Share

Bab 12

Author: Hargai
last update Last Updated: 2024-01-08 22:00:42
Pamela sudah mengenakan kaos milik Agam. Jendela yang sempat dia buka karena ingin mendapatkan terpaan angin segar perlahan membuatnya merasa sedikit kedinginan. Jadi, dia memakai jas yang dipakaikan Agam ke tubuhnya tadi.

"Aku dengar Nona Alister kehilangan pekerjaan?"

Pamela sedang menatap keluar jendela mobil, ke arah pemandangan jalanan yang sepi. Tiba-tiba, dia mendengar suara Agam yang rendah dan dewasa.

Pamela tersenyum tipis, lalu mengatakan, "Ya. Itu berkat kerja keras Paman!"

Raut Agam berubah datar saat membolak-balik map di tangannya. Dia kembali berucap, "Aku sudah memberi kalian kesempatan. Justru kalian yang melakukan kesalahan yang seharusnya nggak kalian lakukan. Menurut standarku, perencanaan seperti itu nggak ada nilai investasinya."

Pamela sedikit mengantuk, jadi dia menguap.

"Oh! Aku bukan karyawan Perusahaan Quentin lagi. Paman nggak perlu bilang alasannya."

"..."

Agam mengangkat tangannya dan terus membalik-balik halaman kertas, nadanya terkesan asal, "Kalau kamu mau magang di perusahaan ...."

"Pak sopir, tolong menepi di depan!"

Pamela menyela perkataan pria itu. Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat ke luar jendela mobil. Matanya berbinar seolah-olah melihat sesuatu.

Segera setelah mobil menepi, Pamela membuka pintu dan melangkah keluar.

Dengan langkah cepat, dia berlari ke arah tanda pemberhentian bus di depannya dan naik ke bus yang baru saja tiba.

Pamela mencari tempat duduk dekat jendela dan duduk di sana. Dia menjulurkan tangannya keluar jendela dan mengacungkan jempol ke arah Meserati di belakangnya. Perlahan, jempol itu berputar 180 derajat ke bawah, tanda merendahkan.

Bus perlahan-lahan menjauh sebelum tangan mungilnya ditarik kembali.

Pelipis Ervin mengernyit saat dia menyaksikan tindakannya itu.

Nona Alister ini benar-benar orang yang sangat lancang. Harus diketahui bahwa, di seluruh Kota Marila, bahkan di seluruh negeri ini, tidak ada satu orang pun yang berani bersikap kasar di depan tuan muda.

"Tuan muda, jas Anda dibawa oleh Nona Alister. Anda harus menghadiri acara gunting pita sore nanti setelah World Trade Centre selesai ...."

"Minta kirimkan yang baru."

Agam tertunduk muram dan terus melihat-lihat dokumen di depannya.

"Baik!"

Ervin menambahkan, "Tuan muda, nona menelepon dan mengatakan kalau nona masuk rumah sakit."

Agam mendongakkan kepalanya dan menjawab, "Bukannya baik-baik saja, kenapa bisa masuk rumah sakit?"

Ervin menjelaskan, "Tadi pagi Nona Alister menekan kepala nona ke dalam toilet. Nona meminum air kloset. Nona yang selalu menyukai kebersihan merasa sangat jijik sampai muntah-muntah sejak pagi tadi. Nona mengalami dehidrasi dan dilarikan ke rumah sakit untuk di infus."

"Apa yang dikatakan dokter?"

"Dokter mengatakan kalau nggak ada masalah serius. Setelah infus habis dan nona menjaga pola makan untuk menjaga kesehatannya, dalam dua hari nona akan sehat kembali. Hanya saja, nona menangis. Katanya dia harus memanggil tuan muda kembali untuk membantunya memberi pelajaran kepada Nona Alister."

Ekspresi di wajah Agam tetap tidak berubah. Dia hanya mengatakan, "Olivia selalu dimanjakan oleh neneknya, sulit diatur dan dikendalikan. Meskipun karakter Pamela kuat, dia bukan orang yang akan mengganggu orang lain tanpa alasan. Kali ini, biarkan Olivia menjadikan ini sebagai pelajaran. Dia harus menahan sikap semena-menanya. Biarkan saja."

Ervin terdiam, merasa bahwa tuan muda sepertinya sangat memanjakan Nona Alister.

Setelah memikirkannya, dia menoleh lagi untuk meminta petunjuk, "Kalau begitu ... hari in Nona Alister kehilangan pekerjaan. Haruskah kita mengatur pekerjaan untuknya?"

Agam berkata dengan acuh, "Nggak perlu. Dalam tiga bulan, awasi saja dan jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang mempermalukan reputasi Keluarga Dirgantara."

"Baik!"

Ervin sempat berpikir bahwa tuan muda memiliki perasaan yang berbeda dengan Nona Alister. Namun, ternyata itu hanya prasangkanya saja.

Benar juga!

Tuan muda hanya memiliki Nona Kalana dalam hatinya. Perasaan itu tidak berubah selama bertahun-tahun.

Namun, karena perseteruan yang terjadi antara Keluarga Dirgantara dan Keluarga Ganendra, sulit bagi keduanya untuk bersama.

Tuan muda masih melajang karena alasan ini. Itulah sebabnya kakeknya selalu memaksanya untuk menikah.

...

Pamela naik bus, kembali ke kediaman Keluarga Alister untuk mengemasi barang-barangnya.

Dia harus bekerja sama dengan paman aneh di Keluarga Dirgantara selama tiga bulan ke depan. Dia tidak bisa mengenakan pakaian pria itu sepanjang waktu.

Begitu masuk ke dalam rumah, Pamela bertemu dengan Jovita yang telah berhenti dari industri hiburan dan terus tinggal di rumah.

Jovita yang selalu membanggakan dirinya sendiri di depan Pamela, segera mengambil sikap ketika melihat Pamela kembali.

"Kamu rupanya. Aku pikir tukang antar makanan yang datang!"

Pamela tidak mau berbicara dengan Jovita, jadi dia berjalan melewatinya dan langsung naik ke atas.

Namun, Jovita terus menghalangi langkahnya. Matanya menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.

"Pamela, kamu benar-benar pulang pakai baju pria? Kamu nggak pulang semalaman, pasti karena pergi dengan pria nggak jelas, 'kan?"

Sebelum Pamela sempat menjelaskan, Jovita mulai berteriak.

"Ayah! Ibu! Lihatlah siapa yang datang! Lihat apa yang Pamela pakai!"

Darius keluar dari kamarnya saat mendengar teriakan putrinya. Wajahnya langsung tersentak ketika melihat pakaian pria yang dikenakan Pamela.

"Pamela, kenapa kamu pakai baju pria? Semalam kamu juga nggak pulang, apa yang kamu lakukan?"

Wulan yang datang setelah Darius juga menunjukkan ekspresi terkejut. "Ini ... Pamela, kamu itu gadis yang belum menikah, kenapa pakai pakaian pria? Keluarga Alister adalah keluarga yang terhormat!"

Jovita menimpali, "Ayah, Pamela nggak mau pergi kencan buta dengan pria pilihan ibu, tapi dia sendiri malah pergi sama pria nggak jelas dan menghabiskan malam bersama! Kenapa dia bersikap serendah itu!"

Wajah Darius makin muram. Dia menyalurkan kemarahannya dengan mengatakan, "Pamela, jelaskan! Apa yang terjadi dengan pakaian yang kamu pakai?"

Pamela dengan tenang dan dingin menjelaskan kepada Darius, "Ayah, bajuku basah karena nggak sengaja terkena air. Jadi, aku pinjam baju orang lain yang setidaknya bisa aku pakai. Setelah dicuci bersih, aku juga akan mengembalikannya."

Jovita berdecak, "Pinjam? Siapa yang akan percaya!"

Darius masih curiga. "Terus apa yang kamu lakukan sampai nggak pulang semalaman?"

Pamela menjawab, "Aku mendapatkan rumah sewa dan tidur di sana. Hari ini aku pulang buat beres-beres barangku yang ada di sini. Mulai sekarang, aku akan pindah."

Dia hanya menganggap bahwa kediaman Keluarga Dirgantara adalah rumah yang disewanya dalam kurun waktu tiga bulan.

Darius mengerutkan keningnya, bertanya bingung, "Pindah? Kamu mau pindah ke mana? Nggak tinggal di rumah, malah tinggal di tempat lain?"

Wulan menimpali dari sela-sela pembicaraan keduanya, "Darius, Pamela nggak akan tinggal bareng pria, 'kan? Tinggal bersama sebelum menikah itu nggak bagus. Kalau dia kehilangan kesucian dan reputasinya, nggak akan ada yang mau menikah dengannya. Reputasi keluarga akan tercoreng!"

Jovita menimpal dengan sinis, "Heh, semalam saja nggak pulang dan sekarang pakai baju pria. Kesucian apa yang bisa dia miliki!"

Darius menatap Pamela dengan tatapan yang makin suram dan penuh kekecewaan.

Namun, Pamela menatap Wulan dan Jovita dengan senyum tipis.

"Terima kasih, Tante Wulan dan kakak atas perhatiannya! Aku hanya orang biasa. Nggak peduli apa yang aku lakukan, nggak ada yang akan mengenalku. Bahkan hanya sedikit kerabatku yang ingat padaku. Jadi, aku nggak akan bisa mencemari nama baik Keluarga Alister."

"Sebaliknya, kakak adalah seorang bintang besar dan sangat terkenal. Skandal sekecil apa pun bisa menjadi berita hangat. Kakak yang harus menjaga kesucian dan reputasinya. Jangan sampai ada media yang nggak bertanggung jawab, yang menulis kalau kakak jadi simpanan orang kaya atau semacamnya. Mungkin saja nggak akan ada yang mau menikahimu karena hal ini. Kalau sudah begitu, Tante Wulan yang akan cemas dan khawatir."

Jovita mengertakkan gigi karena marah, "Pamela, siapa yang kamu bilang nggak akan bisa menikah?"

Pamela melengos, "Oh, aku lupa. Kakak kemarin sudah menikah! Oh ya, Kak, mana pengantin prianya, Tuan Agam itu? Kenapa nggak kenalin aku sama kakak ipar?"

Mendengar kata-kata itu, suasana seketika membeku.

Kemarahan Darius beralih. Dia menatap tajam ke arah Wulan dan Jovita.

Pembahasan ini membuatnya marah. Karena pernikahan kemarin, harga dirinya hancur di depan teman dan kerabatnya.

Pamela menambahkan, "Ayah, sebelumnya, karena aku masih sekolah, tinggal di rumah memang nggak masalah. Sekarang, aku sudah dewasa dan punya pekerjaanku sendiri. Aku ingin belajar hidup mandiri. Jangan khawatir, aku nggak akan pernah melakukan apa pun yang bisa mempermalukan ayah meskipun aku pindah dari rumah."

Darius menoleh ke arah Pamela. Perilaku putri bungsunya jauh lebih baik dibandingkan dengan Wulan dan Jovita yang sudah mempermalukannya.

Dia pun melambaikan tangannya dan mengatakan, "Terserah kamu. Kamu boleh keluar dan tinggal di sana kalau mau, toh rumah ini juga sangat berantakan!"

"Terima kasih, Ayah."

Pamela menatap Wulan dan Jovita samar-samar, yang saat ini langsung kehabisan kata-kata. Setelah itu, dia berbalik dan melangkah ke lantai atas.

Pamela sedang berganti pakaian, tiba-tiba Jovita menerobos masuk.

Baru akan marah-marah, tiba-tiba Jovita melihat logo yang tercetak di bagian jas pria yang dilepas Pamela!

Apa!

Setelan itu ternyata merek mewah, yang merupakan model khusus VIP dari merek ternama kelas tinggi!

Bagaimana mungkin Pamela bisa mendapatkan pakaian pria berkelas seperti itu!
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dwi Whae
ceritanya mantap,makin penasaran akunya ...
goodnovel comment avatar
Rismawarni
aku suka karakter famela
goodnovel comment avatar
Nuryani Ghelis
keren,wanita harus kuat,tegar dan mandiri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 13

    Jovita menarik jas itu dengan kuat dan bertanya, "Pamela, katakan yang sebenarnya. Dari mana kamu mendapatkan jas ini? Bagaimana kamu bisa menemukan seorang pria yang bisa mengenakan pakaian semahal ini?!"Pamela menatap kedua pakaian itu dengan tidak percaya. Dia hanya menjawab asal, "Apa ini sangat mahal? Ada seorang pria tua baik hati yang meminjamkannya padaku. Aku nggak mengenalnya!"Pamela tidak terlihat berbohong ketika mengatakan ini. Wajahnya terlihat sangat poloso, tapi Jovita masih tidak percaya."Nggak mungkin kamu bisa kenal pria yang bisa memakai pakaian semewah ini! Cepat cuci bersih baju ini, lalu kembalikan pada orang itu! Jangan harap untuk mendekati pria kaya! Pria yang punya selera bagus nggak bakal melirik orang udik sepertimu!"Pamela tertawa tak peduli. "Omong-omong, kamu belum menjawab pertanyaanku. Di mana suamimu?"Wajah Jovita terlihat masam. Ketika dia melihat Pamela yang tidak tahu apa-apa, dia pun berkata dengan sombong, "Ehem ... kemarin aku berubah pikir

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 14

    Jovita menjawab, "Adik perempuanku ...."Olivia tiba-tiba mencium bau parfum Jovita yang menyengat dan mulai muntah-muntah.Pelayan yang melihat hal ini langsung mendorong Jovita untuk menyingkir. "Pergilah! Nona kami nggak punya waktu untuk meladenimu!""Apa nona baik-baik saja?"Para pelayan dengan hati-hati membantu Olivia yang muntah hingga lemas untuk masuk ke dalam.Jovita sangat kesal karena dia didorong dan diusir seperti pengemis.Namun, dia tidak berani macam-macam dengan orang-orang yang bisa tinggal di sini.Sopir Keluarga Dirgantara menurunkan jendela mobil dan menasihati dengan ramah, "Keluar dari sini. Ini bukan tempat di mana kamu bisa tanya-tanya."Jovita menoleh dan bertanya, "Kamu sopir rumah ini? Katakan padaku, siapa sebenarnya yang tinggal di sini?"Sopir itu menjawab dengan sangat berhati-hati, "Aku nggak bisa bilang siapa yang tinggal di sini. Tapi aku dengar kalau mereka baru merekrut beberapa pelayan baru. Adik yang kamu cari mungkin ada di antara mereka!"Pel

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 15

    Wajah Pamela berubah menjadi sedikit pucat.Nyonya Frida yang berhasil menarik napas panjang berkata mendesak, "Agam, cepat lepaskan ...."Barulah Agam melepaskan cengkeramannya, melempar Pamela ke samping dan menghampiri neneknya. "Bagaimana keadaan nenek?"Nyonya Frida melambaikan tangannya dengan napas sedikit terengah-engah, baru menjawab, "Nggak apa-apa. Barusan, anak itu menyelamatkanku karena tersedak. Ada biji kurma di lantai yang sudah aku muntahkan."Agam terkejut, menatap biji kurma yang teronggok di lantai, lalu menoleh ke arah Pamela dengan alis berkerut.Pamela yang dilempar ke lantai olehnya perlahan beranjak sambil menggosok-gosok lengannya yang terbentur.Kemudian, dia menghampiri Nyonya Frida dan menjelaskan."Nyonya, pagi ini aku membuat kue itu untukku sendiri. Biji kurmanya sengaja nggak aku buang karena aku lebih suka sedikit rasa pahit dari bijinya. Tapi, itu nggak cocok untuk dimakan oleh orang tua. Maaf karena sudah menyakiti nyonya."Pamela membungkuk tulus, m

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 16

    Mata Pamela membelalak tidak mengerti. Dia melihat pria itu menekannya untuk melakukan push-up dengan satu tangan!Mulutnya ditutupi oleh tangan kasar Agam yang lain. Pria itu menyibak selimut, membuat selimut menutupi tubuh mereka berdua, menyisakan hanya kepala mereka yang terlihat.Keduanya saling berhadapan dalam jarak yang dekat, tampak seolah-olah mereka sedang ....Pamela sedikit terkesima dengan gerakan yang sangat menggoda ini. Tanpa bisa menahan diri, dia menepis tangan besar pria itu."Paman, kamu ...."Agam mendorong tubuhnya ke atas hingga mencapai posisi "tengkurap" dan mendekat ke telinganya, membisikkan sebuah peringatan, "Gadis kecil, bukankah kamu bilang akan menyelesaikan tiga bulan ini dengan penuh dedikasi? Sekarang, ini juga sesuatu yang harus kamu kerjakan. Jangan bergerak!"Pamela terdiam, kemudian dia menyadari adanya pergerakan di pintu masuk kamar.Nyonya Frida mendorong pintu hingga membuka sedikit celah dan mengawasi secara diam-diam.Begitu rupanya.Kesada

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 17

    "Bos, kenapa nggak masuk ke dalam?" Marlon bertanya karena melihat Pamela berhenti.Pamela diam di tempat, lalu melihat Agam keluar dari mobilnya untuk berjalan masuk ke dalam Rumah Lelang Xander. Dia menjawab sambil mengerutkan kening, "Aku melihat orang yang nggak ingin aku temui. Kita masuk nanti saja!"Marlon mengikuti arah pandangan Pamela."Itu sepertinya Agam Dirgantara! Bos, kamu mengenalnya?"Pamela menjawab dengan kesal, "Nggak kenal!"...Tempat lelang dibagi menjadi dua tingkat.Lantai dasar untuk pembeli umum, sedangkan lantai dua diperuntukkan bagi pembeli VIP yang tidak ingin menunjukkan wajah mereka. Ruang VIP ini memiliki privasi yang sangat baik. Setiap ruang dibedakan dengan nomor pintu yang ada di depan ruangan.Agam berada di ruang 1.Pamela berada di ruang 7.Setelah pelelangan dimulai dengan melelang beberapa barang antik yang biasa-biasa, tungku perunggu sebagai barang lelang yang menjadi daya tarik utama penjualan mulai dipajang.Setelah juru lelang dengan prof

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 18

    Pamela menoleh ke arah Marlon dan menggerakkan alisnya pelan.Mereka sudah kenal lama, jadi dia bisa paham dengan apa yang dimaksud bosnya.Dia berdeham, mengangkat tangannya untuk membenarkan letak headset Bluetooth yang biasa dia kenakan di telinga kirinya, lalu berjalan melewati Agam dan Pamela dengan tenang.Suaranya sengaja direndahkan, berpura-pura seperti tengah menelepon."Bos, malu banget deh. Aku baru memarahi Agam, malah didengar olehnya! Dialah yang merebut lukisan yang kamu sukai!""Sudahlah. Masih banyak lukisan lain milik Berenice selain "Angsa dan Musim Gugur". Kita bisa membeli yang lainnya!"Setelah mengatakan itu, Marlon benar-benar sudah berjalan jauh.Pamela menatap Agam dengan mata melotot, lalu mengangkat alisnya dengan ekspresi polos."Paman, pria itu sepertinya memarahimu!"Mata Agam menyipit ke arah Pamela, lalu bertanya dengan tatapan penuh tanya, "Kalian nggak kenal?"Pamela menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Nggak kenal. Paman, apa kamu kenal pria itu

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 19

    Gadis yang mengenakan gaun pengantin itu adalah keponakan Agam yang akan menikah hari ini. Dia membutuhkan pengiring pengantin, jadi, paman aneh ini membawanya kemari.Pamela tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Paman, dasar nggak tahu adat. Pengiring pengantin harus gadis yang belum menikah. Dia itu keponakanmu dan aku istrimu. Mana ada pengiring pengantin lebih tua dari pengantinnya?"Alis Agam menunduk. Apa? Dia tidak tahu adat?Namun, pengantin wanita itu terkejut, lalu mengatakan, "Oh! Jadi kamu Bibiku?"Bibi?Pamela merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan ini.Gadis yang mengenakan pakaian pengantin itu menggenggam tangan Pamela dengan antusias, lalu memperkenalkan diri sambil tersenyum."Halo, Bibi! Namaku Adsila Andonis. Agam adalah paman kandungku! Itu, sudahlah. Rombongan pengiring pengantinku terjebak macet di jalan. Aku harus mencari pengganti untuk melakukan penyelamatan dadakan, jadi nggak perlu mikirin adat atau apa pun itu."Pamela mengangguk mengerti, "Oh, b

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 20

    "Sudah! Leroy, keluar sana, temani tamu yang lain! Masalah pengiring pengantin kamu tenang saja. Aku bisa urus!"Adsila mendorong Leroy keluar dari ruang ganti.Dia menoleh ke arah Pamela yang sudah mengenakan pakaian pengiring pengantin. Dia berkata, "Bibi cantik sekali! Pantas saja paman yang sudah seperti biksu itu bersedia mengingkari sumpahnya dan menikahimu!"Pamela menarik sudut mulutnya, menimpali sambil tersenyum datar, "Aku datang buat jadi pengiring pengantin. Jadi, jangan panggil bibi. Panggil namaku saja, Pamela Alister."Adsila mengangguk dan tidak menolak, "Baiklah! Pamela, bagaimana awal pertemuanmu dengan paman?"Bagaimana awal pertemuan Pamela dengan Agam? Itu adalah pertemuan yang tidak bisa dibayangkan.Pamela mengernyitkan keningnya, lalu menjawab, "Jangan bahas kami. Kamulah pemeran utama hari ini. Lebih baik membicarakan pertemuanmu dengan calon suamimu saja."Adsila sangat antusias saat membicarakan hubungannya dengan Leroy. Gadis itu bisa mengatur pembahasan te

    Last Updated : 2024-01-08

Latest chapter

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2932

    Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2931

    "Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2930

    Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen

DMCA.com Protection Status