Pamela menunjukkan ekspresi angkuh. "Nggak mau memberitahumu!"Justin memelototinya dengan marah. "Hmmph, terserah kamu mau bilang atau nggak! Aku nggak ada waktu berbincang denganmu! Lain hari, aku baru memberimu pelajaran!"Selesai berbicara, dia buru-buru pergi seperti ada urusan penting.Pamela menoleh untuk mencari sosok Jovita, tetapi dia menemukan Jovita dan pria paruh baya sudah pergi.Dia melihat sekeliling, tetapi tidak menemukan Jovita, hanya melihat beberapa bocah yang seumuran dengan Justin mengejar Justin dengan galak ...."Aku melihat Justin! Dia lari ke sana!""Kejar!""Justin, berhenti kamu! Jangan bersembunyi!"Justin berlari cepat untuk keluar dari aula acara, akhirnya berhasil dikejar oleh beberapa orang itu dan diadang di koridor."Justin, kamu ini pria atau bukan sih?! Sudah kalah, masih nggak mengaku kalah?"Justin melihat dirinya nggak bisa kabur, dia pun memelototi mereka. "Aku bukan nggak mau mengaku kekalahanku!""Kalau begitu, akuilah kekalahanmu! Kamu sudah
"Wanita kampung dari mana?! Pakaiannya begitu jelek, sungguh menusuk mata!""Minggir wanita kampung! Jangan ikut campur!""Minggir sana! Minggir sana!"Pamela mengambil ponsel untuk merekam mereka, lalu selangkah demi selangkah mendekat sambil berkata."Perbuatan kalian sudah aku rekam, perbuatan kalian termasuk kejahatan memicu pertengkaran! Meskipun sekarang kalian belum dewasa, kalau aku memberi rekaman ini pada polisi. Setelah dituntut, kalian juga nggak akan diberi hukuman ringan, bahkan akan ada catatan kriminal.""Kalian semua adalah tuan muda dari keluarga kaya, kalau kalian ada catatan kriminal, seberapa besar pengaruh hal itu pada karier dan studi kalian? Ini seharusnya nggak usah kukatakan, 'kan?"Martin dan teman lainnya menunjukkan ekspresi kaget dan cemas, tampaknya apa yang dikatakan Pamela berhasil menyentuh hati mereka.Mereka saling melihat, karena tidak tahu bagaimana mengatasinya ...."Wanita sialan! Memang tukang ikut campur! Rebut ponselnya!"Martin mana mau dianc
Martin merapikan kerah bajunya, juga tidak setuju dengan pendapat Pamela. "Cih! Kami sudah menang, kenapa harus lomba lagi dengan kalian? Aku nggak ada waktu!"Pamela juga tidak buru-buru, hanya mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan rekamannya pada mereka dengan tenang."Karena aku masih ada bukti kalian memukul Justin. Kalau kalian nggak setuju untuk lomba sekali lagi, aku hanya bisa melapor polisi untuk mengatasi hal ini! Saat itu, aku mau lihat keluarga kalian mendukung kalian mendapatkan kepemilikan Manor Sinar Rembulan atau lebih takut kalian ada catatan kriminal, jadi memohon kami mencabut kasus itu!""Kamu ...." Martin tak mau mengaku kalah, juga tak bisa. Tadi dia sudah melawan wanita itu, mereka tahu mereka tak bisa mengalahkannya, bahkan tak bisa mendekati tubuhnya!"Baik! Kalau begitu, lomba sekali lagi! Kami nggak akan kalah main game dari gadis jelek sepertimu!"Pamela terlihat sangat tenang. "Di sini nggak ada ruang game, kita main pakai ponsel saja! Kalian pandai main
Martin dan beberapa temannya kira akan menang, jadi berbaring di sofa dengan santai dan melihat Justin yang tak percaya diri sambil menantang."Justin, tadi kalau kamu mengaku kalah, bahkan memanggil kami 'kakek', kami masih bisa mengampunimu dengan murah hati! Tapi, kamu malah mau melawan, nanti bukan hanya kepemilikan Manor Sinar Rembulan, bahkan perlu memanggil kami 'kakek' di siaran langsung. Ini semua kamu yang mau, jadi jangan bilang kami menindasmu!"Meskipun Justin tidak percaya diri, hal sudah seperti ini, dia juga tidak ada jalan mundur lagi. Jadi, dia tidak boleh kalah dalam temperamen, dia pun melawan dengan gigi yang digertakkan, "Belum mulai lomba, jadi nggak tahu siapa yang akan menang dan kalah!"Martin mendengus dingin. "Ketika memanggil 'kakek' di siaran langsung, kamu jangan nangis, ya?!"Justin langsung berkata, "Jangan banyak bacot, cepat mulai!"Semua orang mengeluarkan ponsel dan membuka game.Mereka berlima otomatis menjadi tim, sedangkan Pamela dan Justin hanya
"Justin, anggap kamu beruntung!" Martin berdiri, lalu mengambil surat taruhan dari kantongnya dan meremasnya menjadi bola, baru melemparkannya pada Justin dengan tak senang.Justin menerima kertas itu, setelah memastikan, dia langsung merobeknya."Martin, kalau kalian nggak main curang, kalian akan kalah, apa kamu masih nggak mau mengaku kalah? Kalau nggak mau mengaku kalah, main sekali lagi. Kalau kalah, panggillah aku 'kakek'! Berani nggak kamu?!""Aku nggak punya banyak waktu untuk bermain dengan kalian!" Martin tampaknya tak berani bermain lain, bahkan merasa malu, jadi membawa temannya pergi.Sekarang, Justin merasa sangat senang dan puas!Pamela yang di samping bersandar di sofa dengan santai, setelah keluar dari game, dia membuka Line dan membuka grup paling atas yang bernama "Grup Orang Hebat". Lalu, dia membagi hadiah di grup itu: "Hebat kalian, ini hadiah untuk kalian!"Foto profil Marlon muncul: "Bos, tiba-tiba menyuruh kami menemanimu main game. Selesai main, langsung menyi
Pamela tiba-tiba teringat sikap Agam terhadap dirinya. Agam pernah bilang padanya, selama tiga bulan ini, pria itu bisa memberikan apa pun padanya, selain cinta.Bisa dibilang, semua cinta Paman sudah diberikan pada kakaknya Justin!Tatapannya terlihat sedih, tapi Pamela berkata dengan senyum, "Terima kasih atas nasihatmu, tapi aku nggak tertarik menjadi teman anak kecil."Selesai berbicara, Pamela berjalan pergi.Setelah permintaan menjadi teman ditolak, Justin merasa tidak senang, jadi terus mengikuti Pamela."Pamela, kamu bilang siapa anak kecil! Aku bukan anak kecil!"Pamela malas menghiraukan Justin, hanya membiarkan dia mengikutinya, sementara dirinya asal berjalan dengan santai untuk mencari sosok Jovita di tempat iniSetelah mencari sekeliling, dia masih tidak menemukan Jovita. Lalu, dia melihat ada kursi ayun rotan di dekat jendela.Dia berjalan ke sana dan duduk di sana untuk istirahat.Kursi ayun rotan ini menghadap keluar, jadi Pamela yang duduk di atas bisa melihat pemanda
Justin dengan tak senang menyeka lukanya. "Nggak apa-apa! Aku nggak sengaja kebentur! Cepat katakan, ada apa kamu mencariku!"Karlo berkata dengan gelisah, "Em .... Nyonya memintaku membawamu pulang untuk mengerjakan tugas, katanya Tuan Muda sudah mau ujian semester, kalau Tuan Muda nggak belajar dengan baik, dia akan menyuruh Tuan Besar mengantarmu ke kamp militer agar dididik."Ekspresi Justin menjadi masam.Pamela tersenyum. "Cepat kembali dan kerjakan tugasmu, hati-hati ibumu memukul pantatmu!"Wajah Justin menjadi merah karena dipermalukan di depan teman barunya, dia bahkan berkata dengan angkuh, "Hmmph! Kamu jangan mengataiku! Aku bukan anak kecil lagi, ibuku nggak akan memukul pantatku lagi!"Karlo melihat Pamela, lalu merasa aneh karena tuan mudanya bersama dengan istri Tuan Agam yang biasanya dibenci oleh tuan mudanya. Selain itu, dandanan istri Tuan Agam hari ini sungguh mencolok!Namun, Karlo tidak sempat berpikir begitu banyak, tuan mudanya terluka, meskipun tidak ke rumah
Setelah mendengar nama pria itu, Pamela mengerutkan alisnya. "Apa aku harus pergi bersamamu? Bolehkah nggak pergi?"Melihat dia tampak tidak bersedia, Jovita berkata dengan galak, "Pamela, ingat posisimu saat ini! Sekarang kamu adalah asistenku, aku suruh kamu ngapain, ya kamu harus melakukannya dengan patuh! Kamu sudah mengambil gaji 20 juta dariku, jadi kamu nggak ada hak milih-milih pekerjaan!"Pamela memijat keningnya. "Baiklah."Terpikir nanti dirinya akan bertemu Agam, dia sungguh pusing, tetapi Jovita tak berniat untuk membiarkannya pulang kerja.Pergi, ya pergi. Hari ini dia mengenakan pakaian seperti ini, paman pasti tidak akan memperhatikannya."Jovita."Pria paruh baya tadi berjalan pelan ke arahnya untuk memanggil Jovita.Pria itu adalah ayah angkatnya Jovita."Jovita, Pak Agam dan lainnya ada di atas, sekarang aku akan membawamu ke sana dan memperkenalkanmu."Jovita turun dari ayunan dengan senang. "Aku sudah datang, terima kasih, Ayah Angkat!"Rudi melihat putri angkatnya