Setelah memutuskan panggilan dan meletakkan ponsel di samping, Pamela menarik selembar tisu, lalu menyeka mulut Revan yang berantakan oleh makanan, kemudian memeluknya."Sudah kenyang?" tanya Pamela.Revan yang patuh memeluk leher Pamela. "Ya, kenyang," jawabnya.Pamela mengajari Revan dengan sungguh-sungguh, "Hm, seterusnya kamu harus belajar makan sendiri dengan sendok, dengan begitu, tanpa bantuan orang dewasa pun, kamu nggak akan kelaparan."Revan menatap Pamela dengan perasaan gelisah, "Bibi Kak Pamela, apa kamu nggak akan terus menemaniku?Pamela tersenyum hangat, tidak menjawab pertanyaan anak itu secara langsung, "Ayahmu akan menemanimu selamanya, tapi Ayah sibuk bekerja, nggak mungkin bisa selalu menemanimu, jadi kamu harus cepat belajar mandiri, oke?"Revan mengangguk dengan patuh. "Baik, Revan akan berusaha belajar mandiri, biar Ayah dan Bibi Kak Pamela nggak khawatir ..." jawabnya.Sejak anak ini di sisinya, Pamela sering mengobrol dengannya. Perlahan-lahan semakin banyak k
Suara pria itu disertai tawa ringan, latar suaranya terdengar seperti sedang tidak di rumah.Pamela menjawab, "Ini aku."Orang di ujung telepon, Andra Bratajaya, ragu sejenak, kemudian mata monsternya berbinar dengan kilatan cahaya, "Lala? Tumben, kamu meneleponku duluan?" katanya.Pamela langsung ke topik utama, "Tuan Andra, apa kamu bisa membantuku?"Andra bertanya disertai tawa, "Membantumu? Apa keuntungannya untukku?"Pamela mengerutkan kening, menggerakkan sudut bibirnya, kemudian bertanya, "Bukankah kamu seharusnya menanyakan dulu bantuan apa yang kuinginkan?"Nada jahat Andra diturunkan sedikit. "Itu nggak penting, asalkan kamu memberiku kesempatan untuk dekat denganmu, sekalipun kamu memintaku mati, aku nggak akan berkedip," katanya.Sudut mulut Pamela bergerak semakin hebat, selama paruh pertama hidupnya, dia mengira Marlon adalah pria paling narsis di dunia ini, setelah bertemu Andra, barulah dia menyadari, kenarsisan Andra tiada taranya.Pamela malas meladeni gombalan Andra,
Saat ini barulah Justin berbicara dengan ragu-ragu, "Pamela, kenapa ponsel Kak Ariel ada padamu?"Pamela merasakan sakit kepala yang luar biasa, "Aku tanya sejak kapan kalian punya hubungan?" tanyanya.Justin tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, apalagi dia teringat Ariel pernah memperingatkan bahwa hubungan mereka tidak boleh sampai diketahui Pamela, dia semakin tidak berani bicara ...."Ah itu, Kak Jason menyuruhku mengerjakan PR. Sudah dulu, ya!"Justin mengucapkan beberapa kata, kemudian langsung memutuskan panggilan.Mendengar bunyi panggilan sibuk di telepon, Pamela pun menghela napas.Benar-benar, tidak satu hal pun yang membuatnya tenang, Marlon terjerat dengan Adsila, sekarang Ariel dan Justin ....Huh!Semakin lama semakin kacau!...Keesokan paginya, seperti biasa Pamela turun bersama Revan untuk sarapan.Kemarin Pamela sudah berhasil mengajarkan Revan untuk makan sendiri, hari ini Revan tidak perlu disuapi lagi, dia bisa makan sendiri.Saat Pamela menyantap bubur, Tom
Nyonya Frida menatap Pamela dengan sedih, anak ini terlihat baik-baik saja, tapi semangatnya tidak setinggi sebelumnya, sebelum ini Pamela selalu terlihat sebagai anak yang penuh dengan semangat ....Pamela keluar setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan.Tujuan Pamela adalah membuat Nyonya Frida memiliki rasa bersalah padanya, sehingga akan menurunkan kewaspadaannya terhadap Pamela. Karena besok Pamela akan selamanya meninggalkan Keluarga Dirgantara yang telah mengubah jalan hidupnya.Pamela melihat Olivia sedang bermain bersama Revan di halaman setelah keluar dari kamar Nyonya Frida, Ricky juga datang, dia mengawasi mereka berdua dari samping.Pamela berpikir sejenak dan menghampiri mereka.Revan langsung meninggalkan Olivia begitu melihat Pamela keluar dan menghampirinya."Bibi Kak Pamela ...."Olivia mengejar Revan dan berkata, "Dasar bocah, aku baru saja membujukmu dengan susah payah, tapi kamu langsung meninggalkanku begitu melihat kakakmu keluar!"Revan terkekeh setelah men
Pamela mengangkat kepalanya untuk memandang halaman Kediaman Dirgantara, dia tidak akan datang lagi ke tempat ini.Tidak disangka satu-satunya hal yang tidak bisa dia lepaskan adalah Revan ....Waktu berlalu dengan sangat cepat, satu hari telah berlalu setelah makan tiga kali.Pada malam hari, ponsel Pamela berdering setelah selesai mandi dan hendak membacakan sebuah cerita pada Revan untuk membujuknya tidur.Tidak disangka Agam meneleponnya lagi setelah Pamela mengambil ponselnya.Ada apa dengan pria ini? Tidak disangka dia ingat untuk meneleponnya setiap hari?Pamela menekan rasa jijik di dalam hatinya dan menjawab panggilan agar Agam tidak merasa curiga."Kamu sudah tidur belum?"Suara pria itu terdengar rendah dan lembut, sepertinya sudah mengabaikan rasa tidak senang pada panggilan telepon kemarin."Menurutmu? Apakah aku bisa menjawab panggilanmu kalau sudah tidur?" Nada bicara Pamela terdengar datar, tidak lembut dan juga tidak sinis.Pria itu berkata dengan suara rendah, "Bukank
Menyebalkan!Pamela melempar ponselnya ke samping, berbaring sambil memeluk Revan, lalu menyanyikan lagu anak-anak.Lagu anak-anak bisa membuat anak kecil tidur dan juga bisa menenangkan hatinya .......Hari yang cerah pada keesokan harinya.Sarapan Keluarga Dirgantara disiapkan lebih awal hari ini karena Nyonya Frida bangun pagi dan mengawasi orang-orang yang membuat sarapan.Nyonya Frida ingin mengajak Pamela untuk memberi makan merpati dan bersantai di Taman Eloka setelah sarapan, Olivia dan Revan juga ikut.Pengawal di depan pintu awalnya ingin menghentikan mereka, tapi mereka mundur dengan tidak berdaya setelah dipelototi oleh Nyonya Frida dan terpaksa melaporkan hal ini pada atasan mereka ....Mobil dengan lancar melaju keluar dari Kediaman Dirgantara dengan adanya Nyonya Frida.Di dalam mobil, Nyonya Frida dengan lembut menepuk tangan Pamela dan berkata, "Pamela, aku telah menyuruh mereka untuk membuat banyak sandwich dan sushi, kamu dan Revan bisa makan di dalam mobil kalau me
Para pengawal segera mengejar pencuri itu setelah mendengar ini.Hanya tersisa seorang pengawal di sisi Pamela untuk melindunginya.Revan menangis dan Olivia juga merasa cemas. "Kak Pamela, apakah kamu baik-baik saja?"Pamela mengangguk. "Aku baik-baik saja, kamu pergilah menemui Nenek, Nenek pasti ketakutan! Cepat pergi tenangkan Nenek!""Oh, baik!" Olivia segera menggendong Revan dan pergi ke tempat Nyonya Frida berada.Pamela menoleh ke arah pengawal di sampingnya setelah melihat Olivia dan Revan menjauh, kemudian berkata, "Tolong papah aku ke air mancur untuk beristirahat sebentar.""Baik, Nyonya Pamela, tolong jalan dengan perlahan ...." Pengawal itu dengan hati-hati memapah Pamela ke samping air mancur. "Nyonya Pamela, apakah kamu nggak masalah duduk di sini?""Nggak masalah," jawab Pamela dengan kooperatif, kemudian Pamela membungkuk dan ingin duduk, tapi dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan mendorong pengawal itu ke dalam air mancur ....Pamela sudah melarikan diri setelah pe
Pengawal itu sama sekali tidak percaya dan mengerutkan alisnya. "Kalau kamu bersikeras berkata seperti ini, maka tolong buka pintu mobil dan biarkan kami memeriksanya, dengan ini kami akan mendapat jawaban yang jelas!"Marlon mendengus. "Siapa kalian? Beraninya kalian memeriksa mobilku?"Pengawal itu sama sekali tidak mengalah dan berkata, "Kami tahu bahwa tindakan kami akan menyinggung perasaanmu, tapi kami nggak akan membiarkanmu pergi kalau nggak membiarkan Nyonya Pamela turun dari mobil dan juga nggak membiarkan kami memeriksa mobilmu."Marlon menyipitkan matanya. "Apa yang akan kalian lakukan kalau aku membiarkan kalian memeriksa mobilku tapi ternyata nggak ada Nyonya Pamela kalian di dalam?"Pemimpin pengawal sangat yakin bahwa Pamela berada di dalam mobil Marlon dan berkata tanpa ragu-ragu, "Kami akan meminta maaf padamu dengan sungguh-sungguh kalau Nyonya Pamela nggak berada di dalam mobilmu!""Baik!" Marlon mendengus. "Periksalah!"Pemimpin pengawal berjalan maju setelah menda