Petapa Sujan-lah yang bersikeras untuk menerimanya. Berkat petapa itu pula, dia baru bisa memiliki sebuah tempat untuk berlindung.Dalam bertahun-tahun kemudian, karena keberadaannya, Petapa Savana selalu menyalahkan Petapa Sujan. Selain itu, dari waktu ke waktu, petapa itu pula yang mengusulkan untuk mengantarkannya ke panti asuhan ....Keteguhan hati Petapa Sujan tidak pernah goyah dan selalu membawa Pamela di sisinya. Karena hal itu pula, hubungan Petapa Sujan dengan petapa lainnya di kuil ini tidak baik. Saat itu, semua petapa lainnya berdiri di pihak Petapa Savana.Kala itu, Pamela benar-benar merasa dirinya sudah membawa banyak masalah bagi Petapa Sujan. Jadi, dia sangat penurut. Dia berusaha keras untuk melakukan banyak pekerjaan di dalam kuil dan mengurangi porsi makannya, agar tidak terlalu mempersulit Petapa Sujan.Lama-kelamaan, setelah Petapa Savana dan petapa-petapa lainnya melihatnya begitu penurut, tidak makan banyak, juga tidak merepotkan, keberadaannya baru benar-benar
Sebenarnya, Pamela sama sekali tidak lapar karena dia baru saja kenyang makan. Namun, dia benar-benar tidak ingin melihat Savana berada di hadapannya lagi. Jadi, dia berkata, "Ah, tentu saja aku mengerti. Kalau begitu, maaf merepotkan, Petapa Savana!"Hanya dengan cara ini, Savana baru akan keluar dan tidak mengganggu mereka untuk sementara waktu.Seharusnya ini juga merupakan maksud Petapa Sujan.Setelah Savana keluar, Petapa Sujan baru meraih lengan Pamela dan menuntunnya untuk duduk bersama. "Pamela, kenapa kamu tiba-tiba teringat untuk pulang? Apa terjadi sesuatu padamu?"Pamela sangat terharu. Orang yang benar-benar memedulikannya pasti akan menanyakan kabarnya kapan pun dan di mana pun.Pamela menggelengkan kepalanya dan berkata, "Guru nggak perlu khawatir, aku baik-baik saja! Hanya saja, kebetulan aku ada urusan di sekitar sini. Jadi, aku sekalian datang untuk mengunjungi Guru."Kasih sayang Petapa Sujan terhadap Pamela terpancar dari dalam lubuk hatinya. Dia menganggukkan kepal
Mendengar ucapan Petapa Sujan, Pamela benar-benar tercengang.Sebenarnya, dia tidak banyak tahu mengenai masa lalu Petapa Sujan. Dia hanya mendengar bahwa kala itu Petapa Sujan berkelana seorang diri hingga sampai di pedesaan ini. Kemudian, Petapa Sujan baru bertemu dengan gurunya dan menjadi seorang petapa di kuil ini.Namun, tidak tahu kenapa, sebelum mati, guru Petapa Sujan memerintahkannya untuk tidak mencukur rambutnya. Dia harus berlatih dengan tetap mempertahankan rambutnya.Sepasang mata jernih Petapa Sujan tampak sedikit berkaca-kaca. Dia menghela napas, lalu berkata, "Pamela, kamu nggak bersedia memaafkan mereka, itu artinya kamu masih memedulikan mereka dan nggak bisa melepaskan mereka."Saat berhadapan dengan orang luar, Pamela cenderung keras. Namun, di hadapan Petapa Sujan, dia selalu menjaga sikapnya dan bersikap lemah lembut."Guru, kalau begitu apa Guru sudah memaafkan orang yang pernah menyakiti Guru?"Sorot mata Petapa Sujan tampak sedikit dalam. "Aku nggak bisa mema
Andra mengangkat bahunya, lalu menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Baiklah, kalau begitu aku pergi ke aula samping untuk bersembahyang dulu dan nggak mengganggu kalian berbicara. Nanti aku baru datang menemui Pamela lagi."Sambil berbicara, dia mengangkat alisnya ke arah Pamela, baru berbalik dan pergi.Melihat ekspresi tidak serius Andra, Pamela benar-benar sangat kesal. Sebelum memasuki kuil, dia sudah memperingati pria itu untuk menjaga sikap selama di dalam kuil."Pamela, pacarmu adalah orang seperti apa?"Setelah Andra keluar, Petapa Sujan yang biasanya selalu tampak tenang tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan Pamela dan menatap Pamela dengan tatapan khawatir.Pamela tertegun sejenak, baru menjawab, "Dia .... Dia sedikit lebih tua dibandingkan aku. Dia adalah orang yang cukup baik ....""Apa pria itu memperlakukanmu dengan baik?""Ya, boleh dibilang dia sangat baik padaku."Pamela hanya menjawab apa adanya. Belakangan ini, dia sudah menilai kembali hubungannya dengan Ag
Pamela benar-benar tidak tercengang, dia tidak menyangka hal seperti inilah yang diinginkan oleh Petapa Sujan darinya. Dalam sekejap, dia merasa dirinya berada dalam situasi yang canggung. "Eh ... ini ...."Seolah-olah takut Pamela salah paham padanya, Petapa Sujan buru-buru memberi penjelasan. "Pamela, jangan salah paham. Walau aku memang mengkhawatirkan pernikahan putraku, aku juga mengkhawatirkanmu. Aku nggak berharap melihatmu bertemu dengan seorang pria yang nggak bisa diandalkan sepertiku dan merusak masa depanmu sendiri.""Walau suamiku adalah seorang playboy, putraku bukan pria seperti itu. Sejak kecil, dia sudah sangat membenci ayahnya dan bersumpah antara nggak menyentuh seorang wanita pun seumur hidupnya atau setia pada seorang wanita seumur hidupnya.""Putraku adalah satu-satunya pria yang bisa kupercayai. Jadi, aku berharap kamu bisa bersamanya, agar kamu bisa terhindar dari penderitaan."Pamela sama sekali tidak menyangka, suatu hari nanti Petapa Sujan akan merekomendasik
Petapa Sujan melambaikan tangannya dan berkata, "Aku nggak lapar. Pamela, kamu makan saja, makan yang banyak, ya. Hari ini, pikiranku sudah sedikit kacau dengan hal-hal duniawi. Aku akan tetap berada di sini untuk menenangkan hati dan pikiranku."Mendengar Petapa Sujan berbicara seperti itu, Pamela juga tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia hanya menganggukkan kepalanya dengan patuh dan berkata, "Baiklah."Savana sama sekali tidak peduli Sujan ikut makan atau tidak. Sambil tersenyum bahagia, dia menarik Pamela yang memiliki kemampuan untuk mendonasikan banyak uang kepada kuil itu dan berkata, "Pamela, ayo kita pergi! Aku akan membawamu pergi makan dulu. Nanti, kalau Sujan sudah lapar, dia pasti akan menyusul kita!"Pamela juga tidak ingin mengganggu Petapa Sujan menenangkan hati dan pikiran. Setelah membungkukkan badannya di hadapan Petapa Sujan yang sudah membesarkannya, dia pun berjalan keluar mengikuti Savana.Setelah keluar dari aula utama, dia melihat Andra sedang berdiri di bawa
Pamela merasa tindakan Andra yang mengambil jatah makanan sedikit melewati batas. Namun, pria itu sama sekali tidak bertanya padanya dan langsung mengambil jatah makanannya dan memakannya. Biarpun dia ingin menghentikan pria itu, juga sudah terlambat.Namun, mengingat dirinya baru memakan beberapa suap saja, serta melihat pria itu sudah mengambil jatah makanannya tanpa bertanya padanya terlebih dahulu dan tampak sangat berselera makan, maka dia memutuskan untuk membiarkan pria itu memakan jatah makanannya begitu saja.Selesai makan hingga habis tak bersisa, Andra meletakkan alat makannya dan melontarkan pujian kepada Savana. "Petapa Savana, aku baru tahu ternyata makanan vegetarian bisa seenak ini! Kelak, kalau ada waktu, apa aku boleh sering datang makan di sini?"Petapa Savana menyunggingkan seulas senyum, lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Tentu saja boleh. Hanya saja, kondisi kuil ini kurang memadai, harap maklum, ya."Andra mendongak dan mengamati sekeliling. Mengamati dek
Awalnya Pamela ingin pergi ke aula besar untuk berpamitan dengan Petapa Sujan. Namun, karena takut mengganggu Petapa Sujan menenangkan hati dan pikiran, setelah berpikir sejenak, Pamela berbalik dan keluar dari kuil.Saat berjalan keluar dari kuil, Pamela melihat Ervin sedang berdiri di samping mobil sambil bertelepon. Pria itu berkata dengan orang di ujung telepon dengan penuh hormat, "Baik, Tuan! Aku mengerti! Aku pasti akan melindungi Nyonya dengan baik!"Pamela mengerutkan keningnya. Sepertinya Ervin sudah melaporkan semua hal yang dilakukannya hari ini kepada pria itu!Namun, pria itu malah tetap tidak meneleponnya atau mengirimkan sebuah pesan untuknya.Situasi seperti ini benar-benar membuat orang mudah berpikir banyak.Sebelumnya, jelas-jelas pria itu adalah tipe orang yang pencemburu. Sekarang, mengetahui dirinya sedang bersama Andra, pria itu malah sama sekali tidak meneleponnya untuk menanyakan hal ini ....Apa mungkin pria itu benar-benar sudah bosan dan tidak tertarik deng