Meskipun Ariel tidak berinisiatif untuk memberitahunya, Justin tidak bermaksud berbohong padanya. Saat Justin bertanya, Ariel langsung menjawabnya.Melihat jawaban Ariel, Justin menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Saat ini, tangannya terlihat sedikit gemetar.Pamela menyadari sesuatu yang aneh pada Justin. "Kenapa kamu termenung?"Justin tersadar dari lamunannya. Dia mengusap matanya yang merah dengan perasaan bersalah. "Nggak ... nggak ada apa-apa!"Pamela menyipitkan matanya dan menatap Justin yang berusaha untuk tidak menangis. "Kenapa kamu? Apakah Ariel mencampakkanmu?"Justin tahu bahwa kemampuan aktingnya tidak bagus, jadi dia membuang muka dan berkata, "Bukan! Aku akan mengikuti ujian, aku pergi belajar dulu!"Setelah berkata, Justin berlari ke atas seolah-olah sedang melarikan diri.Pamela merasakan Justin terlihat sedikit aneh ....Jason menyela, "Jangan perhatikan dia. Dia memang seperti itu. Suasana hatinya terus berubah."Pamela mengerutkan keningnya. Benarkah?"
Petugas berkata, "Brosur jenis apa yang ingin kamu cetak? Setelah kami mendesain dan menatanya, brosur itu dapat dicetak dalam waktu sekitar tiga puluh menit!"Sophia berkata, "Nggak perlu mendesain terlalu rumit, makin cepat makin baik!""Oke, kalau begitu kami akan menggunakan pengaturan huruf yang paling sederhana untukmu! Kami akan mencoba mencetaknya dalam waktu lima belas menit!"...Malam hari.Setelah Pamela menyelesaikan makan malamnya, dia berjalan-jalan di taman Kediaman Yanuar sambil menikmati angin malam dan memandangi bulan.Saat Pamela berjalan, dia mendengar seseorang mengeluh di depannya."Benar-benar! Nggak tahu penjual bodoh mana yang datang ke sini untuk membagikan brosur!""Betul! Orang-orang yang nggak tertarik membuang brosur itu begitu saja dan angin meniupkannya ke taman. Brosur itu terbang ke mana-mana!"Saat dua pelayan yang sedang menyapu lantai bergumam, mereka mendengar langkah kaki mendekat ....Saat mereka menoleh ke belakang, mereka melihat Pamela.Kedu
Memangnya kenapa jika itu benar-benar adalah Agam?Agam tidak ada hubungannya lagi dengan Pamela!Pamela melempar brosur itu. Tanpa berhenti sedetik pun, Pamela berbalik dan berjalan cepat kembali ke dalam rumah ....Melihat Pamela berjalan terburu-buru, kedua pelayan itu merasa sedikit khawatir. Mereka mengejar Pamela."Nona Pamela, jalan pelan-pelan! Hati-hati, jangan sampai jatuh ....""Nona Pamela ...."...Pamela berlari ke dalam rumah dengan terengah-engah. Saat ini, Jason sedang duduk di sofa sambil memeriksa pekerjaan rumah Justin ....Dia berjalan dengan cepat dan bertanya, "Apakah yang terjadi pada Agam benar?"Mendengar pertanyaan adiknya, Jason mengangkat kepalanya. Ekspresinya membeku dan alisnya berkerut. "Siapa yang memberitahumu?"Saat Pamela melihat reaksi Jason, kemudian memikirkan tentang banyak detail yang tidak biasa dalam dua hari terakhir, termasuk situasi ketika Sophia datang menemuinya di sore hari. Pamela yakin bahwa isi brosur tadi adalah benar!Mata Pamela m
Di rumah sakit.Setelah dokter merawat Pamela, dia keluar dan menjelaskan kepada keluarganya, "Pasien pingsan karena perubahan suasana hati yang berlebihan. Untungnya, dia dibawa ke sini tepat waktu. Ibu dan anak baik-baik saja!"Setelah mendengarkan kata-kata dokter, ekspresi gugup Jason dan Justin menjadi rileks. Kemudian, mereka menghela napas lega.Dokter menambahkan, "Tapi, tanggal kelahiran pasien akan segera tiba. Dia dapat melahirkan prematur kapan saja setelah terstimulasi. Kami sarankan agar dia langsung dirawat di rumah sakit untuk menunggu persalinan!"Jason juga merencanakan hal ini. Pamela terstimulasi, jadi dia merasa tidak tenang membawa Pamela pulang.Jadi, Jason mengangkat dagunya dan berkata pada Calvin di sampingnya, "Pergi dan urus prosedur rawat inap Pamela di rumah sakit."Calvin menerima perintah Jason. "Ya, Tuan Muda!"Melihat Calvin pergi untuk mengurus prosedur rawat inap, Justin mengerutkan kening dan menatap kakaknya lagi, "Kak, bagaimana mungkin Kak Agam .
Pamela menatap Jason dengan ekspresi datar, lalu berseru lagi, "Kak."Jason sangat bersemangat hingga tangannya gemetar. "Pamela, katakan sekali lagi, aku nggak mendengarmu dengan jelas!"Pamela sedikit acuh tak acuh dan mengerutkan keningnya. Namun, dia masih memanggilnya lagi."Kak, aku ingin makan kue."Mata Jason memerah karena emosi. "Oke, aku akan segera meminta seseorang untuk membelikannya!"Pamela mengangguk dengan patuh. "Yah. Aku sedikit haus dan ingin minum air ...."Jason segera berdiri, lalu berkata, "Oke, aku akan mengambilkanmu air sekarang!"Jason berbalik, lalu melihat ke bangsal yang kosong. Mereka baru saja pindah, jadi mereka belum mengisi air hangat.Jason sudah terbiasa menyuruh Calvin untuk mengambil air hangat. Namun, ternyata Calvin sedang mengurus prosedur rawat inap dan belum kembali."Pamela, tunggu sebentar! Nggak ada air di sini. Aku akan meminta Justin mengambilkanmu air hangat."Pamela menjawab dengan patuh.Jason keluar dari bangsal dengan membawa boto
Sophia berpura-pura kebingungan dan berkata, "Tuan Jason, apa kamu punya bukti? Kalau nggak punya bukti, kamu nggak boleh menuduhku seperti ini! Aku cuma ingin menjenguk Pamela, Agam sudah tiada, sebagai teman lama Agam, aku ingin membantunya menjaga istri dan anaknya ...."Sambil bicara, perlahan Sophia mulai terisak.Jason tak akan termakan drama wanita ini, dia hanya ingin segera mengambil air panas dan kembali ke kamar Pamela, tidak ingin beromong kosong dengan Sophia lagi, "Cukup, kamu nggak disambut di sini, Pamela juga nggak ingin bertemu denganmu."Melihat Jason tidak terbujuk dengan cara halus, Sophia mulai bersikap kasar, "Tuan Jason, apa hubunganmu dengan Pamela? Atas dasar apa kamu bilang dia nggak ingin bertemu denganku? Apa hakmu melarangku menjenguknya?"Jason menjawab dengan nada dingin, "Tentu aku punya hak, mengenai hubunganku dengan Pamela, nggak ada hubungannya denganmu, aku nggak perlu melapor padamu!"Setelah bicara, Jason langsung melangkah ke ruang air minum.Di
Setelah menstabilkan napasnya, Pamela hanya duduk diam dan tidak berbicara.Sophia menoleh menatapnya, kemudian bertanya, "Pamela, kenapa kamu nggak bicara? Kamu nggak tanya ke mana aku akan membawamu?Tatapan Pamela tertuju ke depan, tidak menatap Sophia, "Tadi 'kan kamu sudah bilang, ke TKP mencari petunjuk," jawabnya.Sophia bertanya dengan penasaran, "Kamu nggak takut?"Pamela menjawab tanpa ekspresi, "Kalau kamu takut, kamu boleh turun, pinjami aku mobilmu, berikan alamatnya padaku, aku akan ke sana sendiri."Sophia tertegun sejenak, kemudian berkata, "Tentu aku nggak takut, aku harap Agam masih hidup, semoga jenazah itu bukan Agam! Karena itu, aku nggak takut apapun!""Kalau begitu nggak usah banyak omong kosong! Fokus saja mengemudi," balas Pamela.Sophia terdiam.Dia melirik perut bulat Pamela, rasanya saat ini Pamela tidak peduli pada tubuhnya sendiri maupun anak dalam kandungannya?Demi Agam, dia rela melakukan apapun!Tampaknya tak peduli sekejam apapun mulut Pamela, hatinya
Sophia juga menyalakan senter di ponselnya, dia berjalan di sisi Pamela dan bertanya kebingungan, "Pamela, sekarang apa yang harus kita lakukan?"Pamela melihat sekeliling dengan saksama dan menjawab dengan tenang, "Cari! Lihat apakah ada benda yang mencurigakan di dekat sini!"Sophia mengangguk, lalu melihat sekeliling yang gelap, kemudian berkata lagi, "Tapi, tempat ini besar sekali, bagaimana kita bisa menemukannya? Lagi pula tadi siang polisi sudah memeriksanya, seharusnya nggak ada benda yang mencurigakan lagi ...."Pamela merasa Sophia berisik, memangnya dia belum memikirkan hal ini sebelum membawanya ke sini? Kalau punya waktu untuk beromong kosong sekarang, mengapa tidak menggunakannya untuk mencari petunjuk?Pamela mengabaikan Sophia, dia membungkuk, menggali reruntuhan yang menghitam, lalu mengambil benda yang memantulkan cahaya dan melihatnya, ternyata benda itu hanyalah sepotong besi yang rusak, dia membuangnya sambil terus melihat sekeliling ....Karena perut yang besar, d
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen