Di rumah sakit.Setelah dokter merawat Pamela, dia keluar dan menjelaskan kepada keluarganya, "Pasien pingsan karena perubahan suasana hati yang berlebihan. Untungnya, dia dibawa ke sini tepat waktu. Ibu dan anak baik-baik saja!"Setelah mendengarkan kata-kata dokter, ekspresi gugup Jason dan Justin menjadi rileks. Kemudian, mereka menghela napas lega.Dokter menambahkan, "Tapi, tanggal kelahiran pasien akan segera tiba. Dia dapat melahirkan prematur kapan saja setelah terstimulasi. Kami sarankan agar dia langsung dirawat di rumah sakit untuk menunggu persalinan!"Jason juga merencanakan hal ini. Pamela terstimulasi, jadi dia merasa tidak tenang membawa Pamela pulang.Jadi, Jason mengangkat dagunya dan berkata pada Calvin di sampingnya, "Pergi dan urus prosedur rawat inap Pamela di rumah sakit."Calvin menerima perintah Jason. "Ya, Tuan Muda!"Melihat Calvin pergi untuk mengurus prosedur rawat inap, Justin mengerutkan kening dan menatap kakaknya lagi, "Kak, bagaimana mungkin Kak Agam .
Pamela menatap Jason dengan ekspresi datar, lalu berseru lagi, "Kak."Jason sangat bersemangat hingga tangannya gemetar. "Pamela, katakan sekali lagi, aku nggak mendengarmu dengan jelas!"Pamela sedikit acuh tak acuh dan mengerutkan keningnya. Namun, dia masih memanggilnya lagi."Kak, aku ingin makan kue."Mata Jason memerah karena emosi. "Oke, aku akan segera meminta seseorang untuk membelikannya!"Pamela mengangguk dengan patuh. "Yah. Aku sedikit haus dan ingin minum air ...."Jason segera berdiri, lalu berkata, "Oke, aku akan mengambilkanmu air sekarang!"Jason berbalik, lalu melihat ke bangsal yang kosong. Mereka baru saja pindah, jadi mereka belum mengisi air hangat.Jason sudah terbiasa menyuruh Calvin untuk mengambil air hangat. Namun, ternyata Calvin sedang mengurus prosedur rawat inap dan belum kembali."Pamela, tunggu sebentar! Nggak ada air di sini. Aku akan meminta Justin mengambilkanmu air hangat."Pamela menjawab dengan patuh.Jason keluar dari bangsal dengan membawa boto
Sophia berpura-pura kebingungan dan berkata, "Tuan Jason, apa kamu punya bukti? Kalau nggak punya bukti, kamu nggak boleh menuduhku seperti ini! Aku cuma ingin menjenguk Pamela, Agam sudah tiada, sebagai teman lama Agam, aku ingin membantunya menjaga istri dan anaknya ...."Sambil bicara, perlahan Sophia mulai terisak.Jason tak akan termakan drama wanita ini, dia hanya ingin segera mengambil air panas dan kembali ke kamar Pamela, tidak ingin beromong kosong dengan Sophia lagi, "Cukup, kamu nggak disambut di sini, Pamela juga nggak ingin bertemu denganmu."Melihat Jason tidak terbujuk dengan cara halus, Sophia mulai bersikap kasar, "Tuan Jason, apa hubunganmu dengan Pamela? Atas dasar apa kamu bilang dia nggak ingin bertemu denganku? Apa hakmu melarangku menjenguknya?"Jason menjawab dengan nada dingin, "Tentu aku punya hak, mengenai hubunganku dengan Pamela, nggak ada hubungannya denganmu, aku nggak perlu melapor padamu!"Setelah bicara, Jason langsung melangkah ke ruang air minum.Di
Setelah menstabilkan napasnya, Pamela hanya duduk diam dan tidak berbicara.Sophia menoleh menatapnya, kemudian bertanya, "Pamela, kenapa kamu nggak bicara? Kamu nggak tanya ke mana aku akan membawamu?Tatapan Pamela tertuju ke depan, tidak menatap Sophia, "Tadi 'kan kamu sudah bilang, ke TKP mencari petunjuk," jawabnya.Sophia bertanya dengan penasaran, "Kamu nggak takut?"Pamela menjawab tanpa ekspresi, "Kalau kamu takut, kamu boleh turun, pinjami aku mobilmu, berikan alamatnya padaku, aku akan ke sana sendiri."Sophia tertegun sejenak, kemudian berkata, "Tentu aku nggak takut, aku harap Agam masih hidup, semoga jenazah itu bukan Agam! Karena itu, aku nggak takut apapun!""Kalau begitu nggak usah banyak omong kosong! Fokus saja mengemudi," balas Pamela.Sophia terdiam.Dia melirik perut bulat Pamela, rasanya saat ini Pamela tidak peduli pada tubuhnya sendiri maupun anak dalam kandungannya?Demi Agam, dia rela melakukan apapun!Tampaknya tak peduli sekejam apapun mulut Pamela, hatinya
Sophia juga menyalakan senter di ponselnya, dia berjalan di sisi Pamela dan bertanya kebingungan, "Pamela, sekarang apa yang harus kita lakukan?"Pamela melihat sekeliling dengan saksama dan menjawab dengan tenang, "Cari! Lihat apakah ada benda yang mencurigakan di dekat sini!"Sophia mengangguk, lalu melihat sekeliling yang gelap, kemudian berkata lagi, "Tapi, tempat ini besar sekali, bagaimana kita bisa menemukannya? Lagi pula tadi siang polisi sudah memeriksanya, seharusnya nggak ada benda yang mencurigakan lagi ...."Pamela merasa Sophia berisik, memangnya dia belum memikirkan hal ini sebelum membawanya ke sini? Kalau punya waktu untuk beromong kosong sekarang, mengapa tidak menggunakannya untuk mencari petunjuk?Pamela mengabaikan Sophia, dia membungkuk, menggali reruntuhan yang menghitam, lalu mengambil benda yang memantulkan cahaya dan melihatnya, ternyata benda itu hanyalah sepotong besi yang rusak, dia membuangnya sambil terus melihat sekeliling ....Karena perut yang besar, d
Kedua pria itu sudah menebak tempat persembunyian mereka!Pamela menarik Sophia untuk lari bersama, tapi mereka justru tak bergerak selangkah pun.Ternyata Sophia menahan tangannya, mencegahnya melarikan diri.Pamela mengerutkan kening, bertanya dengan panik, "Kenapa bengong? Ayo, lari!"Sophia menarik Pamela, dia menggelengkan kepala sambil berkata, "Pamela, lebih baik kita jangan lari! Perutmu sudah besar, mereka pasti bisa mengejar kita."Pamela benar-benar tak berdaya, "Lalu, apa maumu? Menyerahkan diri?" tanyanya.Saat Pamela masih merasa heran, Sophia menariknya keluar, menunjukkan diri di hadapan kedua pria itu.Seolah-olah tidak tahu apa-apa, dia berkata, "Maaf, kami hanya kebetulan lewat, bukan sengaja ingin mengganggu kalian melakukan pencarian, maaf! Kalau begitu, kami pergi dulu, kalian lanjutkan saja pencariannya!"Pria gendut menghalangi jalan mereka, memandang mereka dari atas ke bawah sambil berkata, "Lewat? Tengah malam begini, dua wanita melewati tempat ini?"Sophia t
Pria berambut perak itu melirik Sophia yang berdiri di samping, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan, lalu kembali menatap Pamela.Moncong pistol berpindah dari dagu Pamela ke perut besarnya!"Sah atau nggak, nggak penting. Yang penting siapa wanita yang ada di hati Agam bajingan itu! Lagi pula aku sangat tertarik dengan janin dalam perutmu! Jadi aku nggak mau dia, aku mau kamu! Ikut kami!" kata pria berambut perak.Sambil bicara, dia menggerakkan dagunya ke arah tertentu, mengisyaratkan Pamela untuk berjalan ke arah yang ditunjuk ....Dengan pistol menempel di tubuhnya, Pamela tidak punya pilihan selain menurut.Sophia menghentikan mereka, "Tunggu! Kalian mau bawa Pamela ke mana?"Pria berambut perak menjawab, "Bukan urusanmu! Jangan ikut campur!"Sophia mengerutkan kening, "Tapi ...."Pria gendut menatap Sophia dengan gelisah, kemudian bertanya, "Bos, kita benaran melepaskan wanita ini? Bagaimana kalau dia melaporkan kita ke polisi?"Pria berambut perak itu menyipitkan mata sam
"Nggak ada. Sebenarnya ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Kak Pamela?" tanya Olivia.Jason tidak menjawab. setelah berpikir sejenak, dia bertanya lagi, "Nona Olivia, bisa nggak kamu menghubungi teman kakakmu, Sophia?"Olivia merasa kedatangan kedua bersaudara ini agak aneh, tampaknya situasi sangat serius, setelah berpikir sejenak, dia menjawab, "Sebelumnya Sophia pernah meneleponku untuk mencari Kak Agam, tapi aku nggak simpan nomornya di kontak, aku harus mencarinya dulu di riwayat panggilan."Jason mengangguk sedikit. "Kalau begitu mohon bantuan Nona Olivia memeriksanya," jawabnya.Olivia tidak membuang waktu, dia mengeluarkan ponselnya, melihat riwayat panggilan dan menemukan nomor Sophia!"Aku menemukannya, ini nomornya. Untuk apa kamu mencari Sophia?"Jason tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan, "Nona Olivia, tadi sore Pamela keluar sendirian, sampai sekarang belum ditemukan, aku curiga Sophia yang membawanya. Tolong bantu aku hubungi dia, tanyakan apakah dia tahu di mana Pam