"Wanita kampung dari mana?! Pakaiannya begitu jelek, sungguh menusuk mata!""Minggir wanita kampung! Jangan ikut campur!""Minggir sana! Minggir sana!"Pamela mengambil ponsel untuk merekam mereka, lalu selangkah demi selangkah mendekat sambil berkata."Perbuatan kalian sudah aku rekam, perbuatan kalian termasuk kejahatan memicu pertengkaran! Meskipun sekarang kalian belum dewasa, kalau aku memberi rekaman ini pada polisi. Setelah dituntut, kalian juga nggak akan diberi hukuman ringan, bahkan akan ada catatan kriminal.""Kalian semua adalah tuan muda dari keluarga kaya, kalau kalian ada catatan kriminal, seberapa besar pengaruh hal itu pada karier dan studi kalian? Ini seharusnya nggak usah kukatakan, 'kan?"Martin dan teman lainnya menunjukkan ekspresi kaget dan cemas, tampaknya apa yang dikatakan Pamela berhasil menyentuh hati mereka.Mereka saling melihat, karena tidak tahu bagaimana mengatasinya ...."Wanita sialan! Memang tukang ikut campur! Rebut ponselnya!"Martin mana mau dianc
Martin merapikan kerah bajunya, juga tidak setuju dengan pendapat Pamela. "Cih! Kami sudah menang, kenapa harus lomba lagi dengan kalian? Aku nggak ada waktu!"Pamela juga tidak buru-buru, hanya mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan rekamannya pada mereka dengan tenang."Karena aku masih ada bukti kalian memukul Justin. Kalau kalian nggak setuju untuk lomba sekali lagi, aku hanya bisa melapor polisi untuk mengatasi hal ini! Saat itu, aku mau lihat keluarga kalian mendukung kalian mendapatkan kepemilikan Manor Sinar Rembulan atau lebih takut kalian ada catatan kriminal, jadi memohon kami mencabut kasus itu!""Kamu ...." Martin tak mau mengaku kalah, juga tak bisa. Tadi dia sudah melawan wanita itu, mereka tahu mereka tak bisa mengalahkannya, bahkan tak bisa mendekati tubuhnya!"Baik! Kalau begitu, lomba sekali lagi! Kami nggak akan kalah main game dari gadis jelek sepertimu!"Pamela terlihat sangat tenang. "Di sini nggak ada ruang game, kita main pakai ponsel saja! Kalian pandai main
Martin dan beberapa temannya kira akan menang, jadi berbaring di sofa dengan santai dan melihat Justin yang tak percaya diri sambil menantang."Justin, tadi kalau kamu mengaku kalah, bahkan memanggil kami 'kakek', kami masih bisa mengampunimu dengan murah hati! Tapi, kamu malah mau melawan, nanti bukan hanya kepemilikan Manor Sinar Rembulan, bahkan perlu memanggil kami 'kakek' di siaran langsung. Ini semua kamu yang mau, jadi jangan bilang kami menindasmu!"Meskipun Justin tidak percaya diri, hal sudah seperti ini, dia juga tidak ada jalan mundur lagi. Jadi, dia tidak boleh kalah dalam temperamen, dia pun melawan dengan gigi yang digertakkan, "Belum mulai lomba, jadi nggak tahu siapa yang akan menang dan kalah!"Martin mendengus dingin. "Ketika memanggil 'kakek' di siaran langsung, kamu jangan nangis, ya?!"Justin langsung berkata, "Jangan banyak bacot, cepat mulai!"Semua orang mengeluarkan ponsel dan membuka game.Mereka berlima otomatis menjadi tim, sedangkan Pamela dan Justin hanya
"Justin, anggap kamu beruntung!" Martin berdiri, lalu mengambil surat taruhan dari kantongnya dan meremasnya menjadi bola, baru melemparkannya pada Justin dengan tak senang.Justin menerima kertas itu, setelah memastikan, dia langsung merobeknya."Martin, kalau kalian nggak main curang, kalian akan kalah, apa kamu masih nggak mau mengaku kalah? Kalau nggak mau mengaku kalah, main sekali lagi. Kalau kalah, panggillah aku 'kakek'! Berani nggak kamu?!""Aku nggak punya banyak waktu untuk bermain dengan kalian!" Martin tampaknya tak berani bermain lain, bahkan merasa malu, jadi membawa temannya pergi.Sekarang, Justin merasa sangat senang dan puas!Pamela yang di samping bersandar di sofa dengan santai, setelah keluar dari game, dia membuka Line dan membuka grup paling atas yang bernama "Grup Orang Hebat". Lalu, dia membagi hadiah di grup itu: "Hebat kalian, ini hadiah untuk kalian!"Foto profil Marlon muncul: "Bos, tiba-tiba menyuruh kami menemanimu main game. Selesai main, langsung menyi
Pamela tiba-tiba teringat sikap Agam terhadap dirinya. Agam pernah bilang padanya, selama tiga bulan ini, pria itu bisa memberikan apa pun padanya, selain cinta.Bisa dibilang, semua cinta Paman sudah diberikan pada kakaknya Justin!Tatapannya terlihat sedih, tapi Pamela berkata dengan senyum, "Terima kasih atas nasihatmu, tapi aku nggak tertarik menjadi teman anak kecil."Selesai berbicara, Pamela berjalan pergi.Setelah permintaan menjadi teman ditolak, Justin merasa tidak senang, jadi terus mengikuti Pamela."Pamela, kamu bilang siapa anak kecil! Aku bukan anak kecil!"Pamela malas menghiraukan Justin, hanya membiarkan dia mengikutinya, sementara dirinya asal berjalan dengan santai untuk mencari sosok Jovita di tempat iniSetelah mencari sekeliling, dia masih tidak menemukan Jovita. Lalu, dia melihat ada kursi ayun rotan di dekat jendela.Dia berjalan ke sana dan duduk di sana untuk istirahat.Kursi ayun rotan ini menghadap keluar, jadi Pamela yang duduk di atas bisa melihat pemanda
Justin dengan tak senang menyeka lukanya. "Nggak apa-apa! Aku nggak sengaja kebentur! Cepat katakan, ada apa kamu mencariku!"Karlo berkata dengan gelisah, "Em .... Nyonya memintaku membawamu pulang untuk mengerjakan tugas, katanya Tuan Muda sudah mau ujian semester, kalau Tuan Muda nggak belajar dengan baik, dia akan menyuruh Tuan Besar mengantarmu ke kamp militer agar dididik."Ekspresi Justin menjadi masam.Pamela tersenyum. "Cepat kembali dan kerjakan tugasmu, hati-hati ibumu memukul pantatmu!"Wajah Justin menjadi merah karena dipermalukan di depan teman barunya, dia bahkan berkata dengan angkuh, "Hmmph! Kamu jangan mengataiku! Aku bukan anak kecil lagi, ibuku nggak akan memukul pantatku lagi!"Karlo melihat Pamela, lalu merasa aneh karena tuan mudanya bersama dengan istri Tuan Agam yang biasanya dibenci oleh tuan mudanya. Selain itu, dandanan istri Tuan Agam hari ini sungguh mencolok!Namun, Karlo tidak sempat berpikir begitu banyak, tuan mudanya terluka, meskipun tidak ke rumah
Setelah mendengar nama pria itu, Pamela mengerutkan alisnya. "Apa aku harus pergi bersamamu? Bolehkah nggak pergi?"Melihat dia tampak tidak bersedia, Jovita berkata dengan galak, "Pamela, ingat posisimu saat ini! Sekarang kamu adalah asistenku, aku suruh kamu ngapain, ya kamu harus melakukannya dengan patuh! Kamu sudah mengambil gaji 20 juta dariku, jadi kamu nggak ada hak milih-milih pekerjaan!"Pamela memijat keningnya. "Baiklah."Terpikir nanti dirinya akan bertemu Agam, dia sungguh pusing, tetapi Jovita tak berniat untuk membiarkannya pulang kerja.Pergi, ya pergi. Hari ini dia mengenakan pakaian seperti ini, paman pasti tidak akan memperhatikannya."Jovita."Pria paruh baya tadi berjalan pelan ke arahnya untuk memanggil Jovita.Pria itu adalah ayah angkatnya Jovita."Jovita, Pak Agam dan lainnya ada di atas, sekarang aku akan membawamu ke sana dan memperkenalkanmu."Jovita turun dari ayunan dengan senang. "Aku sudah datang, terima kasih, Ayah Angkat!"Rudi melihat putri angkatnya
Setelah mendengar dirinya dipuji, Jovita merasa sangat senang, tetapi dia tidak berani menengadahkan kepalanya, jadi tidak tahu pria yang memujinya bertampang seperti apa.Sebelum masuk, ayah angkat bilang dia harus berpenampilan polos, dengan begitu akan membuat para tuan muda ini suka padanya.Rudi menepuk bahu putri angkatnya dan berkata, "Jovita, ini adalah Tuan Muda Derry. Cepat, sapa Tuan Muda Derry!""Halo, Tuan Muda Derry!" Jovita baru menengadahkan kepalanya untuk tersenyum manja.Dia melihat tuan muda yang anggun dengan sikap tidak serius, tetapi dia sangat ganteng.Ganteng sekali!Bahkan lebih ganteng dan sempurna daripada aktor yang pernah bekerja sama dengannya!Rudi terus memperkenalkannya pada tuan muda lainnya, "Jovita, ini adalah CEO Perusahaan Ganendra, namanya Eric Ganendra.""Halo, Tuan Muda Eric."Eric mengangguk sambil minum teh."Ini adalah pembuat acara hari ini, Andra Bratajaya.""Halo, Tuan Muda Andra."Andra membalas dengan senyum.Ayah angkatnya memperkenalk
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen