Share

Bab 14

Author: Hargai
last update Last Updated: 2024-01-08 22:00:43
Jovita menjawab, "Adik perempuanku ...."

Olivia tiba-tiba mencium bau parfum Jovita yang menyengat dan mulai muntah-muntah.

Pelayan yang melihat hal ini langsung mendorong Jovita untuk menyingkir. "Pergilah! Nona kami nggak punya waktu untuk meladenimu!"

"Apa nona baik-baik saja?"

Para pelayan dengan hati-hati membantu Olivia yang muntah hingga lemas untuk masuk ke dalam.

Jovita sangat kesal karena dia didorong dan diusir seperti pengemis.

Namun, dia tidak berani macam-macam dengan orang-orang yang bisa tinggal di sini.

Sopir Keluarga Dirgantara menurunkan jendela mobil dan menasihati dengan ramah, "Keluar dari sini. Ini bukan tempat di mana kamu bisa tanya-tanya."

Jovita menoleh dan bertanya, "Kamu sopir rumah ini? Katakan padaku, siapa sebenarnya yang tinggal di sini?"

Sopir itu menjawab dengan sangat berhati-hati, "Aku nggak bisa bilang siapa yang tinggal di sini. Tapi aku dengar kalau mereka baru merekrut beberapa pelayan baru. Adik yang kamu cari mungkin ada di antara mereka!"

Pelayan?

Pamela datang ke sini sebagai pelayan?

Bukankah dia sedang magang di Perusahaan Quentin?

Jovita baru saja akan menanyakan sesuatu yang lain, tetapi sopir itu sudah mengemudikan mobilnya ke garasi.

Makin Jovita memikirkannya, rasanya makin mencurigakan. Dia menelepon seorang teman kuliahnya yang bekerja di Perusahaan Quentin dan mengetahui kalau Pamela sudah dipecat.

Dipecat?

Jadi, Pamela benar-benar bekerja di rumah ini sebagai pelayan?

Katanya dia sudah menemukan rumah sewa, tetapi dia malah pindah ke sini karena dia harus bekerja 24 jam sehari sebagai pelayan?

Hanya itu yang bisa Pamela lakukan. Dia mungkin mencuri jas mahal itu dari pria yang tinggal di rumah ini.

Dengan mengingat hal ini, Jovita merasa kembali bersemangat dan siap untuk pulang ke rumah ayahnya untuk mengadu.

...

Kediaman Keluarga Dirgantara, lantai dua.

Pamela bersandar dengan malas di jendela yang membentang dari lantai ke langit-langit dan melihat Jovita melenggang keluar.

Keesokan harinya.

Pada tengah hari, seorang wanita tua dengan penampilan anggun dibantu turun dari mobil Hummer dan memasuki kediaman Keluarga Dirgantara.

Olivia melihat wanita tua itu dan menyapanya, "Nenek sudah datang!"

"Saat menerima telepon darimu, nenek langsung memesan tiket pesawat untuk pagi ini!" Nyonya Frida menatap cucunya dengan cemas, lalu menambahkan, "Olivia, sudah berapa lama kamu nggak ketemu nenek. Kenapa sepertinya kamu makin kurus?"

Olivia mengeluh, "Nek, istri baru kakak membuatku menderita setelah dia datang kemari. Dia membuatku muntah-muntah sampai dirawat di rumah sakit."

Nyonya Frida tampak tenang dan hangat, tetapi setelah mendengar itu, matanya yang tajam melotot tidak terima.

"Aku ingin melihat menantu sehebat apa yang datang ke rumah ini, sampai berani menggertak cucu perempuanku yang berharga! Pelayan, panggilkan Pamela kemari!"

Olivia membantu Nyonya Frida duduk di sofa, meringkuk di samping neneknya dan berbicara dengan penuh perhatian.

Pamela pasti akan mati hari ini. Lihat saja apa yang akan dilakukan nenek padanya!

Beberapa saat kemudian, Pamela dibawa turun oleh pelayan.

"Apa kamu yang bernama Pamela?"

Nyonya Frida menatapnya dari atas ke bawah.

Pamela mengangguk, lalu menjawab, "Ya. Nyonya ingin bertemu denganku?"

Tatapan Nyonya Frida tidak ramah. "Aku dengar kamu menyiksa cucuku sampai masuk rumah sakit? Kenapa? Baru menjadi bagian dari keluarga ini, kamu pikir kamu adalah nyonya dari Keluarga Dirgantara?"

Pamela menyimpulkan identitas wanita tua itu dan menebak-nebak bagaimana Olivia telah membalikkan permasalahan antara mereka berdua.

Dia menjelaskan tanpa merendahkan diri, "Nyonya, apa nyonya pernah mendengar pepatah yang mengatakan, jangan menyimpulkan sesuatu sebelum mengetahui kebenarannya? Kemarin, Nona Olivia menyiram air kotor ke tubuhku. Aku hanya ingin melindungi diriku sendiri dan membalas perbuatannya. Tindakanku nggak bisa dikatakan menyiksanya."

Nyonya Frida memalingkan wajahnya untuk menatap cucunya, lalu mengatakan, "Olivia, apa itu benar?"

Olivia menggelengkan kepalanya sambil berlinang air mata, "Nek, jangan dengarkan omong kosongnya. Dia menuduhku! Ada banyak pelayan di rumah. Mereka semua bisa bersaksi untukku!"

Melihat kedipan mata Olivia, beberapa pelayan melangkah maju.

"Saya bisa bersaksi bahwa nona nggak bersikap seperti itu kepadanya."

"Saya juga bisa bersaksi!"

"Saya juga!"

Tatapan lekat Nyonya Frida beralih ke Pamela. "Apa lagi yang ingin kamu katakan sekarang?"

Pamela memandang beberapa pelayan yang telah melangkah maju dan mengerutkan kening tanpa daya.

Hanya orang-orang Olivia yang ada di sini. Dia tidak bisa mengelak.

"Nyonya, aku sudah mengatakan semua yang perlu dikatakan. Kalau nyonya nggak percaya, nggak ada lagi yang bisa aku katakan."

Nyonya Frida yang mendengar itu menimpali dengan suara berat, "Kamu nggak sadar dengan kesalahanmu? Sepertinya keluargamu nggak mengajarimu untuk bersikap baik. Jadi, Keluarga Dirgantara yang akan melakukannya! Pelayan, bawakan peraturan Keluarga Dirgantara dan suruh dia menyalinnya seratus kali. Jangan biarkan dia makan kalau belum selesai. Biarkan dia memahami aturan Keluarga Dirgantara."

Pamela kehabisan kata-kata, "..."

Kenapa nenek dan cucunya ini sama-sama suka membuatnya mengingat aturan?

"Nenek, aku senang Nenek ada di sini untuk menemaniku!" Olivia membungkuk dengan bangga di hadapan Nyonya Frida dan mengambil sebuah kue kering dari meja di depannya. Setelah itu, dia mengatakan, "Nenek belum makan sejak turun dari pesawat, 'kan? Makanlah kue ini dulu. Aku akan ke dapur untuk menyiapkan makan siang kesukaan Nenek."

Pamela menghentikannya, "Tunggu! Nyonya nggak boleh makan itu!"

Olivia menimpali ketus, "Pamela, ini Keluarga Dirgantara, apa yang nggak boleh dimakan oleh nenekku? Makan saja, Nek. Abaikan dia!"

Nyonya Frida menggigit kue yang disuapi cucunya dan sudah terlambat bagi Pamela untuk menghentikannya.

Olivia menatap Pamela dengan tatapan provokatif, "Masih nggak pergi buat tulis aturan keluarga? Cepat tulis seratus kali!"

Saat itu, wajah Nyonya Frida tiba-tiba memucat. Matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar, tidak bisa bernapas.

Olivia terkejut, "Nenek? Nenek ... ada apa, Nek?"

Pamela melihat terjadi sesuatu pada Nyonya Frida dan dengan cepat melangkah maju untuk memeriksa keadaannya.

Olivia mendorongnya dengan kesal, lalu mengatakan, "Pergilah! Jangan sentuh Nenek!"

"Nyonya dalam bahaya, jangan menghalangi!"

"Bahaya apa! Apa yang ingin kamu lakukan pada nenekku?"

Olivia berdiri di depannya dan terus mendorongnya, tidak membiarkan Pamela mendekat.

Dalam keputusasaannya, Pamela menampar wajah Olivia, membuatnya tersungkur ke belakang.

Segera setelah itu, Pamela menghampiri dan mengangkat Nyonya Frida ke atas sofa, memegang perutnya dan melompat ke atasnya tanpa menunda waktu satu detik pun.

Olivia beranjak dengan wajah yang ditutupi tangan. Melihat Pamela menyiksa neneknya, dia berteriak, "Pamela gila! Dia akan membunuh nenek! Kenapa kalian diam saja! Cepat singkirkan dia!"

Anak buah Keluarga Dirgantara mengepung Pamela, tetapi karena Nyonya Frida ada di tangannya, tidak ada yang berani melakukan apa pun kepadanya.

"Jangan mendekat!" Pamela mundur beberapa langkah, memeluk Nyonya Frida.

"Nyonya!"

"Cepat lepaskan nyonya!"

"Jangan macam-macam!"

Tiba-tiba, sebuah suara dingin dan tegas terdengar.

"Ada apa ribut-ribut begini!"

Agam masuk dan tekanan udara pun menurun drastis.

Olivia berhambur ke dalam pelukan Agam seolah-olah dia telah melihat seorang penyelamat. Dia mulai mengadu, "Kak, selamatkan nenek. Nenek bisa meninggal di tangan Pamela!"

Alis Agam berkerut. Dia menatap Pamela yang bersama neneknya dan bertanya dengan suara dingin, "Apa yang kamu lakukan?"

Pamela baru saja akan menjelaskan, tiba-tiba Olivia berkata, "Dia membuat nenek marah. Nenek menghukumnya untuk menulis peraturan keluarga, tapi dia nggak terima. Jadi, dia membalas dendam pada nenek! Kak, wanita ini gila, ceraikan dia sekarang juga!"

Agam mendorong Olivia ke samping dan menyerahkannya pada Ervin. Tatapan matanya yang berbahaya tertuju pada Pamela. "Kalau kamu nggak mau mati, lepaskan nenekku sekarang juga!"

Pamela berkata, "Tunggu sebentar lagi!"

Agam makin tidak sabar, "Tunggu apa?"

Nyonya Frida mulai batuk-batuk.

Pamela melepaskan Nyonya Frida dan orang-orang Keluarga Dirgantara segera berkumpul untuk membantu melancarkan pernapasan Nyonya Frida.

Sambil melihat neneknya batuk-batuk, Agam mencengkeram leher Pamela.

"Siapa yang memberimu keberanian untuk melakukan itu pada nenekku?"

"Aku ... uhuk ...."

Kaki Pamela tiba-tiba menggantung di udara, wajahnya sampai memerah.

Dalam mata merah Agam, dia merasakan niat membunuh yang sangat kuat!
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Just Rara
semoga setelah ditolong pamela nenek si agam sadar siapa yg benar dan jujur
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 15

    Wajah Pamela berubah menjadi sedikit pucat.Nyonya Frida yang berhasil menarik napas panjang berkata mendesak, "Agam, cepat lepaskan ...."Barulah Agam melepaskan cengkeramannya, melempar Pamela ke samping dan menghampiri neneknya. "Bagaimana keadaan nenek?"Nyonya Frida melambaikan tangannya dengan napas sedikit terengah-engah, baru menjawab, "Nggak apa-apa. Barusan, anak itu menyelamatkanku karena tersedak. Ada biji kurma di lantai yang sudah aku muntahkan."Agam terkejut, menatap biji kurma yang teronggok di lantai, lalu menoleh ke arah Pamela dengan alis berkerut.Pamela yang dilempar ke lantai olehnya perlahan beranjak sambil menggosok-gosok lengannya yang terbentur.Kemudian, dia menghampiri Nyonya Frida dan menjelaskan."Nyonya, pagi ini aku membuat kue itu untukku sendiri. Biji kurmanya sengaja nggak aku buang karena aku lebih suka sedikit rasa pahit dari bijinya. Tapi, itu nggak cocok untuk dimakan oleh orang tua. Maaf karena sudah menyakiti nyonya."Pamela membungkuk tulus, m

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 16

    Mata Pamela membelalak tidak mengerti. Dia melihat pria itu menekannya untuk melakukan push-up dengan satu tangan!Mulutnya ditutupi oleh tangan kasar Agam yang lain. Pria itu menyibak selimut, membuat selimut menutupi tubuh mereka berdua, menyisakan hanya kepala mereka yang terlihat.Keduanya saling berhadapan dalam jarak yang dekat, tampak seolah-olah mereka sedang ....Pamela sedikit terkesima dengan gerakan yang sangat menggoda ini. Tanpa bisa menahan diri, dia menepis tangan besar pria itu."Paman, kamu ...."Agam mendorong tubuhnya ke atas hingga mencapai posisi "tengkurap" dan mendekat ke telinganya, membisikkan sebuah peringatan, "Gadis kecil, bukankah kamu bilang akan menyelesaikan tiga bulan ini dengan penuh dedikasi? Sekarang, ini juga sesuatu yang harus kamu kerjakan. Jangan bergerak!"Pamela terdiam, kemudian dia menyadari adanya pergerakan di pintu masuk kamar.Nyonya Frida mendorong pintu hingga membuka sedikit celah dan mengawasi secara diam-diam.Begitu rupanya.Kesada

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 17

    "Bos, kenapa nggak masuk ke dalam?" Marlon bertanya karena melihat Pamela berhenti.Pamela diam di tempat, lalu melihat Agam keluar dari mobilnya untuk berjalan masuk ke dalam Rumah Lelang Xander. Dia menjawab sambil mengerutkan kening, "Aku melihat orang yang nggak ingin aku temui. Kita masuk nanti saja!"Marlon mengikuti arah pandangan Pamela."Itu sepertinya Agam Dirgantara! Bos, kamu mengenalnya?"Pamela menjawab dengan kesal, "Nggak kenal!"...Tempat lelang dibagi menjadi dua tingkat.Lantai dasar untuk pembeli umum, sedangkan lantai dua diperuntukkan bagi pembeli VIP yang tidak ingin menunjukkan wajah mereka. Ruang VIP ini memiliki privasi yang sangat baik. Setiap ruang dibedakan dengan nomor pintu yang ada di depan ruangan.Agam berada di ruang 1.Pamela berada di ruang 7.Setelah pelelangan dimulai dengan melelang beberapa barang antik yang biasa-biasa, tungku perunggu sebagai barang lelang yang menjadi daya tarik utama penjualan mulai dipajang.Setelah juru lelang dengan prof

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 18

    Pamela menoleh ke arah Marlon dan menggerakkan alisnya pelan.Mereka sudah kenal lama, jadi dia bisa paham dengan apa yang dimaksud bosnya.Dia berdeham, mengangkat tangannya untuk membenarkan letak headset Bluetooth yang biasa dia kenakan di telinga kirinya, lalu berjalan melewati Agam dan Pamela dengan tenang.Suaranya sengaja direndahkan, berpura-pura seperti tengah menelepon."Bos, malu banget deh. Aku baru memarahi Agam, malah didengar olehnya! Dialah yang merebut lukisan yang kamu sukai!""Sudahlah. Masih banyak lukisan lain milik Berenice selain "Angsa dan Musim Gugur". Kita bisa membeli yang lainnya!"Setelah mengatakan itu, Marlon benar-benar sudah berjalan jauh.Pamela menatap Agam dengan mata melotot, lalu mengangkat alisnya dengan ekspresi polos."Paman, pria itu sepertinya memarahimu!"Mata Agam menyipit ke arah Pamela, lalu bertanya dengan tatapan penuh tanya, "Kalian nggak kenal?"Pamela menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Nggak kenal. Paman, apa kamu kenal pria itu

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 19

    Gadis yang mengenakan gaun pengantin itu adalah keponakan Agam yang akan menikah hari ini. Dia membutuhkan pengiring pengantin, jadi, paman aneh ini membawanya kemari.Pamela tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Paman, dasar nggak tahu adat. Pengiring pengantin harus gadis yang belum menikah. Dia itu keponakanmu dan aku istrimu. Mana ada pengiring pengantin lebih tua dari pengantinnya?"Alis Agam menunduk. Apa? Dia tidak tahu adat?Namun, pengantin wanita itu terkejut, lalu mengatakan, "Oh! Jadi kamu Bibiku?"Bibi?Pamela merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan ini.Gadis yang mengenakan pakaian pengantin itu menggenggam tangan Pamela dengan antusias, lalu memperkenalkan diri sambil tersenyum."Halo, Bibi! Namaku Adsila Andonis. Agam adalah paman kandungku! Itu, sudahlah. Rombongan pengiring pengantinku terjebak macet di jalan. Aku harus mencari pengganti untuk melakukan penyelamatan dadakan, jadi nggak perlu mikirin adat atau apa pun itu."Pamela mengangguk mengerti, "Oh, b

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 20

    "Sudah! Leroy, keluar sana, temani tamu yang lain! Masalah pengiring pengantin kamu tenang saja. Aku bisa urus!"Adsila mendorong Leroy keluar dari ruang ganti.Dia menoleh ke arah Pamela yang sudah mengenakan pakaian pengiring pengantin. Dia berkata, "Bibi cantik sekali! Pantas saja paman yang sudah seperti biksu itu bersedia mengingkari sumpahnya dan menikahimu!"Pamela menarik sudut mulutnya, menimpali sambil tersenyum datar, "Aku datang buat jadi pengiring pengantin. Jadi, jangan panggil bibi. Panggil namaku saja, Pamela Alister."Adsila mengangguk dan tidak menolak, "Baiklah! Pamela, bagaimana awal pertemuanmu dengan paman?"Bagaimana awal pertemuan Pamela dengan Agam? Itu adalah pertemuan yang tidak bisa dibayangkan.Pamela mengernyitkan keningnya, lalu menjawab, "Jangan bahas kami. Kamulah pemeran utama hari ini. Lebih baik membicarakan pertemuanmu dengan calon suamimu saja."Adsila sangat antusias saat membicarakan hubungannya dengan Leroy. Gadis itu bisa mengatur pembahasan te

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 21

    "Dasar rubah betina!" Bianca mengumpat dengan penuh kebencian.Karena tidak ingin terlibat pertengkaran dengan Bianca di pesta pernikahan orang lain, Pamela berbalik dan pergi ke toilet.Begitu keluar dari toilet, dia mendengar seorang pria dan wanita saling tarik-menarik di ujung koridor, lalu keduanya menyelinap masuk ke gudang.Jika dugaannya benar, pria itu adalah pengantin pria Adsila, Leroy, sementara wanita itu adalah Bianca yang mengenakan gaun pengiring pengantin dengan warna yang sama dengannya!Hal baik apa yang bisa dilakukan oleh pengantin pria dan pengiring pengantin wanita di hari pernikahan?...Di dalam gudang."Leroy, kamu tega sekali menikah tanpa sepengetahuanku!""Bianca, kenapa kamu di sini?""Aku datang buat jadi pengiring pengantin. Nggak disangka kalau kamu pengantin prianya. Pantas saja akhir-akhir ini kamu nggak pernah jawab teleponku!""Bianca, ada empat ratus juta di kartu ini. Anggap saja sebagai kompensasi dari perpisahan kita. Kamu harus pergi setelah me

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 22

    Wajah Leroy memucat. Dia memelototi Bianca yang merupakan salah satu dari empat pengiring pengantin dengan penuh permusuhan!Wanita jalang itu, pasti dia yang melakukan semua ini.Senyum bahagia yang mengembang di wajah Adsila perlahan-lahan memudar.Dia menatap pengantin prianya dengan tatapan tidak percaya, lalu mengatakan, "Leroy, apa hubunganmu dengan wanita itu? Apa yang kalian lakukan di gudang?"Leroy memegang pundak Adsila dengan wajah lembut, mencoba menjelaskan, "Adsila, dengarkan aku. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan! Saat itu, pengiring pengantin itu mengatakan kalau dia nggak enak badan dan memintaku untuk membantunya beristirahat di gudang. Nggak disangka setelah masuk ke gudang, dia melepas pakaiannya dan merayuku! Aku terkejut dan langsung melepaskan diri dengan berlari keluar ruangan. Aku nggak melakukan kesalahan apa pun!"Adsila tidak menerima penjelasan Leroy. Dia juga mendorongnya dan berjalan ke arah empat pengiring pengantin yang berada di atas panggung, lalu

    Last Updated : 2024-01-08

Latest chapter

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2932

    Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2931

    "Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2930

    Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen

DMCA.com Protection Status