Pamela mengambil tisu dari kotak tisu di atas meja dan mengelap tangannya dengan santai sambil berkata, "Setelah kalian berdua melakukan hal seperti itu, memangnya kalian nggak pantas dipukul?"Jika bukan karena trik kedua orang yang tidak bermoral itu, semalam, Pamela tidak akan kehilangan kemurniannya sebagai seorang gadis!Melihat sifat Pamela yang berubah sepenuhnya, Wulan menggertakkan giginya dan berkata, "Pamela, sudah kuduga, kamu biasanya hanya pura-pura patuh di hadapan ayahmu! Hari ini, karena ayahmu nggak di rumah, kamu nggak pura-pura lagi, ya?"Pamela tersenyum sambil berkata, "Tante Wulan juga begitu, 'kan?! Bukankah sikapmu yang lembut dan patuh di hadapan Ayah juga hanya sandiwara? Apakah aku perlu mengatakan hal-hal yang kamu lakukan di belakang Ayah satu per satu?"Ucapan Pamela tepat sasaran, sehingga Wulan makin marah. "Sialan! Aku nggak sepertimu! Memangnya wanita jalang yang nggak punya ibu sepertimu bisa dibandingkan denganku?" seru Wulan sambil menggertakkan gi
Wulan merasa bahwa ancaman Pamela sangat konyol. Dia pun berkata, "Jangan bawa-bawa ayahmu untuk menakut-nakuti aku! Aku bisa jujur denganmu, terus kenapa kalau aku selingkuh? Terus kenapa kalau Jovita itu putriku dengan pria lain?""Kamu kira ayahmu akan percaya dengan omong-kosongmu? Kamu nggak tahu betapa ayahmu menyayangi aku dan Jovita? Dia percaya dengan semua omongan kami! Kalaupun dia marah, kami hanya perlu membujuknya!""Kalau kamu pergi mengucapkan kata-kata seperti itu tanpa bukti, dia hanya akan menganggap bahwa kamu sedang adu domba! Lupakan saja!" seru Wulan."Oh? Benarkah begitu?" Pamela tersenyum. Kemudian, dia menoleh dan berteriak ke arah pintu, "Ayah sudah dengar, 'kan? Tante Wulan sudah mengakui kalau dia selingkuh!"Wulan dan Jovita langsung tercengang. Mereka menatap ke arah pintu dengan tatapan terkejut ....Pintu rumah mereka ditendang oleh seseorang. Darius berjalan masuk dengan wajah suram dan berteriak dengan penuh amarah, "Dasar wanita jalang! Wulan, kamu s
Wulan bersandar di pelukan Darius sambil batuk-batuk. Kemudian, dia berkata, "Aku nggak bersalah, jadi aku nggak takut pada pemeriksaan apa pun! Darius, ayo pergi. Kita pergi tes DNA sekarang juga. Kalau hari ini kebenarannya nggak terungkapkan, nggak ada gunanya aku terus hidup ...."Sebelum Wulan menyelesaikan ucapannya, matanya sudah terpejam setengah, dia terlihat kesakitan dan seolah-olah akan jatuh pingsan ...."Ibu! Ibu, ada apa?!" teriak Jovita.Jovita menerjang dan berlutut di samping Wulan sambil mengguncang-guncang tubuh ibunya dengan cemas. "Ibu, jangan takuti aku! Jangan tinggalkan aku! Huhuhu ...."Darius juga mulai panik. "Wulan! Wulan, cepat bangun ...."Wulan langsung memejamkan matanya dan berpura-pura kehilangan kesadaran.Jovita sebenarnya tahu bahwa Wulan sedang bersandiwara, jadi dia sama sekali tidak khawatir. Namun, untuk membantu sandiwara ibunya, dia juga berpura-pura menangis dan berkata dengan penuh kebencian, "Ayah, situasinya sudah sampai seperti ini, tapi
"Pamela, awalnya, hari ini adalah hari yang baik! Kalau kamu nggak pulang, sekarang, kami sekeluarga seharusnya sedang sarapan dengan senang di rumah! Tapi, begitu kamu pulang, kamu langsung membuat kita semua pergi ke rumah sakit, sehingga ibuku harus diopname dan diinfus! Coba katakan, apa yang sebenarnya kamu inginkan?!" seru Jovita.Pamela berkata dengan tenang, "Seingatku, tadi kata dokter Tante Wulan hanya terkena luka ringan dan nggak perlu diopname. Bukankah kalian yang bersikeras mau tinggal di rumah sakit?"Jovita menggertakkan giginya dengan penuh amarah dan menunjuk Pamela sambil berkata, "Kamu masih saja berdalih ....""Jangan berisik! Sekarang, Wulan perlu istirahat!" Darius menoleh dan memelototi Pamela dengan tatapan marah sambil berkata, "Pamela, kalau nggak ada urusan lain lagi, pergi saja! Jangan membuat Tante Wulan marah hingga sakit lagi karena melihatmu!"Mendengar ayahnya membela dirinya dan mengusir Pamela, Jovita seketika tersenyum dengan bangga.Jika Pamela in
Pamela menatap Wulan dan mengernyit sambil bertanya, "Tante Wulan yakin?"Wulan tersenyum dengan sombong dan berkata, "Jovita adalah anakku yang kulahirkan sendiri, mana mungkin aku nggak tahu siapa ayahnya? Pamela, kalau kamu ingin menyerangku dengan cara ini, kamu benar-benar sudah salah karena Jovita 100% darah dagingku dan Darius! Hahaha ...."Pamela mengernyit, seakan-akan dia merasa frustrasi. "Nggak mungkin, deh? Mana mungkin Rudi bersedia mengangkat anak yang kamu lahirkan dengan pria lain sebagai anak angkatnya?"Mendengar nama Rudi, mata Wulan berkilau. Kemudian, dia memelototi Pamela dengan tatapan menghina dan berkata, "Wanita jalang sepertimu nggak layak untuk mengetahui alasannya! Intinya, nanti kalau hasil tes DNA-nya sudah keluar, kamu akan dihujat ayahmu! Sedangkan aku dan Jovita akan makin disayang dan dikasihani oleh ayahmu!"Brak!Pada saat ini, pintu ruang rawat ini tiba-tiba dibuka dengan kasar dan Rudi berjalan masuk dengan wajah marah. "Wulan, ternyata kamu berb
"Ayah, hari ini, ada kesalahpahaman di keluarga kami. Jadi, sekarang, suasana hati ayahku kurang baik, sehingga sikapnya juga kurang baik .... Jangan dianggap serius, ya!" kata Jovita.Mendengar ucapan Jovita, Rudi menghentikan langkahnya dan menatap Jovita dengan tatapan menghina. Rudi sudah tidak lagi memiliki rasa sayang seperti sebelumnya terhadap Jovita. Dia berkata dengan dingin, "Nona Jovita, kamu berpikir terlalu jauh. Mana mungkin aku mendendam pada ayahmu? Sebaiknya kamu cepat kembali dan temani orang tuamu. Ke depannya, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi!"Mendengar ucapan Rudi, Jovita merasa terpukul. "Ayah nggak menginginkanku lagi, ya?" tanya Jovita.Dengan ekspresi dingin, Rudi menjawab, "Lagi pula, kita memang sama sekali nggak berhubungan, 'kan? Jadi, apa lagi yang perlu dibahas?! Silakan menyingkir, aku masih ada urusan lain!"Jovita berpikir bahwa dia sudah celaka, jadi dia bertanya dengan hati-hati, "Kalau begitu, peran utamaku ...."Rudi tersenyum secara pa
Clara, istrinya Rudi, berjalan menghampiri mereka dan melihat wajah Jovita yang penuh akan riasan. Dia langsung mengangkat tangannya dan menampar Jovita, lalu berkata, "Dasar anak haram yang nggak tahu malu! Kenapa kamu menarik suamiku?!"Jovita pun tidak berani bersikap sombong dan sok hebat seperti biasanya. Dia memegang pipinya dengan ekspresi bersalah dan berkata, "Aku ... aku ...."Orang lewat yang mendengar kerusuhan ini pun datang menonton keramaian ....Rudi takut dikenal orang lain, sehingga hal ini tersebar. Dia pun bergegas pergi menarik istrinya sambil berkata, "Ini rumah sakit, ada orang di mana-mana! Sayang, ayo kita bicarakan di rumah!"Namun, Clara malah menepis tangan Rudi dan berkata, "Kamu macam-macam di luar juga nggak takut malu! Untuk apa aku takut malu?!""Sayangku, kumohon ..." kata Rudi."Rudi, jangan lupa. Dulu, saat kita menikah, kita membuat perjanjian pranikah! Dalam perjanjian itu, ditetapkan bahwa kalau kamu ketahuan berselingkuh, kamu harus keluar dari r
Wulan tahu bahwa istrinya Rudi memiliki latar belakang keluarga yang kuat dan tidak bisa disinggung dengan mudah. Jika Clara benar-benar mengira bahwa Jovita adalah putrinya Rudi, masa depan Jovita akan hancur!Sambil memikirkan hal ini, Wulan hanya bisa berkata dengan jujur, "Maaf, saya meminta seseorang untuk melakukannya. Saya hanya ingin mendapatkan lebih banyak pekerjaan untuk putri saya melalui Tuan Rudi! Sebenarnya, mereka benar-benar nggak memiliki hubungan darah sama sekali. Hasil tes DNA itu palsu. Kalau nggak percaya, Nyonya bisa pergi cari tahu ...."Dengan ekspresi penuh kebencian, Rudi yang berada di satu sisi berkata, "Wulan, kamu ...."Darius juga membelalakkan matanya dan berkata, "Wulan, kamu ...."Hampir secara bersamaan, kedua pria ini bersuara, mereka merasa muak dengan perilaku Wulan yang sangat tidak tahu malu!Wulan sepertinya tidak sedang berbohong, ucapannya juga masuk akal, jadi Clara mulai percaya.Melihat istrinya sudah agak tenang, Rudi bergegas membawa is
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen