Pamela tiba-tiba teringat sikap Agam terhadap dirinya. Agam pernah bilang padanya, selama tiga bulan ini, pria itu bisa memberikan apa pun padanya, selain cinta.Bisa dibilang, semua cinta Paman sudah diberikan pada kakaknya Justin!Tatapannya terlihat sedih, tapi Pamela berkata dengan senyum, "Terima kasih atas nasihatmu, tapi aku nggak tertarik menjadi teman anak kecil."Selesai berbicara, Pamela berjalan pergi.Setelah permintaan menjadi teman ditolak, Justin merasa tidak senang, jadi terus mengikuti Pamela."Pamela, kamu bilang siapa anak kecil! Aku bukan anak kecil!"Pamela malas menghiraukan Justin, hanya membiarkan dia mengikutinya, sementara dirinya asal berjalan dengan santai untuk mencari sosok Jovita di tempat iniSetelah mencari sekeliling, dia masih tidak menemukan Jovita. Lalu, dia melihat ada kursi ayun rotan di dekat jendela.Dia berjalan ke sana dan duduk di sana untuk istirahat.Kursi ayun rotan ini menghadap keluar, jadi Pamela yang duduk di atas bisa melihat pemanda
Justin dengan tak senang menyeka lukanya. "Nggak apa-apa! Aku nggak sengaja kebentur! Cepat katakan, ada apa kamu mencariku!"Karlo berkata dengan gelisah, "Em .... Nyonya memintaku membawamu pulang untuk mengerjakan tugas, katanya Tuan Muda sudah mau ujian semester, kalau Tuan Muda nggak belajar dengan baik, dia akan menyuruh Tuan Besar mengantarmu ke kamp militer agar dididik."Ekspresi Justin menjadi masam.Pamela tersenyum. "Cepat kembali dan kerjakan tugasmu, hati-hati ibumu memukul pantatmu!"Wajah Justin menjadi merah karena dipermalukan di depan teman barunya, dia bahkan berkata dengan angkuh, "Hmmph! Kamu jangan mengataiku! Aku bukan anak kecil lagi, ibuku nggak akan memukul pantatku lagi!"Karlo melihat Pamela, lalu merasa aneh karena tuan mudanya bersama dengan istri Tuan Agam yang biasanya dibenci oleh tuan mudanya. Selain itu, dandanan istri Tuan Agam hari ini sungguh mencolok!Namun, Karlo tidak sempat berpikir begitu banyak, tuan mudanya terluka, meskipun tidak ke rumah
Setelah mendengar nama pria itu, Pamela mengerutkan alisnya. "Apa aku harus pergi bersamamu? Bolehkah nggak pergi?"Melihat dia tampak tidak bersedia, Jovita berkata dengan galak, "Pamela, ingat posisimu saat ini! Sekarang kamu adalah asistenku, aku suruh kamu ngapain, ya kamu harus melakukannya dengan patuh! Kamu sudah mengambil gaji 20 juta dariku, jadi kamu nggak ada hak milih-milih pekerjaan!"Pamela memijat keningnya. "Baiklah."Terpikir nanti dirinya akan bertemu Agam, dia sungguh pusing, tetapi Jovita tak berniat untuk membiarkannya pulang kerja.Pergi, ya pergi. Hari ini dia mengenakan pakaian seperti ini, paman pasti tidak akan memperhatikannya."Jovita."Pria paruh baya tadi berjalan pelan ke arahnya untuk memanggil Jovita.Pria itu adalah ayah angkatnya Jovita."Jovita, Pak Agam dan lainnya ada di atas, sekarang aku akan membawamu ke sana dan memperkenalkanmu."Jovita turun dari ayunan dengan senang. "Aku sudah datang, terima kasih, Ayah Angkat!"Rudi melihat putri angkatnya
Setelah mendengar dirinya dipuji, Jovita merasa sangat senang, tetapi dia tidak berani menengadahkan kepalanya, jadi tidak tahu pria yang memujinya bertampang seperti apa.Sebelum masuk, ayah angkat bilang dia harus berpenampilan polos, dengan begitu akan membuat para tuan muda ini suka padanya.Rudi menepuk bahu putri angkatnya dan berkata, "Jovita, ini adalah Tuan Muda Derry. Cepat, sapa Tuan Muda Derry!""Halo, Tuan Muda Derry!" Jovita baru menengadahkan kepalanya untuk tersenyum manja.Dia melihat tuan muda yang anggun dengan sikap tidak serius, tetapi dia sangat ganteng.Ganteng sekali!Bahkan lebih ganteng dan sempurna daripada aktor yang pernah bekerja sama dengannya!Rudi terus memperkenalkannya pada tuan muda lainnya, "Jovita, ini adalah CEO Perusahaan Ganendra, namanya Eric Ganendra.""Halo, Tuan Muda Eric."Eric mengangguk sambil minum teh."Ini adalah pembuat acara hari ini, Andra Bratajaya.""Halo, Tuan Muda Andra."Andra membalas dengan senyum.Ayah angkatnya memperkenalk
Setelah Rudi duduk, dia mulai memperkenalkan naskah film barunya, berencana untuk membuat keempat CEO terhormat ini bersedia menginvestasi filmnya.Sementara Jovita hanya duduk di sampingnya dengan centil, bahkan terkadang akan diam-diam melihat Agam ....Makin dilihat, dia makin suka pada pria tampan dan elegan itu. Karena makin menyukai pria itu, dia pun makin menyesal.Beberapa saat yang lalu, dia hampir saja bisa menikah dengan tuan muda Keluarga Dirgantara selaku keluarga kelas satu itu, bahkan iringan pengantin Keluarga Dirgantara sudah tiba di depan kediaman Keluarga Alister, sayangnya itu hanya sebuah kesalahpahaman saja.Sampai hari ini, mahar mahal dari Keluarga Dirgantara masih tergeletak di rumahnya!Coba pikir, kalau waktu itu dia benar-benar menikah ke Keluarga Dirgantara, sekarang statusnya pasti menjadi istrinya Agam, dengan begitu dia bisa duduk di samping Agam dan ditatap iri oleh semua wanita ....Saat berpikir, Jovita pun melamun, bahkan tak sengaja menjatuhkan teh
"Ya, dia adalah asistenku!" jawab Jovita dengan manja, bahkan sangat senang.Astaga! Agam sudah berbicara dengannya, suaranya sangat magnetis dan enak didengar ....Hanya saja dia berbicara pada dirinya karena Pamela, ini adalah hal yang membuatnya sebal!Setelah mendengar Jovita berkata "ya", Agam mengerutkan alisnya, lalu menatap ke arah Pamela dengan tatapan rumit.Derry menolehkan kepala untuk melihat teman baiknya, Agam dengan tatapan penasaran.Meskipun tidak tahu apa yang dilakukan mereka, bagaimana dia akan melewatkan kesempatan untuk mengganggu adik ipar ini. Jadi, Derry tersenyum jahat sambil bertanya, "Asisten, apa kamu pandai menyeduh teh?"Pamela tetap menundukkan kepalanya, lalu menggelengkan kepalanya.Jovita mengerutkan alis karena dia merasa para pria kaya itu hanya fokus pada Pamela. Jadi, Jovita menyela dengan senyum."Tuan Muda Derry, asistenku ini datang dari kampung! Kamu lihat saja pakaiannya, sudah tahu seleranya gimana, jadi mana mungkin dia pandai menyeduh teh
"Nggak kenal! Bagaimana aku bisa kenal dengan orang hebat seperti Pak Agam, lagian aku nggak pantas kenal dengan orang hebat seperti itu!"Pamela duluan menjawab, pada saat yang sama menarik tangannya dengan kuat.Namun, karena dia menarik tangannya dengan kuat, gelas teh pun miring sehingga setengah teh itu tumpah ke tangan pria itu dan membuat tangannya merah ...."Aduh! Pamela, apa yang kamu lakukan? Kasih teh pun nggak becus!"Jovita berteriak sambil mendorong Pamela, lalu pergi memperhatikan Agam yang terkena luka bakar ...."Pak Agam, apa kamu sakit? Maaf, asistenku yang dari kampung ini memang bodoh, nanti aku pasti menghukumnya!"Agam hanya menarik tangannya dengan dingin, tak membiarkan Jovita menyentuhnya, bahkan melambaikan air teh di tangannya. Baru menerima tisu yang diberi pelayan dan mengelap tangannya dengan santai.Tatapan tajamnya yang dingin masih menatap Pamela. Perihal terkena teh panas, Agam tak merasa sakit, dia hanya diam dua detik, baru berkata dengan penuh mak
"Lala, lama nggak berjumpa."Pamela menoleh melihat Agam secara naluriah dulu, dia menyadari Agam sedang menghadap ke arah lain sambil minum teh dan tidak melihat ke arahnya.Sedangkan Pak Rudi dan Jovita sedang membicarakan film mereka dengan sikap sanjung dan mentel ....Dia tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka katakan, jadi mereka yang duduk di sana juga tak bisa mendengar apa yang dikatakan di sini.Pamela menarik tatapannya, baru menganggukkan kepalanya pada Andra, tetapi dia tidak menerima jus jeruk itu. "Terima kasih, aku nggak ingin minum."Andra hanya tersenyum, juga tidak merasa canggung, melainkan meletakkan jus jeruk di depannya dengan anggun, baru duduk di sampingnya.Setelah merasakan Andra duduk di sampingnya, Pamela pun melihatnya dari samping sambil mengerutkan alis. "Apa ada urusan sehingga mencariku?"Andra berkata dengan senyum, "Nggak apa-apa, aku hanya nggak tertarik dengan investasi film, jadi datang ke sini untuk mencari ketenangan.""Oh, silakan." Pamela