Agam menatap Pamela dengan matanya yang merah karena dorongan nafsu, seakan-akan dia sedang menatap mangsanya. "Kalau aku bilang aku tertarik padamu?" kata Agam.Begitu pria ini mengucapkan kata-kata ini, petir menggelegar di luar jendela!Hujan yang awalnya sudah agak mereda tiba-tiba makin deras ....Pamela menatap pria ini dengan ketakutan, lalu tiba-tiba tertawa dan berkata, "Sudah dengar, belum? Paman, bahkan langit pun tahu kamu sedang membohongiku untuk tidur denganmu dan mau menghukummu!"Membohongi Pamela untuk tidur dengannya?!Tatapan Agam langsung menggelap, dia merasa murka ....Pamela membuang napas dan berkata lagi, "Paman, sekarang perasaan itu hanya ilusi karena kamu keracunan, jadi kamu ingin tidur dengan wanita mana pun! Aku bisa mengerti!"Dia bisa mengerti?"Pamela, kamu anggap aku siapa?" kata Agam sambil menatap Pamela dengan tatapan tegas. Napasnya yang panas mengembus di wajah Pamela, dengan aroma rokok mahal yang menyenangkan.Pamela tidak menghindari tatapan
Hari ini, jika Pamela tidak melakukan apa pun, ke depannya, saat dia teringat kembali akan hal ini, dia akan selalu merasa bahwa dia berutang pada pria ini. Hal ini akan menjadi sejenis siksaan mental baginya!Setelah memikirkan hal ini, Pamela menarik napas dalam-dalam dan berseru, "Sebentar! Paman, biar ... biar kubantu!"Langkah Agam terhenti, dia tersentak.Sekarang, Agam merasa seperti vampir yang masih tersisa sedikit kemanusiaannya. Di hadapan manusia berdarah manis, hati nuraninya bertarung dengan hasratnya. Dia berusaha keras untuk menahan diri dari berbalik dan langsung menerkam gadis itu ....Pria itu memicingkan matanya dan bertanya, "Kenapa?"Pamela berjalan ke hadapan pria itu. Setelah ragu-ragu sesaat, Pamela mengulurkan tangannya dan menarik ikatan pinggang mantel mandi itu sambil berkata, "Ada yang memerlukan bantuan mendesak, jadi anggap saja ini bantuan kemanusiaan! Selain itu, Paman nggak jelek, tubuhmu juga sangat bagus. Kali ini, kalau aku membantumu, aku juga ngg
Pamela menatap pria ini sambil mengedipkan matanya dengan canggung dan mengiakan pertanyaan pria ini.Agam sudah mengenakan setelan jas yang bersih dan rapi, yang sepertinya baru diantarkan untuknya oleh Ervin.Pamela berpikir sejenak, lalu menundukkan kepalanya dan berkata, "Emm ... pakaianku sudah robek semua. Tolong minta seseorang untuk mengantarkan dua baju bersih untukku."Agam melirik sekilas ke baju yang sudah robek dan berserak di lantai. Saat dia teringat bahwa dia hampir menghancurkan gadis ini semalam, jejak kepuasan melintas di matanya.Dia menyerahkan kantong belanja yang baru dia dapatkan pada Pamela dan berkata, "Ervin beli baju di pusat perbelanjaan. Kalau nggak cocok, pakai saja dulu, nanti pulang baru ganti."Pamela menerima kantong belanja itu dan berkata, "Terima kasih."Kemudian, dia berbalik dan memasuki kamar mandi. Setelah mandi, dia berganti pakaian.Pakaian yang dibelikan Ervin adalah gaun yang sangat feminin. Baju ini agak kebesaran, tetapi untungnya tidak m
Agam menoleh dan bertanya, "Kamu mau ke mana?"Pamela menjawab, "Tolong antarkan aku ke kediaman Keluarga Alister. Terima kasih."Agam menyalakan mesin mobil dan mobil pun melaju di jalanan. Dia berkata dengan nada yang sangat tenang, "Jangan lakukan pekerjaanmu sebagai asisten artis itu lagi. Aku menyuruh Ervin mengaturkan sebuah pekerjaan untukmu supaya kamu bisa menghabiskan waktu di sana, bukan supaya kamu pergi melayani orang lain."Pamela menoleh dan menatap pria ini sambil berpikir ....Sekarang, dia memiliki status sebagai istrinya Agam. Jika orang lain mengetahui bahwa istrinya Agam yang terhormat malah menjadi asisten seorang artis kecil-kecilan di luar, hal ini bisa memengaruhi nama baik Agam.Memikirkan hal ini, Pamela pun mengiakan ucapan Agam dengan sangat kooperatif. "Masih ada beberapa hal yang perlu kuselesaikan. Setelah itu, aku akan berhenti melakukan pekerjaan ini," kata Pamela.Tanpa berbicara lagi, Agam pun mengantarkan Pamela ke kediaman Keluarga Alister.Setelah
Pamela mengambil tisu dari kotak tisu di atas meja dan mengelap tangannya dengan santai sambil berkata, "Setelah kalian berdua melakukan hal seperti itu, memangnya kalian nggak pantas dipukul?"Jika bukan karena trik kedua orang yang tidak bermoral itu, semalam, Pamela tidak akan kehilangan kemurniannya sebagai seorang gadis!Melihat sifat Pamela yang berubah sepenuhnya, Wulan menggertakkan giginya dan berkata, "Pamela, sudah kuduga, kamu biasanya hanya pura-pura patuh di hadapan ayahmu! Hari ini, karena ayahmu nggak di rumah, kamu nggak pura-pura lagi, ya?"Pamela tersenyum sambil berkata, "Tante Wulan juga begitu, 'kan?! Bukankah sikapmu yang lembut dan patuh di hadapan Ayah juga hanya sandiwara? Apakah aku perlu mengatakan hal-hal yang kamu lakukan di belakang Ayah satu per satu?"Ucapan Pamela tepat sasaran, sehingga Wulan makin marah. "Sialan! Aku nggak sepertimu! Memangnya wanita jalang yang nggak punya ibu sepertimu bisa dibandingkan denganku?" seru Wulan sambil menggertakkan gi
Wulan merasa bahwa ancaman Pamela sangat konyol. Dia pun berkata, "Jangan bawa-bawa ayahmu untuk menakut-nakuti aku! Aku bisa jujur denganmu, terus kenapa kalau aku selingkuh? Terus kenapa kalau Jovita itu putriku dengan pria lain?""Kamu kira ayahmu akan percaya dengan omong-kosongmu? Kamu nggak tahu betapa ayahmu menyayangi aku dan Jovita? Dia percaya dengan semua omongan kami! Kalaupun dia marah, kami hanya perlu membujuknya!""Kalau kamu pergi mengucapkan kata-kata seperti itu tanpa bukti, dia hanya akan menganggap bahwa kamu sedang adu domba! Lupakan saja!" seru Wulan."Oh? Benarkah begitu?" Pamela tersenyum. Kemudian, dia menoleh dan berteriak ke arah pintu, "Ayah sudah dengar, 'kan? Tante Wulan sudah mengakui kalau dia selingkuh!"Wulan dan Jovita langsung tercengang. Mereka menatap ke arah pintu dengan tatapan terkejut ....Pintu rumah mereka ditendang oleh seseorang. Darius berjalan masuk dengan wajah suram dan berteriak dengan penuh amarah, "Dasar wanita jalang! Wulan, kamu s
Wulan bersandar di pelukan Darius sambil batuk-batuk. Kemudian, dia berkata, "Aku nggak bersalah, jadi aku nggak takut pada pemeriksaan apa pun! Darius, ayo pergi. Kita pergi tes DNA sekarang juga. Kalau hari ini kebenarannya nggak terungkapkan, nggak ada gunanya aku terus hidup ...."Sebelum Wulan menyelesaikan ucapannya, matanya sudah terpejam setengah, dia terlihat kesakitan dan seolah-olah akan jatuh pingsan ...."Ibu! Ibu, ada apa?!" teriak Jovita.Jovita menerjang dan berlutut di samping Wulan sambil mengguncang-guncang tubuh ibunya dengan cemas. "Ibu, jangan takuti aku! Jangan tinggalkan aku! Huhuhu ...."Darius juga mulai panik. "Wulan! Wulan, cepat bangun ...."Wulan langsung memejamkan matanya dan berpura-pura kehilangan kesadaran.Jovita sebenarnya tahu bahwa Wulan sedang bersandiwara, jadi dia sama sekali tidak khawatir. Namun, untuk membantu sandiwara ibunya, dia juga berpura-pura menangis dan berkata dengan penuh kebencian, "Ayah, situasinya sudah sampai seperti ini, tapi
"Pamela, awalnya, hari ini adalah hari yang baik! Kalau kamu nggak pulang, sekarang, kami sekeluarga seharusnya sedang sarapan dengan senang di rumah! Tapi, begitu kamu pulang, kamu langsung membuat kita semua pergi ke rumah sakit, sehingga ibuku harus diopname dan diinfus! Coba katakan, apa yang sebenarnya kamu inginkan?!" seru Jovita.Pamela berkata dengan tenang, "Seingatku, tadi kata dokter Tante Wulan hanya terkena luka ringan dan nggak perlu diopname. Bukankah kalian yang bersikeras mau tinggal di rumah sakit?"Jovita menggertakkan giginya dengan penuh amarah dan menunjuk Pamela sambil berkata, "Kamu masih saja berdalih ....""Jangan berisik! Sekarang, Wulan perlu istirahat!" Darius menoleh dan memelototi Pamela dengan tatapan marah sambil berkata, "Pamela, kalau nggak ada urusan lain lagi, pergi saja! Jangan membuat Tante Wulan marah hingga sakit lagi karena melihatmu!"Mendengar ayahnya membela dirinya dan mengusir Pamela, Jovita seketika tersenyum dengan bangga.Jika Pamela in