Share

Bab 10

Penulis: Hargai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-08 22:00:42
Bianca melihat Maserati mewah itu melaju dan hatinya merasa cemburu. Dia kembali ke kantor dan memberi tahu rekan-rekannya.

"Apa kalian tahu? Pantas saja Pamela pergi tanpa beban. Ternyata dia jadi simpanan orang kaya dan nggak peduli dengan pekerjaan ini!"

Menjadi simpanan?

Rekan-rekan kerja menjadi sangat ingin tahu apa yang sedang terjadi. Jadi, mereka mendekat dan menanyakan situasinya kepada Bianca.

Bianca melebih-lebihkan penjelasannya dengan mengatakan, "Aku berbaik hati mengantarkan barang Pamela yang ketinggalan. Tapi, aku malah melihatnya masuk ke mobil mewah edisi terbatas. Di dalam mobil itu ada pria tua dan Pamela langsung duduk di atas pangkuan pria itu begitu masuk ke dalam mobil. Gerak-gerik mereka sangat ambigu!"

"Pria tua? Berapa umurnya?"

Bianca menjawab, "Sekitar 60 tahun!"

"Ya ampun. 60 tahun itu seusia kakeknya! Aku nggak nyangka kelakuan Pamela akan semurah itu!"

"Ckck, jangan cuma menilai seseorang dari penampilannya!"

Vanda tidak tahan mendengar lebih lanjut isi pembicaraan mereka. Dia berdiri dan membalas dengan lantang, "Bianca, jangan bicara omong kosong! Pamela bukan orang seperti itu!"

Bianca mencibir, "Aku bicara omong kosong? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Kalau nggak percaya, kamu bisa lihat rekaman kamera pengawas perusahaan untuk memastikan apakah Pamela masuk ke mobil Maserati edisi terbatas atau tidak di pintu masuk!"

Vanda terdiam karena jengkel. Bagaimana mungkin dia memiliki wewenang untuk memeriksa rekaman kamera pengawas perusahaan?

Jelas-jelas Bianca yang mencelakai Pamela. Dia juga sudah membuat Pamela dipecat dari perusahaan, tetapi masih ingin melabeli Pamela dengan penilaian buruk! Benar-benar kejam!

Karena tidak bisa mengalahkan Bianca, Vanda menahan emosinya dan duduk untuk melanjutkan pekerjaannya.

Namun pada saat itu, dia menemukan sesuatu di komputernya dan berkata, "Hei? Apa ini? Kenapa ada dokumen aneh di desktop komputerku?"

Seorang rekan kerja yang lain menimpali, "Di komputerku juga ada dokumen tambahan! Nggak tahu isinya apa!"

"Aneh! Di komputerku juga ada. Buka saja dan lihat isinya ...."

Setelah semua orang membuka dokumen itu dan melihatnya, area kantor menjadi hening.

Pandangan aneh, jijik dan mencemooh terus menerus dilayangkan ke arah Bianca.

Bianca merasa terganggu dengan tatapan dari rekan-rekannya. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?"

Vanda berdiri dan berkata lebih tegas dari yang sebelumnya, "Bianca, ternyata orang yang bermain game di tempat kerja itu kamu sendiri. Kamu itu biang keladi yang membuat komputer perusahaan diretas!"

Bianca tertegun dan menjawab tanpa mau mengakuinya, "Vanda, jangan bicara omong kosong! Aku akan menuntutmu atas pencemaran nama baik kalau kamu bicara tanpa bukti!"

Vanda memegang bukti di tangannya dan berkata dengan wajah datar.

"Aku bicara omong kosong? Kamu menipu teman game-mu biar bisa dapat peralatan game, 'kan? Setelah dapat apa yang kamu mau, kamu memblokirnya! Kamu nggak sadar kalau dia peretas profesional dan langsung meretas komputermu. Bahkan sistem perusahaan juga ikut diretas!"

"Kamu malah menyalahkan Pamela. Bahkan PowerPoint yang salah dalam rapat hari ini diutak-atik olehmu saat aku nggak memperhatikan. Buktinya ada di komputer. Peretas sudah mengumpulkan semua perilaku burukmu ke dalam satu dokumen dan meninggalkannya di komputer. Kita punya salinannya!"

Apa?

Bianca menghadapi tatapan aneh dari rekan-rekannya dan merasa lemas.

Dia panik, kembali ke meja kerjanya dan melihat dokumen tambahan di desktop komputernya. Itu adalah tangkapan layar dari riwayat obrolan dengan teman game-nya, serta video pengawasan yang menunjukkan saat dia diam-diam mengutak-atik PowerPoint ....

Ba ... bagaimana ini bisa terjadi?!

Pak Patra keluar dari ruangannya dengan wajah muram. Dia berkata dengan marah, "Siapa yang bernama Bianca? Kenapa ada karyawan pembawa sial sepertinya di perusahaan. Suruh dia berkemas dan keluar!"

Wajah Bianca pucat bukan main. Jangan bilang dokumen itu juga muncul di komputer Pak Patra!

Pak Dikra mendengar teriakan marah Pak Patra juga bergegas keluar ruangannya dengan raut wajah yang terlihat sangat panik.

Ketika Bianca melihat Pak Dikra, dia segera berlari menghampiri untuk meminta bantuan, "Paman, tolong bantu aku ...."

Pak Dikra menatap Bianca dengan tatapan tajam, mendorongnya menjauh dan mengabaikannya. Dia ingin sekali menyingkirkan kerabat yang menghancurkan pekerjaannya saat ini juga!

Akhir dari masalah ini, semua gaji Bianca dipotong. Dia dipecat dan dibuang begitu saja.

Memang benar kalau orang jahat akan selalu mendapatkan balasannya.

Vanda sangat senang. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke Pamela.

...

Pada saat ini.

Di kursi belakang mobil Maserati edisi terbatas yang melaju perlahan.

Pamela duduk sangat dekat dengan pintu mobil sambil memegang barang-barang pribadinya.

Di sebelahnya duduk 'suami barunya', Agam. Namun, sejak Pamela masuk ke dalam mobil, Agam tidak mendongakkan kepalanya, bahkan tidak menoleh ke arahnya. Dia hanya menatap tajam ke arah ponselnya dengan ekspresi acuh tak acuh.

Ponsel Pamela berbunyi. Pamela meletakkan kotak di pelukannya dan mengeluarkan ponselnya.

Dia mendapat Line dari Vanda yang memberitahukan kalau Bianca sudah dipecat dan Pak Dikra ditegur keras oleh Pak Patra.

Pamela mengerutkan bibirnya, tidak terkejut.

Setelah peretas itu memberitahunya alasan menyerang sistem Perusahaan Quentin, dia hanya memberikan satu nasihat kepada peretas itu. Dia memberinya saran agar menyerang dengan tepat dan tidak mengorbankan orang yang tidak bersalah.

Bianca pantas mendapatkan balasan ini atas kesalahan yang dia lakukan.

Pamela tanpa sadar menyilangkan kakinya setelah membalas pesan Vanda. Kedua kakinya yang putih dan jenjang disilangkan.

Dia hanya mengenakan kaos besar milik Agam. Karena duduk, ujung kaos yang dia kenakan sedikit terangkat. Cahaya matahari masuk melalui jendela mobil, jatuh di kulitnya yang putih, membuatnya terlihat makin memesona. Bahkan pantulan dari kulitnya itu terlihat begitu memukau.

Seakan terkena pantulan silau cahaya itu, alis pria yang duduk di samping Pamela sedikit terangkat.

Garis pandangannya melirik ke kaki panjang dan ramping di sebelahnya. Kalau dibandingkan dengan kakinya, kaki Pamela benar-benar terlalu kecil dan kurus.

"Gadis kecil, apa ini cara kalian anak muda untuk mendapatkan perhatian seorang pria?"

Pamela menatap Agam dengan tatapan tidak mengerti, lalu bertanya, "Apa? Paman, aku bahkan nggak melakukan apa pun."

Agam meletakkan ponselnya, menatapnya dan menjawab, "Apa yang kamu pakai?"

Pamela menundukkan kepalanya dan baru menyadari akan hal ini. Dia menjawab, "Oh ... ini bajumu, Paman! Karena pakaian yang diberikan pelayan tadi pagi kotor dan nggak bisa dipakai lagi, aku terpaksa harus pakai bajumu!"

Pria itu menopang dahinya dengan satu tangan, menjawab dengan alis sedikit berkerut, "Sudah dapat izin dariku?"

Pamela mendelik, lalu menjawab kesal, "Apa aku harus meneleponmu dan minta izin untuk pakai satu pakaian di lemarimu? Kamu orang kaya, kenapa pelit sekali!"

Lagipula, dia tidak memiliki nomor telepon Agam. Bagaimana dia bisa meminta izinnya?

Urat nadi Agam terlihat menonjol di dahinya. Dia menjawab, "Apa katamu?"

Pamela tersenyum tipis, lalu menjawab, "Maksudku ... apa orang tua seperti Paman ingin melihat berita tentang istri barumu berjalan dengan baju tipis di jalanan setelah satu hari menikah?"

Agam kehabisan kata-kata, "..."

Orang tua? Apa dia sudah setua itu?

Mata hitam Agam sedikit menyipit, lalu dia menjawab, "Bagaimana kalau aku bilang aku nggak peduli?"

Pamela menggertakkan giginya geram, lalu menjawab, "Kalau begitu, aku akan melepaskannya dan mengembalikannya padamu sekarang juga. Lalu berjalan dengan baju tipis di luar!"

Bibir Agam terangkat membentuk seringai. Dia mencibir, "Baiklah. Kalau begitu lepaskan saja."

Pamela merasa tahun ini dirinya sungguh tak beruntung. Jika tidak, bagaimana mungkin dia bisa memprovokasi paman aneh yang sangat tidak bisa diajak bicara baik-baik itu!

Dia terdiam selama beberapa detik, baru menjawab, "Ya sudah, lepaskan saja. Apa susahnya!"
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Just Rara
klu benaran dilepas tu baju gmn reaksi agam ya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 11

    Ervin yang duduk di kursi samping pengemudi menunjukkan raut wajah yang begitu rumit. Dia memberi isyarat kepada sopir untuk menepikan mobil dan berdiri jauh dari mobil. Dia tidak mau bersikap lancang dengan melihat apa yang tidak seharusnya dilihat.Pamela tertunduk muram. Tangannya meraih ujung kaos putih besar yang dia kenakan dan perlahan-lahan menariknya ke atas.Agam dengan malas menopang dahinya. Tatapan dinginnya menatap Pamela dengan rasa menarik....Perusahaan Quentin.Manajer umum, Dikra Sambada ditegur keras oleh Pak Patra karena melakukan perekrutan karyawan secara tidak tepat dan membiarkan kerabatnya bekerja di perusahaan dengan melewati pintu belakang.Pak Patra juga memberinya kesempatan terakhir. Jika dia tidak dapat menemukan cara untuk memulihkan kerugian hari ini, bahkan mengakibatkan proyek tersebut tidak dapat mencapai syarat untuk bekerja sama dengan Perusahaan Dirgantara, dia harus meninggalkan perusahaan dengan Bianca si kerabatnya yang bodoh itu!Dikra pun c

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 12

    Pamela sudah mengenakan kaos milik Agam. Jendela yang sempat dia buka karena ingin mendapatkan terpaan angin segar perlahan membuatnya merasa sedikit kedinginan. Jadi, dia memakai jas yang dipakaikan Agam ke tubuhnya tadi."Aku dengar Nona Alister kehilangan pekerjaan?"Pamela sedang menatap keluar jendela mobil, ke arah pemandangan jalanan yang sepi. Tiba-tiba, dia mendengar suara Agam yang rendah dan dewasa.Pamela tersenyum tipis, lalu mengatakan, "Ya. Itu berkat kerja keras Paman!"Raut Agam berubah datar saat membolak-balik map di tangannya. Dia kembali berucap, "Aku sudah memberi kalian kesempatan. Justru kalian yang melakukan kesalahan yang seharusnya nggak kalian lakukan. Menurut standarku, perencanaan seperti itu nggak ada nilai investasinya."Pamela sedikit mengantuk, jadi dia menguap."Oh! Aku bukan karyawan Perusahaan Quentin lagi. Paman nggak perlu bilang alasannya.""..."Agam mengangkat tangannya dan terus membalik-balik halaman kertas, nadanya terkesan asal, "Kalau kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 13

    Jovita menarik jas itu dengan kuat dan bertanya, "Pamela, katakan yang sebenarnya. Dari mana kamu mendapatkan jas ini? Bagaimana kamu bisa menemukan seorang pria yang bisa mengenakan pakaian semahal ini?!"Pamela menatap kedua pakaian itu dengan tidak percaya. Dia hanya menjawab asal, "Apa ini sangat mahal? Ada seorang pria tua baik hati yang meminjamkannya padaku. Aku nggak mengenalnya!"Pamela tidak terlihat berbohong ketika mengatakan ini. Wajahnya terlihat sangat poloso, tapi Jovita masih tidak percaya."Nggak mungkin kamu bisa kenal pria yang bisa memakai pakaian semewah ini! Cepat cuci bersih baju ini, lalu kembalikan pada orang itu! Jangan harap untuk mendekati pria kaya! Pria yang punya selera bagus nggak bakal melirik orang udik sepertimu!"Pamela tertawa tak peduli. "Omong-omong, kamu belum menjawab pertanyaanku. Di mana suamimu?"Wajah Jovita terlihat masam. Ketika dia melihat Pamela yang tidak tahu apa-apa, dia pun berkata dengan sombong, "Ehem ... kemarin aku berubah pikir

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 14

    Jovita menjawab, "Adik perempuanku ...."Olivia tiba-tiba mencium bau parfum Jovita yang menyengat dan mulai muntah-muntah.Pelayan yang melihat hal ini langsung mendorong Jovita untuk menyingkir. "Pergilah! Nona kami nggak punya waktu untuk meladenimu!""Apa nona baik-baik saja?"Para pelayan dengan hati-hati membantu Olivia yang muntah hingga lemas untuk masuk ke dalam.Jovita sangat kesal karena dia didorong dan diusir seperti pengemis.Namun, dia tidak berani macam-macam dengan orang-orang yang bisa tinggal di sini.Sopir Keluarga Dirgantara menurunkan jendela mobil dan menasihati dengan ramah, "Keluar dari sini. Ini bukan tempat di mana kamu bisa tanya-tanya."Jovita menoleh dan bertanya, "Kamu sopir rumah ini? Katakan padaku, siapa sebenarnya yang tinggal di sini?"Sopir itu menjawab dengan sangat berhati-hati, "Aku nggak bisa bilang siapa yang tinggal di sini. Tapi aku dengar kalau mereka baru merekrut beberapa pelayan baru. Adik yang kamu cari mungkin ada di antara mereka!"Pel

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 15

    Wajah Pamela berubah menjadi sedikit pucat.Nyonya Frida yang berhasil menarik napas panjang berkata mendesak, "Agam, cepat lepaskan ...."Barulah Agam melepaskan cengkeramannya, melempar Pamela ke samping dan menghampiri neneknya. "Bagaimana keadaan nenek?"Nyonya Frida melambaikan tangannya dengan napas sedikit terengah-engah, baru menjawab, "Nggak apa-apa. Barusan, anak itu menyelamatkanku karena tersedak. Ada biji kurma di lantai yang sudah aku muntahkan."Agam terkejut, menatap biji kurma yang teronggok di lantai, lalu menoleh ke arah Pamela dengan alis berkerut.Pamela yang dilempar ke lantai olehnya perlahan beranjak sambil menggosok-gosok lengannya yang terbentur.Kemudian, dia menghampiri Nyonya Frida dan menjelaskan."Nyonya, pagi ini aku membuat kue itu untukku sendiri. Biji kurmanya sengaja nggak aku buang karena aku lebih suka sedikit rasa pahit dari bijinya. Tapi, itu nggak cocok untuk dimakan oleh orang tua. Maaf karena sudah menyakiti nyonya."Pamela membungkuk tulus, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 16

    Mata Pamela membelalak tidak mengerti. Dia melihat pria itu menekannya untuk melakukan push-up dengan satu tangan!Mulutnya ditutupi oleh tangan kasar Agam yang lain. Pria itu menyibak selimut, membuat selimut menutupi tubuh mereka berdua, menyisakan hanya kepala mereka yang terlihat.Keduanya saling berhadapan dalam jarak yang dekat, tampak seolah-olah mereka sedang ....Pamela sedikit terkesima dengan gerakan yang sangat menggoda ini. Tanpa bisa menahan diri, dia menepis tangan besar pria itu."Paman, kamu ...."Agam mendorong tubuhnya ke atas hingga mencapai posisi "tengkurap" dan mendekat ke telinganya, membisikkan sebuah peringatan, "Gadis kecil, bukankah kamu bilang akan menyelesaikan tiga bulan ini dengan penuh dedikasi? Sekarang, ini juga sesuatu yang harus kamu kerjakan. Jangan bergerak!"Pamela terdiam, kemudian dia menyadari adanya pergerakan di pintu masuk kamar.Nyonya Frida mendorong pintu hingga membuka sedikit celah dan mengawasi secara diam-diam.Begitu rupanya.Kesada

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 17

    "Bos, kenapa nggak masuk ke dalam?" Marlon bertanya karena melihat Pamela berhenti.Pamela diam di tempat, lalu melihat Agam keluar dari mobilnya untuk berjalan masuk ke dalam Rumah Lelang Xander. Dia menjawab sambil mengerutkan kening, "Aku melihat orang yang nggak ingin aku temui. Kita masuk nanti saja!"Marlon mengikuti arah pandangan Pamela."Itu sepertinya Agam Dirgantara! Bos, kamu mengenalnya?"Pamela menjawab dengan kesal, "Nggak kenal!"...Tempat lelang dibagi menjadi dua tingkat.Lantai dasar untuk pembeli umum, sedangkan lantai dua diperuntukkan bagi pembeli VIP yang tidak ingin menunjukkan wajah mereka. Ruang VIP ini memiliki privasi yang sangat baik. Setiap ruang dibedakan dengan nomor pintu yang ada di depan ruangan.Agam berada di ruang 1.Pamela berada di ruang 7.Setelah pelelangan dimulai dengan melelang beberapa barang antik yang biasa-biasa, tungku perunggu sebagai barang lelang yang menjadi daya tarik utama penjualan mulai dipajang.Setelah juru lelang dengan prof

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 18

    Pamela menoleh ke arah Marlon dan menggerakkan alisnya pelan.Mereka sudah kenal lama, jadi dia bisa paham dengan apa yang dimaksud bosnya.Dia berdeham, mengangkat tangannya untuk membenarkan letak headset Bluetooth yang biasa dia kenakan di telinga kirinya, lalu berjalan melewati Agam dan Pamela dengan tenang.Suaranya sengaja direndahkan, berpura-pura seperti tengah menelepon."Bos, malu banget deh. Aku baru memarahi Agam, malah didengar olehnya! Dialah yang merebut lukisan yang kamu sukai!""Sudahlah. Masih banyak lukisan lain milik Berenice selain "Angsa dan Musim Gugur". Kita bisa membeli yang lainnya!"Setelah mengatakan itu, Marlon benar-benar sudah berjalan jauh.Pamela menatap Agam dengan mata melotot, lalu mengangkat alisnya dengan ekspresi polos."Paman, pria itu sepertinya memarahimu!"Mata Agam menyipit ke arah Pamela, lalu bertanya dengan tatapan penuh tanya, "Kalian nggak kenal?"Pamela menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Nggak kenal. Paman, apa kamu kenal pria itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08

Bab terbaru

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2932

    Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2931

    "Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2930

    Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen

DMCA.com Protection Status