Pamela menatapnya sejenak, lalu menyunggingkan seulas senyum palsu."Ya, kebetulan sekali! Sebuah kebetulan yang sedikit nggak mirip dengan kebetulan!"Andra menopang dagunya dengan satu tangannya, sorot mata pria itu seakan-akan sedang memancarkan sedikit cahaya yang bisa membuat orang lain tersihir. "Jangan berpikir terlalu banyak. Aku benar-benar hanya ingin berjalan-jalan untuk menghirup udara segar dan menenangkan pikiranku di sini.""Oh." Pamela sama sekali tidak memedulikan hal apa yang ingin dilakukan oleh pria itu di sini. Setelah memberi tanggapan singkat, dia tidak memedulikan pria itu lagi, melainkan mengangkat cangkir teh yang disuguhkan oleh pihak penginapan dan menyesapnya.Namun, sebelum cangkir teh itu sempat mendekati bibirnya, sebuah tangan besar terulur dari hadapannya dan mengambil alih cangkir teh itu dari tangannya.Pamela tertegun sejenak, lalu mendongak dan menatap Andra yang mengulurkan tangannya secara tiba-tiba itu dengan tatapan kesal. Kemudian, dia bertany
Pamela tidak menganggap serius ucapan Andra. Dia hanya fokus memakan makanannya. Setelah perutnya terisi penuh, dia pun meletakkan alat makannya.Sebenarnya, Andra tidak makan banyak. Dia hanya bertopang dagu sambil menatap wanita di hadapannya dengan ekspresi menggoda. Melihat wanita itu sudah selesai makan, dia baru berkata, "Sebenarnya, hidangan di sini kurang lezat. Lala, kamu benar-benar nggak pemilih makanan, ya!"Pamela berkata dengan ekspresi datar, "Apa kamu berharap hidangan di kawasan wisata bisa selezat hidangan sekelas michelin?""Aku hanya memberi penilaian secara objektif! Hidangan di tempat ini benar-benar kurang lezat! Bagaimana kalau besok aku membawamu mencicipi hidangan ciri khas masyarakat di sini di tempat lain? Hidangan di tempat itu benar-benar otentik! Setelah mencicipinya sendiri, ucapanku nggak salah!"Pamela menunjukkan ekspresi tidak berminat dan berkata, "Terima kasih atas niat baikmu, tapi nggak perlu! Kalau begitu, kami nggak mengganggu waktu Tuan Andra
Andra terkekeh dan berkata, "Lala, ternyata kamu begitu memandang tinggi diriku! Tapi, aku sudah datang sendirian. Jadi, berbaik hatilah memberiku tumpangan dan membawaku berjalan-jalan bersamamu."Pamela benar-benar terdiam mendengar kata-kata tidak tahu malu pria itu.Andra jelas-jelas tidak bermaksud untuk keluar dari mobil.Melalui kaca spion mobil, Ervin menatap Pamela dan bertanya seolah meminta instruksi, "Nyonya, ini ...."Pamela malas berdebat dengan Andra lagi. Kalau dia membuang-buang waktu di sini dengan pria itu lagi, mungkin perdebatan mereka akan berlangsung sampai matahari terbenam.Karena itulah, dia melambaikan tangannya dan berkata, "Sudahlah, kita berangkat!"Mendengar instruksi Pamela, Ervin mengerutkan keningnya. Namun, dia juga tidak punya pilihan lain selain melajukan mobilnya. 'Nanti aku harus melaporkan hal ini pada Tuan.' pikirnya dalam hati.Saat mobil melaju melintasi pegunungan, pemandangan di luar jendela sangat indah, seakan-akan bisa merilekskan pikiran
Pamela tidak suka Andra menyunggingkan seulas senyum seperti itu di tempat seperti ini. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Kamu boleh saja ikut masuk bersamaku, tapi kamu harus menjaga sikapmu! Tempat ini bukanlah tempat untuk senyum-senyum nggak jelas!"Begitu mendengar ucapan Pamela, Andra langsung memasang ekspresi serius. Kemudian, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oke, nggak masalah."Setelah itu, Pamela membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Andra juga mengikutinya keluar dari mobil.Karena tidak tenang membiarkan Nyonya bersama dengan Andra, setelah memberhentikan mobil di tempat yang tidak memblokir jalan, Ervin juga keluar dari mobil dan ikut masuk ke dalam kuil.Tidak banyak dupa yang menyala di Kuil Mudita, tetapi tetap ada segelintir orang yang datang untuk bersembahyang. Begitu memasuki halaman kuil, samar-samar aroma kayu cendana menyambut indra penciumannya.Pamela melangkahkan kakinya dengan pelan memasuki kuil tersebut. Sambil berjalan, dia mengamati d
Petapa Sujan-lah yang bersikeras untuk menerimanya. Berkat petapa itu pula, dia baru bisa memiliki sebuah tempat untuk berlindung.Dalam bertahun-tahun kemudian, karena keberadaannya, Petapa Savana selalu menyalahkan Petapa Sujan. Selain itu, dari waktu ke waktu, petapa itu pula yang mengusulkan untuk mengantarkannya ke panti asuhan ....Keteguhan hati Petapa Sujan tidak pernah goyah dan selalu membawa Pamela di sisinya. Karena hal itu pula, hubungan Petapa Sujan dengan petapa lainnya di kuil ini tidak baik. Saat itu, semua petapa lainnya berdiri di pihak Petapa Savana.Kala itu, Pamela benar-benar merasa dirinya sudah membawa banyak masalah bagi Petapa Sujan. Jadi, dia sangat penurut. Dia berusaha keras untuk melakukan banyak pekerjaan di dalam kuil dan mengurangi porsi makannya, agar tidak terlalu mempersulit Petapa Sujan.Lama-kelamaan, setelah Petapa Savana dan petapa-petapa lainnya melihatnya begitu penurut, tidak makan banyak, juga tidak merepotkan, keberadaannya baru benar-benar
Sebenarnya, Pamela sama sekali tidak lapar karena dia baru saja kenyang makan. Namun, dia benar-benar tidak ingin melihat Savana berada di hadapannya lagi. Jadi, dia berkata, "Ah, tentu saja aku mengerti. Kalau begitu, maaf merepotkan, Petapa Savana!"Hanya dengan cara ini, Savana baru akan keluar dan tidak mengganggu mereka untuk sementara waktu.Seharusnya ini juga merupakan maksud Petapa Sujan.Setelah Savana keluar, Petapa Sujan baru meraih lengan Pamela dan menuntunnya untuk duduk bersama. "Pamela, kenapa kamu tiba-tiba teringat untuk pulang? Apa terjadi sesuatu padamu?"Pamela sangat terharu. Orang yang benar-benar memedulikannya pasti akan menanyakan kabarnya kapan pun dan di mana pun.Pamela menggelengkan kepalanya dan berkata, "Guru nggak perlu khawatir, aku baik-baik saja! Hanya saja, kebetulan aku ada urusan di sekitar sini. Jadi, aku sekalian datang untuk mengunjungi Guru."Kasih sayang Petapa Sujan terhadap Pamela terpancar dari dalam lubuk hatinya. Dia menganggukkan kepal
Mendengar ucapan Petapa Sujan, Pamela benar-benar tercengang.Sebenarnya, dia tidak banyak tahu mengenai masa lalu Petapa Sujan. Dia hanya mendengar bahwa kala itu Petapa Sujan berkelana seorang diri hingga sampai di pedesaan ini. Kemudian, Petapa Sujan baru bertemu dengan gurunya dan menjadi seorang petapa di kuil ini.Namun, tidak tahu kenapa, sebelum mati, guru Petapa Sujan memerintahkannya untuk tidak mencukur rambutnya. Dia harus berlatih dengan tetap mempertahankan rambutnya.Sepasang mata jernih Petapa Sujan tampak sedikit berkaca-kaca. Dia menghela napas, lalu berkata, "Pamela, kamu nggak bersedia memaafkan mereka, itu artinya kamu masih memedulikan mereka dan nggak bisa melepaskan mereka."Saat berhadapan dengan orang luar, Pamela cenderung keras. Namun, di hadapan Petapa Sujan, dia selalu menjaga sikapnya dan bersikap lemah lembut."Guru, kalau begitu apa Guru sudah memaafkan orang yang pernah menyakiti Guru?"Sorot mata Petapa Sujan tampak sedikit dalam. "Aku nggak bisa mema
Andra mengangkat bahunya, lalu menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Baiklah, kalau begitu aku pergi ke aula samping untuk bersembahyang dulu dan nggak mengganggu kalian berbicara. Nanti aku baru datang menemui Pamela lagi."Sambil berbicara, dia mengangkat alisnya ke arah Pamela, baru berbalik dan pergi.Melihat ekspresi tidak serius Andra, Pamela benar-benar sangat kesal. Sebelum memasuki kuil, dia sudah memperingati pria itu untuk menjaga sikap selama di dalam kuil."Pamela, pacarmu adalah orang seperti apa?"Setelah Andra keluar, Petapa Sujan yang biasanya selalu tampak tenang tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan Pamela dan menatap Pamela dengan tatapan khawatir.Pamela tertegun sejenak, baru menjawab, "Dia .... Dia sedikit lebih tua dibandingkan aku. Dia adalah orang yang cukup baik ....""Apa pria itu memperlakukanmu dengan baik?""Ya, boleh dibilang dia sangat baik padaku."Pamela hanya menjawab apa adanya. Belakangan ini, dia sudah menilai kembali hubungannya dengan Ag