dia menyerahkan kantong belanja yang baru dia dapatkan pada Pamela dan berkata, "Ervin beli baju di pusat perbelanjaan. Kalau nggak cocok, pakai saja dulu, nanti pulang baru ganti."Pamela menerima kantong belanja itu dan berkata, "Terima kasih."Kemudian, dia berbalik dan memasuki kamar mandi. Setelah mandi, dia berganti pakaian.Pakaian yang dibelikan Ervin adalah gaun yang sangat feminin. Baju ini agak kebesaran, tetapi untungnya tidak m
Agam menoleh dan bertanya, "Kamu mau ke mana?"Pamela menjawab, "Tolong antarkan aku ke kediaman Keluarga Alister. Terima kasih."Agam menyalakan mesin mobil dan mobil pun melaju di jalanan. Dia berkata dengan nada yang sangat tenang, "Jangan lakukan pekerjaanmu sebagai asisten artis itu lagi. Aku menyuruh Ervin mengaturkan sebuah pekerjaan untukmu supaya kamu bisa menghabiskan waktu di sana, bukan supaya kamu pergi melayani orang lain."Pamela menoleh dan menatap pria ini sambil berpikir ....Sekarang, dia memiliki status sebagai istrinya Agam. Jika orang lain mengetahui bahwa istrinya Agam yang terhormat malah menjadi asisten seorang artis kecil-kecilan di luar, hal ini bisa memengaruhi nama baik Agam.Memikirkan hal ini, Pamela pun mengiakan ucapan Agam dengan sangat kooperatif. "Masih ada beberapa hal yang perlu kuselesaikan. Setelah itu, aku akan berhenti melakukan pekerjaan ini," kata Pamela.Tanpa berbicara lagi, Agam pun mengantarkan Pamela ke kediaman Keluarga Alister.Setelah