Pamela berkata, "... Benarkah?"Agam memeluk Pamela. Dia meletakkan dagunya di atas kepala Pamela dan mengusap rambutnya sambil berkata, "Akhirnya aku berhasil kembali, tapi kamu nggak membiarkan aku menciummu? Tahukah kamu betapa sulitnya aku harus menahannya?"Karena ekspresi Agam yang begitu tulus, Pamela tersentuh dan memercayainya."Kalau begitu Paman, tolong beri tahu saat kamu pergi lagi nanti? Aku juga akan mengkhawatirkanmu."Setelah berkata, Pamela mengangkat kepalanya, meraih dasi Agam dan menariknya ke bawah. Pamela berjinjit dan berinisiatif untuk mencium Agam.Hal baik terjadi begitu tiba-tiba. Setelah Agam tertegun sejenak, senyuman muncul di bibirnya. Agam memegang bagian belakang kepala Pamela dan mencium dengan tamak ....Setelah tidak bisa bernapas, Pamela merasa kepalanya mati rasa. Awalnya Pamela mengambil inisiatif, tapi tanpa sadar dia malah dipimpin oleh Agam!Pada saat ini, kedua orang yang sedang bermesraan itu tidak menyadari bahwa seseorang sedang memperhati
Sekarang setelah merasakan perasaan jatuh cinta, Andra juga merasakan patah hati.Jason mengepalkan tinjunya dengan kuat. Dia menahan keinginan untuk bergegas dan memukul Agam. Kemudian, Jason memalingkan wajahnya dan berjalan pergi ....Saat dia memiringkan kepalanya untuk berbalik, Jason melihat ekspresi penuh cinta di wajah Andra yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Jason adalah orang yang cerdas. Dia segera memahami sesuatu. Dia mengerutkan keningnya, lalu berkata sambil melambaikan tangannya di depan Andra, "Berhentilah melihat! Nggak ada gunanya kamu melihatnya. Itu bukan milikmu!"Saat Andra tersadar dari lamunannya, dia tampak sedikit malu karena Jason telah menyadari hal itu. Dia mengangkat bahunya sambil bercanda, "Jason, jangan terlalu blak-blakan! Kalau suatu hari Pamela bosan dengan Agam, aku masih ada peluang."Ekspresi Jason sedikit membeku. Dia bertanya sambil mengerutkan kening dan menatap Andra sejenak, "Apakah kamu serius?"Andra tersenyum sambil berkata dengan te
Terlintas sedikit tawa sinis di sudut bibir Marlon, "Bukan apa-apa, aku hanya merindukan bosku, jadi aku mengajaknya bertemu. Tapi, aku sedikit terkejut melihat Pak Agam benar-benar bisa menjaga keduanya. Kamu sangat pandai memanajemen waktu!"Marlon tersenyum, tetapi kata-katanya terdengar penuh sarkasme."Dibandingkan dengan Pak Marlon, aku masih sedikit kalah." Ekspresi Agam tetap tidak berubah. Dia mengambil segelas jus dari meja dan menyerahkannya kepada Pamela yang duduk di sampingnya.Agam terlalu malas untuk berbicara dengan Marlon. Jika bukan karena Marlon dan Pamela berteman, Agam tidak akan memedulikan Marlon.Saat Marlon mendengus dan hendak mengatakan sesuatu lagi, Ariel menyentuh kakinya sebagai isyarat. Setelah itu, Marlon terdiam dan tidak berkata apa-apa lagi.Awalnya, Pamela tidak ingin Agam ikut dengannya, tetapi Agam tidak senang Pamela pergi sendirian untuk bertemu pria lain, jadi Pamela tidak punya pilihan selain setuju untuk mengizinkan Agam datang.Situasi saat
Pamela bertanya sambil menyipitkan matanya, "Kenapa kamu berkata begitu? Dia menipuku tentang apa?"Marlon membuka mulutnya, seolah dia tidak tahu harus mulai dari mana. Kemudian, dia menyentuh Ariel di sampingnya dengan tangannya sambil berkata, "Ariel, kamu beri tahu Bos!"Ariel melirik Marlon dengan ekspresi cemberut, lalu menyesuaikan kacamata berbingkai emas di wajahnya dan menatap Pamela dengan tatapan yang rumit ...."Bos, aku baru saja melihat bahwa hubunganmu dan Pak Agam sangat rukun. Aku pikir kamu seharusnya merasa cukup bahagia sekarang. Awalnya aku nggak ingin memberitahumu. Mungkin bukan hal yang buruk untuk merahasiakan beberapa hal sepanjang hidupmu."Pamela berkata sambil menurunkan alisnya, "Kamu tahu aku nggak suka hidup dalam kebohongan. Katakan padaku, apa yang terjadi?"Ariel menghela napas, lalu berkata, "Kami menemukan bahwa Pak Agam terlihat sedikit aneh, jadi Marlon pergi ke Negara Muriana untuk menyelidikinya dalam dua hari terakhir. Ternyata ada beberapa pr
Marlon yang ditarik ke belakang itu berbalik dengan ekspresi gelisah. "Tapi, aku khawatir Bos akan melakukan sesuatu yang bodoh! Bos jelas sangat menyayangi Pak Agam. Bagaimana kalau dia ...."Ariel berkata, "Cuih! Apa yang kamu bicarakan? Kapan kamu pernah melihat Bos melakukan hal-hal bodoh? Bagaimana bisa seorang laki-laki membuat bos kita melakukan hal-hal bodoh? Aku yakin Bos memiliki penilaian dan menangani hal itu sendiri."Setelah berpikir sejenak, Marlon duduk kembali di sofa dengan sedikit kecewa. "Agam si munafik itu benar-benar bajingan. Dia berpura-pura menyayangi Bos, lalu pergi ke luar negeri untuk menggoda wanita! Dia sepuluh ribu kali lebih buruk daripada aku!"...Pamela keluar dari ruang VIP, lalu naik ke atap untuk menghirup udara sendirian.Uirel Bar adalah salah satu bisnis dari Perusahaan Vasant. Sebagian besar manajer di sini mengenalnya, jadi mereka tidak menghalangi Pamela ke mana pun.Pamela meletakkan tangannya di pegangan pagar, lalu melihat ke langit di ke
Gadis itu tersadar dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya, lalu memencet kode QR sambil berkata, "Pak Agam, kalau kamu masih lajang, kamu nggak keberatan berteman denganku, 'kan?"...Saat Pamela sedang duduk di taksi, dia menerima telepon dari Agam.Pamela tidak menolak panggilan tersebut. Dia hanya menatap telepon sebentar, lalu menjawab panggilan tersebut.Suara berat pria itu terdengar di telinganya. "Sayang, kamu di mana?"Pamela menjawab dengan tenang, "Dalam perjalanan pulang."Agam sedikit tidak senang. "Kenapa kamu pergi sendiri nggak menungguku?"Suara Pamela masih dingin dan acuh tak acuh. "Paman, jarang sekali kamu beristirahat dari jadwal sibukmu. Kamu bersenang-senanglah dengan teman-temanmu. Aku takut interaksi sosialmu akan tertunda, jadi aku pulang sendiri dulu."Agam mengatupkan bibirnya dan terdiam selama beberapa detik, lalu nadanya menjadi sedikit tegas. "Di mana kamu sekarang? Aku akan pergi mencarimu!"Pamela berkata tanpa memedulikannya, "Nggak perlu, aku hamp
Hidung Olivia hampir menabrak pintu. Olivia mundur selangkah, mengetuk pintu sambil berteriak, "Hei! Pamela, apa yang baru saja aku katakan nggak bermaksud apa-apa! Aku hanya ingin membujukmu agar nggak bertengkar dengan kakakku ...."Tidak ada respons dari ruangan itu.Olivia berkata lagi, "Aku sudah berhenti mengharapkan kakakku menggantikanmu! Sungguh! Jangan marah, ya? Anggap saja aku baru saja asal bicara!"Masih belum ada respons dari ruangan itu ....Olivia merasa bahwa dia telah menundukkan kepalanya dan meminta maaf. Namun, Pamela mengabaikannya. Olivia tiba-tiba merasa sedikit tidak senang. "Hei! Kamu nggak marah, 'kan?""Pamela, sebelumnya kamu nggak seperti ini!""Huh! Nggak apa-apa kamu marah! Apakah kamu nggak peduli dengan anak itu? Sampai kapan kamu meminta aku merawatnya?"Tidak peduli apa yang dikatakan Olivia di pintu kamar, tidak ada tanggapan dari dalam ruangan itu.Olivia mengerutkan kening dalam-dalam. Dia merasa situasinya sedikit buruk ....Sikap Pamela tidak n
Agam meminta Pak Dimas mengambil kunci cadangan dan membuka pintu.Saat dia masuk ke kamar, Agam mencium sisa wangi sabun yang keluar dari kamar mandi ....Pamela sudah mandi.Agam merasa sangat tidak puas. Namun, ketika dia berjalan ke tempat tidur dan melihat Pamela tidur sendirian di tempat tidur, ketidakpuasannya di hatinya langsung menghilang.Wajah tidur Pamela terlalu manis. Dia memeluk bantal sendirian dan ingin membenamkan wajahnya di bantal ....Tidur dengan posisi seperti itu akan membuat Pamela kesulitan bernapas.Tanpa disadari, ekspresi Agam terlihat membaik. Dia membungkuk, lalu mengambil bantal dari lengan Pamela dengan lembut dan menyimpannya.Kemudian, Agam meluruskan tubuhnya dengan lembut dan meminta Pamela untuk berbaring menghadap ke atas.Setelah selesai meluruskan posisi tidur Pamela, Agam menunduk dan menatap wajah Pamela yang tertidur. Agam melihat Pamela mengerutkan keningnya, seolah-olah dia baru saja mengalami mimpi buruk.Agam mengulurkan tangannya, lalu d
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen