Share

Bab 15

Penulis: Hargai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-08 22:00:43
Wajah Pamela berubah menjadi sedikit pucat.

Nyonya Frida yang berhasil menarik napas panjang berkata mendesak, "Agam, cepat lepaskan ...."

Barulah Agam melepaskan cengkeramannya, melempar Pamela ke samping dan menghampiri neneknya. "Bagaimana keadaan nenek?"

Nyonya Frida melambaikan tangannya dengan napas sedikit terengah-engah, baru menjawab, "Nggak apa-apa. Barusan, anak itu menyelamatkanku karena tersedak. Ada biji kurma di lantai yang sudah aku muntahkan."

Agam terkejut, menatap biji kurma yang teronggok di lantai, lalu menoleh ke arah Pamela dengan alis berkerut.

Pamela yang dilempar ke lantai olehnya perlahan beranjak sambil menggosok-gosok lengannya yang terbentur.

Kemudian, dia menghampiri Nyonya Frida dan menjelaskan.

"Nyonya, pagi ini aku membuat kue itu untukku sendiri. Biji kurmanya sengaja nggak aku buang karena aku lebih suka sedikit rasa pahit dari bijinya. Tapi, itu nggak cocok untuk dimakan oleh orang tua. Maaf karena sudah menyakiti nyonya."

Pamela membungkuk tulus, menegakkan badannya lagi dan menatap Agam.

"Paman, ehem, Pak Agam, akan lebih aman jika memanggil dokter untuk memeriksa keadaan nyonya."

Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan naik ke lantai atas menuju kamarnya.

Agam memandangi punggung Pamela yang kurus dan ramping. Tatapan matanya sedikit rumit.

...

Nyonya Frida sangat tertekan karena situasi ini. Dia dibantu masuk ke kamarnya dan tertidur.

Sore harinya, dokter keluarga datang untuk memeriksa kondisi Nyonya Frida. Dokter mengukur tekanan darahnya sebelum memastikan kalau keadaannya baik-baik saja.

Setelah dokter keluarga pergi, Nyonya Frida sudah mendapatkan kembali tenaganya. Dia berkata, "Olivia, kamu keluar dulu. Ada yang ingin nenek sampaikan kepada kakakmu."

Olivia sedikit enggan dan ingin mendengarkan pembicaraan mereka, tetapi karena mendapat tatapan tegas dari Agam, dia akhirnya keluar dengan patuh.

Tidak ada lagi orang ketiga di ruangan itu. Agam berjalan ke sisi tempat tidur, lalu mengatakan, "Nenek, apa masih ada yang nggak nyaman?"

Nyonya Frida menatap cucunya yang tinggi, dingin dan tampan itu, lalu tersenyum penuh kasih, "Nenek baik-baik saja, Agam. Jangan khawatir."

"Syukurlah kalau nenek baik-baik saja."

Nyonya Frida bertanya, "Agam, bagaimana kamu bisa mengenal Nona Alister?"

"Cuma kebetulan."

Nyonya Frida mengangguk pelan, lalu mengatakan, "Dia anak yang baik, aku menyukainya."

Mata Agam menunjukkan keterkejutan yang dalam. Dia menyipitkan matanya, lalu mengatakan, "Karena dia sudah menyelamatkan nyawa nenek?"

Sepertinya, sebelum dia kembali, neneknya telah menghukum gadis kecil itu. Namun, sekarang neneknya bilang kalau dia menyukainya?

Nyonya Frida tidak bisa menyembunyikan kekaguman di matanya. "Anak itu sangat tenang. Dia nggak melawan ketika dihadapkan dengan tuduhanku. Dia nggak nangis dan memaki ketika disalahpahami. Dia bahkan menjelaskan dengan tenang dan meminta maaf kepadaku. Dia sangat dewasa. Aku menyukainya."

Memang benar.

Agam terdiam sambil memikirkan bagaimana dia hampir saja mematahkan leher gadis kecil itu karena marah.

"Agam, kamu dan dia belum tidur bersama, 'kan?"

Percakapan berubah begitu cepat, membuat wajah Agam berubah serius.

Nyonya Frida menggoda, "Usiamu sudah hampir tiga puluh tahun, apa yang memalukan dari hal itu!"

"..."

"Agam, aku tahu kalau kamu menikah terburu-buru untuk memenuhi keinginan kakekmu yang keras kepala. Tapi, aku rasa kamu telah memilih istri yang baik. Pernikahan bukan permainan. Kalian berdua, hiduplah dengan baik."

Agam tidak dalam posisi untuk menjelaskan apa pun kepada neneknya.

Nyonya Frida menambahkan, "Pada hari pernikahanmu, aku sedang berada di luar negeri bersama kakekmu yang sedang mempersiapkan operasinya dan nggak bisa datang. Hari ini aku akan menjadi saksi. Kalian berdua tidurlah bersama malam ini. Dengan begitu, setelah kakekmu sembuh dan kembali, dia bisa menimang cucu."

Agam menjawab dengan wajah menunduk, "Nek, aku pikir hal semacam ini ...."

Nyonya Frida mengerutkan kening, lalu mengatakan, "Kalau kamu nggak mau, nenek akan bilang kepada kakekmu kalau kamu hanya melakukan pernikahan palsu. Kamu tahu sifat kakekmu. Walaupun dia sudah selesai melakukan transplantasi, dia akan tetap marah dan bisa saja jatuh sakit lagi!"

Agam mengernyitkan alisnya, lalu mengatakan, "Nenek, aku akan meminta pelayan membawakan makan malam. Nenek bisa makan dan beristirahat dengan baik."

Setelah itu, Agam berbalik dan keluar kamar.

Nyonya Frida tidak berhenti sampai di situ. Dia kembali mengatakan, "Jangan mengecewakanku. Aku akan memeriksa kamarmu nanti!"

...

Ketika Agam kembali ke kamar, dia melihat Pamela sedang duduk sendirian di depan meja komputernya, seperti sedang menulis sesuatu. Pamela bahkan tidak mendongak ketika Agam masuk.

Agam berjalan ke belakang Pamela dan melihat ke bawah pada apa yang sedang ditulisnya. Dia bertanya, "Gadis kecil, kamu lagi ngerjain tugas kuliah?"

Pamela menulis dengan penuh perhatian dan menjawab, "Menyalin aturan keluarga! Sekarang sudah abad ke-21 dan keluarga kalian masih memiliki peraturan tertulis di rumah. Ckck, luar biasa ...."

Agam mengangkat tangan Pamela dan mengambil pulpennya, lalu mengatakan, "Nggak perlu disalin. Nggak ada yang bakal hukum kamu lagi."

Pamela meregangkan tubuh, lalu menjawab, "Kalau begitu, aku akan pergi mandi, lalu tidur!"

Setelah mengalami yang namanya dicekik sampai hampir mati, Pamela memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang kesenjangan kekuatan antara dirinya dan Agam.

Pria ini bisa mencekiknya sampai mati. Baginya, membunuh Pamela semudah membunuh semut.

Bukannya Pamela takut padanya. Dia hanya tidak merasa perlu untuk menciptakan kesulitan untuk situasi yang sudah sulit ini.

Tiga bulan ini dia mau bermain dengan aman di Keluarga Dirgantara dan tidak mau mencari musuh. Dia akan mencoba untuk tidak terlalu banyak berhubungan dengan pria ini. Ketika waktu tiga bulan tiba, dia akan berkemas dan pergi dengan tenang.

Pamela beranjak dan berjalan mengitari Agam untuk menjauh darinya sejauh mungkin, tetapi tiba-tiba lengannya dicengkeram.

"Ah!"

Dia mengernyitkan alisnya dan mengaduh kesakitan. "Paman, apa yang kamu lakukan?"

Agam menyipitkan matanya ke arahnya, lalu mengatakan, "Kamu masih bisa merasa sakit?"

Tangannya yang besar mencengkeram lengan Pamela tepat di bagian yang terluka!

Ketika Agam melemparkannya hari ini, lengannya terbentur sudut meja dan terluka.

Pamela berusaha untuk tidak membuat masalah lagi, tetapi pria ini malah yang mencari masalah dengannya.

Pamela menjawab dan terlihat kesal, "Sakit juga karena kamu!"

Agam tertegun, melepaskan tangannya dan berkata dengan suara pelan, "Turunlah ke bawah dan minta dokter keluarga untuk merawat lukanya."

"Nggak perlu. Cuma tergores dan bukan luka serius!"

Pamela tidak ambil pusing. Dia menepis tangan Agam dan langsung masuk ke kamar mandi untuk mandi.

Saat keluar dari kamar mandi, dia sudah mengenakan piyama dan langsung berbaring di tempat tidur.

"Kemarilah!"

Suara pria itu terdengar tidak menyenangkan.

Pamela menoleh dan melihat Agam yang tengah bersandar malas di sofa tunggal dengan sikap santai bak seorang kaisar.

Pamela tak ingin menurutinya. Dia menjawab, "Kenapa?"

Dagu tampan pria itu terangkat, menunjuk kotak obat di meja pojok, lalu mengatakan, "Kasih obat."

Pamela menjawab lugas, "Nggak perlu. Terima kasih!"

Agam menyipitkan matanya, lalu berkata dengan menatap tajam ke arahnya, "Kamu yang ke sini atau aku yang ke sana?"

Pamela menjadi kesal!

Dia tidak ingin pria itu menghampiri sisi tempat tidurnya. Sambil mengertakkan gigi, dia beranjak dan berjalan mendekat, menyodorkan lengannya yang terluka.

"Lakukan dengan cepat!"

Awalnya Agam bermaksud agar gadis kecil itu mengobati lukanya sendiri dengan menggunakan kotak obat yang dibawakan pelayan. Namun, sepertinya dia salah mengartikan kalau Agam yang akan mengobatinya.

Agam belum pernah melayani siapa pun dan tidak akan pernah melayani siapa pun.

Agam membuka kotak peralatan medis. Dia membuka tutup botol yang berwarna merah, mengoleskan isi di dalamnya ke atas kapas dan mengoleskannya dengan lembut pada luka di lengan kecil gadis itu.

Pamela sebenarnya sengaja menawarkan lengannya kepadanya.

Dia melakukannya untuk melampiaskan kemarahannya. Namun, tidak disangka Agam benar-benar mengoleskan obat pada lukanya. Dia mengangkat alisnya, lalu mengatakan, "Paman, apa kamu merasa bersalah kepadaku?"

Agam menjawab dengan wajah tanpa ekspresi, "Hari ini, akulah yang nggak sengaja melukaimu. Jadi, aku yang harus bertanggung jawab. Mengenai nenekku, kamu nggak perlu menyimpan dendam kepadanya. Dia nggak akan lama di sini."

Pamela tidak berpikir demikian, "Apa gunanya menyimpan dendam? Nenekmu bukan orang jahat!"

Agam menatapnya, lalu menjawab, "Kamu nggak menganggap dia jahat karena sudah menghukummu untuk menyalin aturan keluarga?"

Pamela menjawab sambil menatapnya tajam, "Apa orang jahat akan memberikan hukuman dengan menyalin aturan? Itu akan menjadi hukuman terberat yang bisa dipikirkan oleh orang baik. Semua orang jahat yang pernah kutemui sebelumnya akan ...."

Pamela tidak melanjutkan perkataannya. Mata Agam menegang, lalu mengatakan, "Apa yang akan mereka lakukan?"

Mulut Pamela sempat keceplosan tadi. Dia merasa tidak perlu menceritakan pengalamannya pada seseorang yang tidak dia kenal dengan baik.

"Bukan apa-apa! Apa sudah selesai? Aku mau tidur kalau sudah selesai!"

Obat sudah dioleskan, tetapi Agam tidak melepaskan lengannya.

Berpikir bahwa Agam masih memiliki beberapa kekhawatiran di hatinya, Pamela berkata dengan tegas, "Jangan khawatir, Paman. Aku berjanji padamu kalau aku akan patuh denganmu selama tiga bulan ini. Jadi, aku akan menyelesaikan pekerjaan itu dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab! Adikmu mungkin sedikit menyebalkan, tapi nenekmu cuma nggak tahu masalah yang sebenarnya. Dia hanya ingin melindungi cucunya. Aku mengerti dan nggak akan marah."

Mata Agam makin dalam saat dia menatap Pamela.

Dia awalnya mengira gadis kecil ini sedikit seenaknya, tetapi sebenarnya dia cukup bijaksana.

Dia juga manis.

Bulu mata Pamela panjang, tebal dan lentik. Wajahnya masih muda, dengan sedikit lemak yang pas dan dua lesung pipit di kedua pipinya.

Agam tiba-tiba beranjak dan mengagetkan Pamela, "Paman?"

Tangan panjang pria itu meraih ke bawah pinggangnya dan mengangkatnya tanpa peringatan!

Pamela terkejut bukan main. Nadanya sedikit meninggi, "Paman, apa yang kamu lakukan?"

Begitu Pamela bertanya, dia dilempar begitu saja ke tempat tidur.

Agam melepas jasnya, menarik dasinya dan membuka kancing kemejanya dengan gerakan yang liar dan agresif.

Pamela berniat bangun dan mencoba untuk menghindar, tetapi dia didorong oleh sepasang tangan besar pria itu sampai terjerembab lagi ke ranjang.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Pamela melihat tenggorokan dan dada seorang pria dari jarak yang begitu dekat. Itu benar-benar sangat menggoda!

"Paman, jangan main-main! Sadarlah, jangan lupa kalau orang sepertiku nggak sesuai dengan seleramu!"

Kedua lengan Agam disandarkan di kedua sisi kepala kecil Pamela. Tatapannya yang seperti serigala lapar menjulang tinggi di atas Pamela, menatapnya dalam-dalam.

"Bagaimana kalau aku mau mencoba sesuatu yang bukan seleraku?"

Tubuh kuat pria itu menekan Pamela tanpa sadar dan membuatnya hampir berteriak. Namun, mulutnya sudah dibungkam.

"Hmm ...."
Komen (34)
goodnovel comment avatar
Mila Ali
koin hrs dibeli, sy sdh coba beli koin dg metode pmbyrn DANA. eh,, msh jg ribet proses pmbeliannya...
goodnovel comment avatar
Baina
ribet,mn saya ngk punya koin lagi,,
goodnovel comment avatar
Rindi Rian Dita
alur ceritanya menarik, seru, bikin geregetan nunggu chapter berikutnya. semangat Thor......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 16

    Mata Pamela membelalak tidak mengerti. Dia melihat pria itu menekannya untuk melakukan push-up dengan satu tangan!Mulutnya ditutupi oleh tangan kasar Agam yang lain. Pria itu menyibak selimut, membuat selimut menutupi tubuh mereka berdua, menyisakan hanya kepala mereka yang terlihat.Keduanya saling berhadapan dalam jarak yang dekat, tampak seolah-olah mereka sedang ....Pamela sedikit terkesima dengan gerakan yang sangat menggoda ini. Tanpa bisa menahan diri, dia menepis tangan besar pria itu."Paman, kamu ...."Agam mendorong tubuhnya ke atas hingga mencapai posisi "tengkurap" dan mendekat ke telinganya, membisikkan sebuah peringatan, "Gadis kecil, bukankah kamu bilang akan menyelesaikan tiga bulan ini dengan penuh dedikasi? Sekarang, ini juga sesuatu yang harus kamu kerjakan. Jangan bergerak!"Pamela terdiam, kemudian dia menyadari adanya pergerakan di pintu masuk kamar.Nyonya Frida mendorong pintu hingga membuka sedikit celah dan mengawasi secara diam-diam.Begitu rupanya.Kesada

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 17

    "Bos, kenapa nggak masuk ke dalam?" Marlon bertanya karena melihat Pamela berhenti.Pamela diam di tempat, lalu melihat Agam keluar dari mobilnya untuk berjalan masuk ke dalam Rumah Lelang Xander. Dia menjawab sambil mengerutkan kening, "Aku melihat orang yang nggak ingin aku temui. Kita masuk nanti saja!"Marlon mengikuti arah pandangan Pamela."Itu sepertinya Agam Dirgantara! Bos, kamu mengenalnya?"Pamela menjawab dengan kesal, "Nggak kenal!"...Tempat lelang dibagi menjadi dua tingkat.Lantai dasar untuk pembeli umum, sedangkan lantai dua diperuntukkan bagi pembeli VIP yang tidak ingin menunjukkan wajah mereka. Ruang VIP ini memiliki privasi yang sangat baik. Setiap ruang dibedakan dengan nomor pintu yang ada di depan ruangan.Agam berada di ruang 1.Pamela berada di ruang 7.Setelah pelelangan dimulai dengan melelang beberapa barang antik yang biasa-biasa, tungku perunggu sebagai barang lelang yang menjadi daya tarik utama penjualan mulai dipajang.Setelah juru lelang dengan prof

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 18

    Pamela menoleh ke arah Marlon dan menggerakkan alisnya pelan.Mereka sudah kenal lama, jadi dia bisa paham dengan apa yang dimaksud bosnya.Dia berdeham, mengangkat tangannya untuk membenarkan letak headset Bluetooth yang biasa dia kenakan di telinga kirinya, lalu berjalan melewati Agam dan Pamela dengan tenang.Suaranya sengaja direndahkan, berpura-pura seperti tengah menelepon."Bos, malu banget deh. Aku baru memarahi Agam, malah didengar olehnya! Dialah yang merebut lukisan yang kamu sukai!""Sudahlah. Masih banyak lukisan lain milik Berenice selain "Angsa dan Musim Gugur". Kita bisa membeli yang lainnya!"Setelah mengatakan itu, Marlon benar-benar sudah berjalan jauh.Pamela menatap Agam dengan mata melotot, lalu mengangkat alisnya dengan ekspresi polos."Paman, pria itu sepertinya memarahimu!"Mata Agam menyipit ke arah Pamela, lalu bertanya dengan tatapan penuh tanya, "Kalian nggak kenal?"Pamela menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Nggak kenal. Paman, apa kamu kenal pria itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 19

    Gadis yang mengenakan gaun pengantin itu adalah keponakan Agam yang akan menikah hari ini. Dia membutuhkan pengiring pengantin, jadi, paman aneh ini membawanya kemari.Pamela tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Paman, dasar nggak tahu adat. Pengiring pengantin harus gadis yang belum menikah. Dia itu keponakanmu dan aku istrimu. Mana ada pengiring pengantin lebih tua dari pengantinnya?"Alis Agam menunduk. Apa? Dia tidak tahu adat?Namun, pengantin wanita itu terkejut, lalu mengatakan, "Oh! Jadi kamu Bibiku?"Bibi?Pamela merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan ini.Gadis yang mengenakan pakaian pengantin itu menggenggam tangan Pamela dengan antusias, lalu memperkenalkan diri sambil tersenyum."Halo, Bibi! Namaku Adsila Andonis. Agam adalah paman kandungku! Itu, sudahlah. Rombongan pengiring pengantinku terjebak macet di jalan. Aku harus mencari pengganti untuk melakukan penyelamatan dadakan, jadi nggak perlu mikirin adat atau apa pun itu."Pamela mengangguk mengerti, "Oh, b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 20

    "Sudah! Leroy, keluar sana, temani tamu yang lain! Masalah pengiring pengantin kamu tenang saja. Aku bisa urus!"Adsila mendorong Leroy keluar dari ruang ganti.Dia menoleh ke arah Pamela yang sudah mengenakan pakaian pengiring pengantin. Dia berkata, "Bibi cantik sekali! Pantas saja paman yang sudah seperti biksu itu bersedia mengingkari sumpahnya dan menikahimu!"Pamela menarik sudut mulutnya, menimpali sambil tersenyum datar, "Aku datang buat jadi pengiring pengantin. Jadi, jangan panggil bibi. Panggil namaku saja, Pamela Alister."Adsila mengangguk dan tidak menolak, "Baiklah! Pamela, bagaimana awal pertemuanmu dengan paman?"Bagaimana awal pertemuan Pamela dengan Agam? Itu adalah pertemuan yang tidak bisa dibayangkan.Pamela mengernyitkan keningnya, lalu menjawab, "Jangan bahas kami. Kamulah pemeran utama hari ini. Lebih baik membicarakan pertemuanmu dengan calon suamimu saja."Adsila sangat antusias saat membicarakan hubungannya dengan Leroy. Gadis itu bisa mengatur pembahasan te

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 21

    "Dasar rubah betina!" Bianca mengumpat dengan penuh kebencian.Karena tidak ingin terlibat pertengkaran dengan Bianca di pesta pernikahan orang lain, Pamela berbalik dan pergi ke toilet.Begitu keluar dari toilet, dia mendengar seorang pria dan wanita saling tarik-menarik di ujung koridor, lalu keduanya menyelinap masuk ke gudang.Jika dugaannya benar, pria itu adalah pengantin pria Adsila, Leroy, sementara wanita itu adalah Bianca yang mengenakan gaun pengiring pengantin dengan warna yang sama dengannya!Hal baik apa yang bisa dilakukan oleh pengantin pria dan pengiring pengantin wanita di hari pernikahan?...Di dalam gudang."Leroy, kamu tega sekali menikah tanpa sepengetahuanku!""Bianca, kenapa kamu di sini?""Aku datang buat jadi pengiring pengantin. Nggak disangka kalau kamu pengantin prianya. Pantas saja akhir-akhir ini kamu nggak pernah jawab teleponku!""Bianca, ada empat ratus juta di kartu ini. Anggap saja sebagai kompensasi dari perpisahan kita. Kamu harus pergi setelah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 22

    Wajah Leroy memucat. Dia memelototi Bianca yang merupakan salah satu dari empat pengiring pengantin dengan penuh permusuhan!Wanita jalang itu, pasti dia yang melakukan semua ini.Senyum bahagia yang mengembang di wajah Adsila perlahan-lahan memudar.Dia menatap pengantin prianya dengan tatapan tidak percaya, lalu mengatakan, "Leroy, apa hubunganmu dengan wanita itu? Apa yang kalian lakukan di gudang?"Leroy memegang pundak Adsila dengan wajah lembut, mencoba menjelaskan, "Adsila, dengarkan aku. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan! Saat itu, pengiring pengantin itu mengatakan kalau dia nggak enak badan dan memintaku untuk membantunya beristirahat di gudang. Nggak disangka setelah masuk ke gudang, dia melepas pakaiannya dan merayuku! Aku terkejut dan langsung melepaskan diri dengan berlari keluar ruangan. Aku nggak melakukan kesalahan apa pun!"Adsila tidak menerima penjelasan Leroy. Dia juga mendorongnya dan berjalan ke arah empat pengiring pengantin yang berada di atas panggung, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 23

    Bianca melakukan ini karena ingin membalas tindakan Leroy yang tidak berperasaan karena hanya memberinya empat ratus juta sebagai uang putus. Dia juga melibatkan Pamela dalam hal ini karena sudah membuatnya kehilangan pekerjaan. Dia ingin nama Pamela menjadi jelek agar tidak bisa mendapatkan pria baik-baik.Namun, dia tidak menyangka akan terjadi kesalahan seperti ini. Bagaimana mungkin video pengawasan yang tidak bersuara tiba-tiba jadi bersuara?Pada saat ini, Leroy panik dan menyeret Adsila, mencoba menjelaskan, "Adsila, dengarkan penjelasanku. Aku nggak kenal baik dengannya ....""Jangan sentuh aku! Masalah sudah diperlihatkan di layar lebar, kamu masih mengelak?! Leroy, aku benar-benar salah menilaimu!"Adsila mendorongnya dengan jijik. Dia yang masih menggunakan gaun pengantin langsung berbalik, berlari keluar dari ruang perjamuan tanpa menoleh ke belakang.Leroy memelototi Bianca dengan penuh kebencian, lalu mengejar Adsila ....Di atas panggung, Bianca sudah sangat dipermalukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08

Bab terbaru

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2932

    Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2931

    "Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2930

    Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen

DMCA.com Protection Status