Pamela menggelengkan kepalanya dengan kuat. Setelah menepis tangan besar yang mencubit dagunya, Pamela berkata dengan marah, "Apa yang telah kamu lakukan? Kamu mengetahuinya lebih baik daripada orang lain. Aku nggak perlu memberitahumu lagi, 'kan?"Tangan besar Agam ditepis. Kemudian, Agam mengangkat alisnya dan memikirkan apa yang telah dia lakukan. Pamela merasa bingung."Apa yang aku lakukan hingga membuatmu marah? Aku baru kembali kurang dari setengah hari. Aku hanya ingin menciummu. Kamu nggak suka, jadi aku menahan diri! Apa lagi yang sudah aku lakukan?"Mendengar Agam berkata "aku ingin menciummu" dengan terus terang, tanpa sadar wajah Pamela memerah. Namun, kekesalan di hati Pamela masih belum menghilang.Karena mereka telah membahas masalah ini, Pamela ingin menjelaskan dengan jelas!"Agam!" Pamela jarang memanggil nama Agam.Dalam keadaan normal, ketika Pamela memanggil namanya, itu adalah masalah yang sangat serius. Agam segera berkata dengan serius, "Ya, aku di sini!"Pamel
Pamela berkata, "... Benarkah?"Agam memeluk Pamela. Dia meletakkan dagunya di atas kepala Pamela dan mengusap rambutnya sambil berkata, "Akhirnya aku berhasil kembali, tapi kamu nggak membiarkan aku menciummu? Tahukah kamu betapa sulitnya aku harus menahannya?"Karena ekspresi Agam yang begitu tulus, Pamela tersentuh dan memercayainya."Kalau begitu Paman, tolong beri tahu saat kamu pergi lagi nanti? Aku juga akan mengkhawatirkanmu."Setelah berkata, Pamela mengangkat kepalanya, meraih dasi Agam dan menariknya ke bawah. Pamela berjinjit dan berinisiatif untuk mencium Agam.Hal baik terjadi begitu tiba-tiba. Setelah Agam tertegun sejenak, senyuman muncul di bibirnya. Agam memegang bagian belakang kepala Pamela dan mencium dengan tamak ....Setelah tidak bisa bernapas, Pamela merasa kepalanya mati rasa. Awalnya Pamela mengambil inisiatif, tapi tanpa sadar dia malah dipimpin oleh Agam!Pada saat ini, kedua orang yang sedang bermesraan itu tidak menyadari bahwa seseorang sedang memperhati
Sekarang setelah merasakan perasaan jatuh cinta, Andra juga merasakan patah hati.Jason mengepalkan tinjunya dengan kuat. Dia menahan keinginan untuk bergegas dan memukul Agam. Kemudian, Jason memalingkan wajahnya dan berjalan pergi ....Saat dia memiringkan kepalanya untuk berbalik, Jason melihat ekspresi penuh cinta di wajah Andra yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Jason adalah orang yang cerdas. Dia segera memahami sesuatu. Dia mengerutkan keningnya, lalu berkata sambil melambaikan tangannya di depan Andra, "Berhentilah melihat! Nggak ada gunanya kamu melihatnya. Itu bukan milikmu!"Saat Andra tersadar dari lamunannya, dia tampak sedikit malu karena Jason telah menyadari hal itu. Dia mengangkat bahunya sambil bercanda, "Jason, jangan terlalu blak-blakan! Kalau suatu hari Pamela bosan dengan Agam, aku masih ada peluang."Ekspresi Jason sedikit membeku. Dia bertanya sambil mengerutkan kening dan menatap Andra sejenak, "Apakah kamu serius?"Andra tersenyum sambil berkata dengan te
Terlintas sedikit tawa sinis di sudut bibir Marlon, "Bukan apa-apa, aku hanya merindukan bosku, jadi aku mengajaknya bertemu. Tapi, aku sedikit terkejut melihat Pak Agam benar-benar bisa menjaga keduanya. Kamu sangat pandai memanajemen waktu!"Marlon tersenyum, tetapi kata-katanya terdengar penuh sarkasme."Dibandingkan dengan Pak Marlon, aku masih sedikit kalah." Ekspresi Agam tetap tidak berubah. Dia mengambil segelas jus dari meja dan menyerahkannya kepada Pamela yang duduk di sampingnya.Agam terlalu malas untuk berbicara dengan Marlon. Jika bukan karena Marlon dan Pamela berteman, Agam tidak akan memedulikan Marlon.Saat Marlon mendengus dan hendak mengatakan sesuatu lagi, Ariel menyentuh kakinya sebagai isyarat. Setelah itu, Marlon terdiam dan tidak berkata apa-apa lagi.Awalnya, Pamela tidak ingin Agam ikut dengannya, tetapi Agam tidak senang Pamela pergi sendirian untuk bertemu pria lain, jadi Pamela tidak punya pilihan selain setuju untuk mengizinkan Agam datang.Situasi saat
Pamela bertanya sambil menyipitkan matanya, "Kenapa kamu berkata begitu? Dia menipuku tentang apa?"Marlon membuka mulutnya, seolah dia tidak tahu harus mulai dari mana. Kemudian, dia menyentuh Ariel di sampingnya dengan tangannya sambil berkata, "Ariel, kamu beri tahu Bos!"Ariel melirik Marlon dengan ekspresi cemberut, lalu menyesuaikan kacamata berbingkai emas di wajahnya dan menatap Pamela dengan tatapan yang rumit ...."Bos, aku baru saja melihat bahwa hubunganmu dan Pak Agam sangat rukun. Aku pikir kamu seharusnya merasa cukup bahagia sekarang. Awalnya aku nggak ingin memberitahumu. Mungkin bukan hal yang buruk untuk merahasiakan beberapa hal sepanjang hidupmu."Pamela berkata sambil menurunkan alisnya, "Kamu tahu aku nggak suka hidup dalam kebohongan. Katakan padaku, apa yang terjadi?"Ariel menghela napas, lalu berkata, "Kami menemukan bahwa Pak Agam terlihat sedikit aneh, jadi Marlon pergi ke Negara Muriana untuk menyelidikinya dalam dua hari terakhir. Ternyata ada beberapa pr
Marlon yang ditarik ke belakang itu berbalik dengan ekspresi gelisah. "Tapi, aku khawatir Bos akan melakukan sesuatu yang bodoh! Bos jelas sangat menyayangi Pak Agam. Bagaimana kalau dia ...."Ariel berkata, "Cuih! Apa yang kamu bicarakan? Kapan kamu pernah melihat Bos melakukan hal-hal bodoh? Bagaimana bisa seorang laki-laki membuat bos kita melakukan hal-hal bodoh? Aku yakin Bos memiliki penilaian dan menangani hal itu sendiri."Setelah berpikir sejenak, Marlon duduk kembali di sofa dengan sedikit kecewa. "Agam si munafik itu benar-benar bajingan. Dia berpura-pura menyayangi Bos, lalu pergi ke luar negeri untuk menggoda wanita! Dia sepuluh ribu kali lebih buruk daripada aku!"...Pamela keluar dari ruang VIP, lalu naik ke atap untuk menghirup udara sendirian.Uirel Bar adalah salah satu bisnis dari Perusahaan Vasant. Sebagian besar manajer di sini mengenalnya, jadi mereka tidak menghalangi Pamela ke mana pun.Pamela meletakkan tangannya di pegangan pagar, lalu melihat ke langit di ke
Gadis itu tersadar dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya, lalu memencet kode QR sambil berkata, "Pak Agam, kalau kamu masih lajang, kamu nggak keberatan berteman denganku, 'kan?"...Saat Pamela sedang duduk di taksi, dia menerima telepon dari Agam.Pamela tidak menolak panggilan tersebut. Dia hanya menatap telepon sebentar, lalu menjawab panggilan tersebut.Suara berat pria itu terdengar di telinganya. "Sayang, kamu di mana?"Pamela menjawab dengan tenang, "Dalam perjalanan pulang."Agam sedikit tidak senang. "Kenapa kamu pergi sendiri nggak menungguku?"Suara Pamela masih dingin dan acuh tak acuh. "Paman, jarang sekali kamu beristirahat dari jadwal sibukmu. Kamu bersenang-senanglah dengan teman-temanmu. Aku takut interaksi sosialmu akan tertunda, jadi aku pulang sendiri dulu."Agam mengatupkan bibirnya dan terdiam selama beberapa detik, lalu nadanya menjadi sedikit tegas. "Di mana kamu sekarang? Aku akan pergi mencarimu!"Pamela berkata tanpa memedulikannya, "Nggak perlu, aku hamp
Hidung Olivia hampir menabrak pintu. Olivia mundur selangkah, mengetuk pintu sambil berteriak, "Hei! Pamela, apa yang baru saja aku katakan nggak bermaksud apa-apa! Aku hanya ingin membujukmu agar nggak bertengkar dengan kakakku ...."Tidak ada respons dari ruangan itu.Olivia berkata lagi, "Aku sudah berhenti mengharapkan kakakku menggantikanmu! Sungguh! Jangan marah, ya? Anggap saja aku baru saja asal bicara!"Masih belum ada respons dari ruangan itu ....Olivia merasa bahwa dia telah menundukkan kepalanya dan meminta maaf. Namun, Pamela mengabaikannya. Olivia tiba-tiba merasa sedikit tidak senang. "Hei! Kamu nggak marah, 'kan?""Pamela, sebelumnya kamu nggak seperti ini!""Huh! Nggak apa-apa kamu marah! Apakah kamu nggak peduli dengan anak itu? Sampai kapan kamu meminta aku merawatnya?"Tidak peduli apa yang dikatakan Olivia di pintu kamar, tidak ada tanggapan dari dalam ruangan itu.Olivia mengerutkan kening dalam-dalam. Dia merasa situasinya sedikit buruk ....Sikap Pamela tidak n