Petapa Sujan melambaikan tangannya dan berkata, "Aku nggak lapar. Pamela, kamu makan saja, makan yang banyak, ya. Hari ini, pikiranku sudah sedikit kacau dengan hal-hal duniawi. Aku akan tetap berada di sini untuk menenangkan hati dan pikiranku."Mendengar Petapa Sujan berbicara seperti itu, Pamela juga tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia hanya menganggukkan kepalanya dengan patuh dan berkata, "Baiklah."Savana sama sekali tidak peduli Sujan ikut makan atau tidak. Sambil tersenyum bahagia, dia menarik Pamela yang memiliki kemampuan untuk mendonasikan banyak uang kepada kuil itu dan berkata, "Pamela, ayo kita pergi! Aku akan membawamu pergi makan dulu. Nanti, kalau Sujan sudah lapar, dia pasti akan menyusul kita!"Pamela juga tidak ingin mengganggu Petapa Sujan menenangkan hati dan pikiran. Setelah membungkukkan badannya di hadapan Petapa Sujan yang sudah membesarkannya, dia pun berjalan keluar mengikuti Savana.Setelah keluar dari aula utama, dia melihat Andra sedang berdiri di bawa
Pamela merasa tindakan Andra yang mengambil jatah makanan sedikit melewati batas. Namun, pria itu sama sekali tidak bertanya padanya dan langsung mengambil jatah makanannya dan memakannya. Biarpun dia ingin menghentikan pria itu, juga sudah terlambat.Namun, mengingat dirinya baru memakan beberapa suap saja, serta melihat pria itu sudah mengambil jatah makanannya tanpa bertanya padanya terlebih dahulu dan tampak sangat berselera makan, maka dia memutuskan untuk membiarkan pria itu memakan jatah makanannya begitu saja.Selesai makan hingga habis tak bersisa, Andra meletakkan alat makannya dan melontarkan pujian kepada Savana. "Petapa Savana, aku baru tahu ternyata makanan vegetarian bisa seenak ini! Kelak, kalau ada waktu, apa aku boleh sering datang makan di sini?"Petapa Savana menyunggingkan seulas senyum, lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Tentu saja boleh. Hanya saja, kondisi kuil ini kurang memadai, harap maklum, ya."Andra mendongak dan mengamati sekeliling. Mengamati dek
Awalnya Pamela ingin pergi ke aula besar untuk berpamitan dengan Petapa Sujan. Namun, karena takut mengganggu Petapa Sujan menenangkan hati dan pikiran, setelah berpikir sejenak, Pamela berbalik dan keluar dari kuil.Saat berjalan keluar dari kuil, Pamela melihat Ervin sedang berdiri di samping mobil sambil bertelepon. Pria itu berkata dengan orang di ujung telepon dengan penuh hormat, "Baik, Tuan! Aku mengerti! Aku pasti akan melindungi Nyonya dengan baik!"Pamela mengerutkan keningnya. Sepertinya Ervin sudah melaporkan semua hal yang dilakukannya hari ini kepada pria itu!Namun, pria itu malah tetap tidak meneleponnya atau mengirimkan sebuah pesan untuknya.Situasi seperti ini benar-benar membuat orang mudah berpikir banyak.Sebelumnya, jelas-jelas pria itu adalah tipe orang yang pencemburu. Sekarang, mengetahui dirinya sedang bersama Andra, pria itu malah sama sekali tidak meneleponnya untuk menanyakan hal ini ....Apa mungkin pria itu benar-benar sudah bosan dan tidak tertarik deng
Wajah tampan Andra yang sudah tampak seperti siluman itu sedikit mendekatinya, lalu pria itu berkata, "Tabunganku untuk menikah sudah lebih dari cukup. Sekarang, aku hanya perlu mencari calon pengantin wanitaku. Tapi, aku nggak tahu ke mana aku harus mencarinya. Lala, bagaimana kalau kamu membantuku mencari?"Pamela mendecakkan lidahnya. Saat dia hendak membuka mulut dan meminta pria itu untuk sedikit menjauh darinya, pintu kursi pengemudi terbuka. Kemudian, Ervin masuk ke dalam mobil sambil memasang ekspresi serius, lalu berdeham.Andra sama sekali tidak terlihat malu, dia hanya bergeser kembali ke posisi semula.Ervin bertanya dengan nada bicara yang terdengar dalam, "Tuan Muda Andra, kamu mau pergi ke mana?"Andra menjawab tanpa sungkan, "Sekarang Lala menginap di tempat penginapan yang mana? Kalian bawa aku bersama kalian saja. Dengan tinggal di satu penginapan, kalau terjadi sesuatu, kita bisa saling membantu satu sama lain."Ervin jelas-jelas enggan membawa Andra bersama mereka.
Sebenarnya, sebelumnya dia juga pernah berinteraksi beberapa kali dengan Derry dan Eric, tetapi respons Agam tidak seperti ini."Kenapa? Bukankah Tuan Andra adalah teman baik Tuan-mu selama bertahun-tahun? Dengan mempertimbangkan Tuan-mu, bukankah seharusnya aku nggak boleh mengabaikan Tuan Andra?"Ekspresi rumit tampak jelas di wajah Ervin, dia berkata, "Tuan memang sudah mengenal dan berteman dengan Tuan Muda Andra selama bertahun-tahun. Tapi, sebenarnya boleh dibilang dia bukan sahabat Tuan.""Nyatanya, hubungan Tuan Muda Andra lebih dekat dengan Tuan Muda Jason. Tuan Muda Derry dan Tuan Muda Eric baru merupakan sahabat Tuan.""Tuan Muda Derry dan Tuan Muda Eric nggak akan melakukan hal yang merugikan Tuan. Mereka juga nggak akan melakukan tindakan yang keterlaluan terhadap Nyonya.""Tapi, Tuan Muda Andra berbeda dengan mereka. Selain bersaing bisnis dengan Tuan, pemikirannya terhadap Nyonya juga nggak sesederhana kelihatannya. Dia nggak akan tahu batasan."Pamela terkekeh dan berka
Mendengar suara wanita itu adalah wanita yang sama dengan yang membantu Agam menjawab panggilan telepon dari Olivia sebelumnya, setelah memastikan hal ini, Pamela merasakan seolah-olah ada duri yang tajam menancap hatinya.Dia tidak bertanya, melainkan hanya menunggu pria itu menyelesaikan kalimatnya dalam diam. Dia menunggu pria itu memberinya penjelasan dan berinisiatif untuk memberitahunya siapa wanita itu ....Namun, pria itu sama sekali tidak memberinya penjelasan apa pun.Agam berkata dengan sedikit terburu-buru, "Lebih cepat istirahat, ya. Sekarang aku harus keluar karena ada sedikit urusan."Pamela tidak ingin banyak bertanya dan tidak sempat banyak bertanya. Pria itu memutuskan sambungan telepon dengan sangat cepat, bahkan tanpa menunggu satu kalimat balasan darinya.Mendengar suara panggilan telepon terputus, Pamela tampak sedikit terkejut. 'Siapa wanita yang memanggil nama Agam dengan manis seperti itu?''Apa maksud pria itu nggak memberiku penjelasan sama sekali?'Setelah m
Pria itu mengangkat lengannya dan mengusap-usap kepala gadisnya dengan penuh kasih sayang. "Hmm, baguslah. Tanggapanmu seperti ini sudah benar."Karena sudah berhari-hari tidak bertemu dengan pria ini, dia merasa sedikit tidak terbiasa diusap-usap kepalanya orang pria ini.Pamela mengerutkan keningnya dan menatap mata pria itu, lalu berkata, "Paman, kapan kamu kembali? Kenapa hanya dalam waktu semalaman saja kamu sudah berada di sini?"Agam membungkukkan badannya dan menempelkan keningnya ke kening gadisnya, lalu berkata dengan suara khas menggodanya, "Aku baru terbang pulang semalam. Kamu menanyakan padaku mengapa hanya dalam waktu semalaman saja aku sudah berada di sini? Kalau bukan karena kamu nggak patuh dan datang ke sini, apa mungkin aku datang ke sini? Kenapa? Apa kamu nggak ingin bertemu denganku?"Saat berbicara, napas hangatnya terasa seperti menggelitik wajah Pamela. Walaupun wajah Pamela memerah, tetapi dia tidak tampak terlalu senang. "Jadi, ini adalah kejutanmu untukku?"
Siapa sangka pria itu malah menggigit telinganya dengan dominan, lalu berkata, "Siapa bilang berbaring lama nggak nyaman? Kamu berbaring saja dengan baik, aku akan membuatmu senyaman mungkin."Kata-kata pria ini mengandung makna tersirat, sampai-sampai membuat wajah Pamela memerah seolah-olah akan meneteskan darah ....Kemudian, saking malunya, dia menjadi marah dan mendorong pria itu. "Huh! Kulihat sepertinya kamu masih belum cukup lelah! Kamu masih bisa memikirkan hal-hal seperti itu!"Selesai berbicara, dia segera turun dari tempat tidur dan menjaga jarak dengan pria itu karena takut pria itu menariknya dan memeluknya lagi ....Namun, detik berikutnya dia merasakan ada yang aneh!Agam tidak mengulurkan lengannya dan mencoba untuk menarik Pamela. Pria bahkan tidak terlihat tidak senang. Sebaliknya, pria itu benar-benar berbaring sendirian dalam posisi miring sambil bertopang dagu. Sorot mata mempermainkan sekaligus penuh gairah tampak jelas di matanya ....Pamela mengerutkan keningny
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen