"Nggak kenal! Bagaimana aku bisa kenal dengan orang hebat seperti Pak Agam, lagian aku nggak pantas kenal dengan orang hebat seperti itu!"Pamela duluan menjawab, pada saat yang sama menarik tangannya dengan kuat.Namun, karena dia menarik tangannya dengan kuat, gelas teh pun miring sehingga setengah teh itu tumpah ke tangan pria itu dan membuat tangannya merah ...."Aduh! Pamela, apa yang kamu lakukan? Kasih teh pun nggak becus!"Jovita berteriak sambil mendorong Pamela, lalu pergi memperhatikan Agam yang terkena luka bakar ...."Pak Agam, apa kamu sakit? Maaf, asistenku yang dari kampung ini memang bodoh, nanti aku pasti menghukumnya!"Agam hanya menarik tangannya dengan dingin, tak membiarkan Jovita menyentuhnya, bahkan melambaikan air teh di tangannya. Baru menerima tisu yang diberi pelayan dan mengelap tangannya dengan santai.Tatapan tajamnya yang dingin masih menatap Pamela. Perihal terkena teh panas, Agam tak merasa sakit, dia hanya diam dua detik, baru berkata dengan penuh mak
"Lala, lama nggak berjumpa."Pamela menoleh melihat Agam secara naluriah dulu, dia menyadari Agam sedang menghadap ke arah lain sambil minum teh dan tidak melihat ke arahnya.Sedangkan Pak Rudi dan Jovita sedang membicarakan film mereka dengan sikap sanjung dan mentel ....Dia tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka katakan, jadi mereka yang duduk di sana juga tak bisa mendengar apa yang dikatakan di sini.Pamela menarik tatapannya, baru menganggukkan kepalanya pada Andra, tetapi dia tidak menerima jus jeruk itu. "Terima kasih, aku nggak ingin minum."Andra hanya tersenyum, juga tidak merasa canggung, melainkan meletakkan jus jeruk di depannya dengan anggun, baru duduk di sampingnya.Setelah merasakan Andra duduk di sampingnya, Pamela pun melihatnya dari samping sambil mengerutkan alis. "Apa ada urusan sehingga mencariku?"Andra berkata dengan senyum, "Nggak apa-apa, aku hanya nggak tertarik dengan investasi film, jadi datang ke sini untuk mencari ketenangan.""Oh, silakan." Pamela
Andra menyesap teh sambil berpikir. Setelah diam sejenak, dia bertanya pada Pamela lagi, "Bisa-bisanya seorang Nyonya Dirgantara menjadi asisten aktris? Apa Agam nggak kasih kamu uang jajan?"Pamela hanya memainkan gamenya dengan bosan sambil menjawab, "Ini hobiku, nggak ada hubungannya dengan uang."Wajah ganteng Andra menjadi serius. "Lala, aku ini perhatian padamu, baru tanya padamu. Kalau kehidupanmu bertemu dengan masalah yang sulit diatasi, kamu bisa memberitahuku, mungkin aku bisa membantumu."Membantunya?Sepertinya Andra sangat suka mengajak orang berbincang dengan alasan "kalau ada kesulitan, aku bisa membantumu!"Pamela mengerutkan alis, bahkan terlihat tatapan licik di matanya.Pamela keluar dari game, lalu menyimpan ponselnya, baru dia menengadahkan kepala untuk menatap Andra dengan serius, bahkan mengedipkan mata cantiknya. "Andra yang baik hati, kalau aku benaran ada kesulitan, apa kamu benaran bisa membantuku atau hanya bilang saja?!"Andra yang baik hati?Andra merasa
Kalau Pamela dengan pria ini minum bir dengan cara semesra itu, sama saja melanggar peraturan Agam dan akibatnya pasti fatal!Jadi, tidak boleh!Setelah dipikir, Pamela berencana tawar menawar dengan Andra. "Bagaimana kalau pilih waktu lain? Saat itu aku akan menemanimu minum sepuluh gelas!"Andra menolak, "Nggak boleh, harus sekarang, lewat hari ini, aku nggak terima lagi."Orang ini sungguh keterlaluan!Pamela merasa serbasalah, dia menoleh untuk melihat Agam yang di sana. Paman masih menghadap ke arah orang lain sambil minum teh, sama sekali tidak memperhatikannya ....Pamela melihat ke arah Andra, lalu berkata dengan yakin, "Apa setelah aku minum bir dengan tangan yang saling dikaitkan, kamu akan memberiku tiga lukisan Berenice?"Andra langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu dan tersenyum. "Kalau kamu bisa melakukannya, aku akan segera menyuruh orang mengantar lukisan itu kemari."Pamela menoleh untuk melihat ke arah Agam. Agam masih menghadap ke sisi lain dengan santai, tidak
Setelah Pamela keluar, suasana ruang teh kembali ke semula.Rudi merasa tidak senang karena perkataannya disela, bahkan tidak menganggap asisten kampungan itu sangat penting. Jadi, dia menoleh untuk terus memperkenalkan filmnya pada Pak Agam, Tuan Muda Derry dan Tuan Muda Eric.Sementara Jovita mendekat dengan sikap memesona untuk menuangkan teh pada ketiga CEO, ketika mau menuangkan teh untuk Agam, dia pun sengaja mendekatinya ....Pria itu tiba-tiba berdiri dengan dingin. "Maaf, aku pamit dulu."...Agam keluar dari ruang teh, lalu melihat sekeliling, hanya saja tak menemukan Pamela, jadi ekspresinya menjadi dingin.Terdapat toilet untuk tamu VIP di depan ruang teh, tetapi kamar mandi itu boleh dimasuki pria dan wanita.Tiba-tiba pintu dibuka sedikit celah, Pamela pun mengulurkan kepalanya dan berkata, "Paman, aku ada di sini!"Selesai berbicara, dia langsung masuk ke dalam, tetapi tidak mengunci pintunya.Agam menyipitkan mata untuk berjalan ke kamar mandi ....Plak! Pintu kamar man
Ckckck, dia benaran melihatnya ....Sebelum Pamela memberi penjelasan, pria sudah membungkuk untuk mendekatinya, bahkan berbicara dengan nada yang menekan, "Bukankah aku pernah bilang jangan asal minum minuman yang diberi oleh orang asing, apa kamu anggap perkataanku hanya angin lalu?"Karena perbedaan tinggi badan, jadi Pamela hanya bisa menengadahkan kepalanya sehingga dia merasa tak nyaman. "Nggak kok, aku ingat apa yang kamu katakan ...."Wajahnya diangkat oleh Agam lagi. Jari tangan pria itu mencubit pipinya dengan lembut, lalu memegang dagunya dengan kuat sambil berkata, "Kalau sudah tahu, kenapa kamu melakukannya? Hah?"Pamela menjelaskan dengan sedih, "Paman, bukan seperti yang kamu pikir ...."Ekspresi pria itu tenang seperti biasa, tetapi dari tatapannya bisa terlihat dia marah. "Sekarang statusmu adalah istriku, tapi kamu malah minum bersilang dengan pria lain. Menurutmu, aku harus berpikir seperti apa?"Pamela merasa katanya benar, juga merasa tak berdaya, jadi hanya bisa b
"Aku takut hantu, tapi hantu belum tentu bisa melukaiku! Aku tak takut orang, tapi orang malah menyakitiku ...."Tiba-tiba ponselnya berdering, Pamela pun sadar, suasana mesra di antara mereka langsung hilang!Menghadapi tatapan pria yang mendalam, Pamela yang merasa tak nyaman mundur, lalu dia mengeluarkan ponselnya untuk melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata Jovita yang meneleponnya.Sebelum mengangkat telepon, suara Jovita sudah bergema di luar kamar mandi, bahkan mengetuk pintu tanpa sungkan ...."Pamela, apa kamu ada di dalam? Aku sudah dengar deringan ponselmu yang jelek itu! Cepat kamu keluar, jangan bersembunyi di kamar mandi untuk bermalas-malasan!"Pamela mengerutkan alisnya, lalu menengadahkan kepala untuk melihat pria itu sambil menggerakkan bahunya dan berkata, "Paman, apa kamu sudah dengar? Ada orang yang mencariku, aku harus keluar dulu."Agam menundukkan kepala untuk melihatnya tanpa menyatakan dirinya setuju dia keluar atau gak.Pamela menggerakkan tubuhnya, lalu b
Hal ini membuat Jovita tercengang. Apa yang terjadi?Tadi Pamela baru keluar dari tempat itu, kenapa Pak Agam juga keluar dari sana?Apa tadi mereka berdua berada di dalam?Karena terpikir ada kemungkinan seperti itu, Jovita merasa kaget dulu, baru mulai waspada.Tadi saat Pamela menuangkan teh, tatapan Pak Agam dan Pamela agak aneh, sedangkan Pamela si rubah itu sangat pandai menggoda pria, mungkin dia sengaja menjatuhkan teh itu agar menarik perhatian Pak Agam. Lalu, menggunakan cara ini untuk menggoda Pak Agam ....Terpikir sampai sini, Jovita merasa dirinya tak bisa terima, bahkan harus tahu apa yang terjadi!Jadi, dia tersenyum manja sambil berjalan ke arah Agam dan bertanya dengan polos dan penasaran, "Pak Agam, tadi asistenku juga keluar dari kamar mandi ini, kenapa kamu juga keluar dari sini? Apa tadi kalian menggunakan satu kamar mandi?""Asistenmu?" Agam melirik Jovita dengan dingin, lalu berkata dengan dingin, "Nggak lihat!"Tidak lihat?Sikap pria itu sangat dingin, tapi me