Kalau dia yang berinisiatif bertanya pada pria itu, pria itu baru memberinya jawaban, biarpun dia sudah mendapatkan jawaban, dia juga tidak akan merasa senang. Dia hanya akan merasa pria itu sengaja menyembunyikan sesuatu darinya, atau sama sekali tidak memedulikan apa yang dipikirkannya dan merasa tidak perlu untuk memberinya penjelasan.Karena itulah, walaupun sekarang pria itu menempel pada dirinya seperti perangko yang menempel pada kertas, dia juga tidak merasa terlalu tersentuh.Di saat seperti ini, hal yang ada dalam pikiran seorang pria hanya hubungan intim, bukan?Apa lagi yang bisa dipikirkan oleh seorang pria di saat seperti ini?Namun, dia tidak ingin menginginkan hal itu!Sebelum pria ini berinisiatif memberinya penjelasan mengenai siapa wanita itu, dia tidak akan membiarkan pria ini menyentuhnya.Ya! Tidak akan!Selesai menggosok giginya, Pamela membasuh mulutnya. Kemudian, dia meletakkan sikat giginya, lalu membungkukkan tubuhnya untuk mencuci mukanya.Saat dia sedang me
Melihat gadisnya benar-benar tidak bersedia disentuh olehnya, Agam menghela napas dan berkata, "Oke, aku menghormati keinginanmu. Kalau kamu benar-benar nggak menginginkannya, aku nggak akan memaksamu lagi."Akhirnya, pria itu benar-benar melepaskan Pamela.Walaupun demikian, Pamela tetap waspada. Dia mengangkat alisnya dan memelototi pria itu. "Kalau begitu, kenapa kamu masih belum keluar?"Agam menyentuh hidung gadisnya dengan jarinya, lalu berkata, "Bukankah kamu sudah selesai gosok gigi dan cuci muka? Sekarang giliran. Orang yang seharusnya keluar adalah kamu. Tapi, tentu saja kalau kamu nggak bersedia keluar, aku juga nggak keberatan."Saat berbicara, pria itu sudah mulai membuka kancing kemejanya, memperlihatkan tulang selangkanya yang indah bagaikan sebuah pahatan itu ....Melihat pemandangan itu, Pamela segera berlari keluar dari kamar mandi. Dengan pemahamannya terhadap kepribadian pria itu, kalau dia lebih lama beberapa detik saja di dalam kamar mandi, dia pasti akan menjadi
Siapa sangka pria tidak tahu malu ini benar-benar tidak menyadari tindakannya ini adalah tindakan yang tabu? Kalau orang lain melihat pria ini pagi-pagi begini saja sudah masuk dan berada di kamarnya, pasti akan berpikir banyak.Saat itu tiba, tidak peduli penjelasan apa pun yang dia berikan, pasti tidak akan ada seorang pun yang memercayai ucapannya!Namun, sekarang Agam sudah pulang. Dia harus menunggu Agam selesai mandi dan keluar dari kamar mandi.Pamela mengerutkan keningnya dan berkata, "Maaf, tapi sekarang aku benar-benar nggak bisa ikut pergi sarapan bersamamu. Tuan Andra, sebaiknya kamu pergi sarapan sendiri saja!"Karena pengedap suara Vila Pakas cukup bagus, Andra tidak mendengar suara di kamar mandi. Jadi, dia juga tidak berencana untuk menyerah begitu saja. Saat dia hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu pada Pamela lagi ...."Revan! Untuk apa kamu mencarinya?! Cepat keluar!"Tiba-tiba, suara Kelly terdengar, menyela ucapan Andra.Pamela juga mendengar suara itu.
Pamela membungkukkan tubuhnya dan menggendong Revan, lalu dia tersenyum dan berkata, "Dia bisa menemaniku mengobrol, aku juga bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk berlatih menjadi seorang ibu. Nyonya Kelly, jangan khawatir. Aku nggak akan membawa Revan pergi sesuka hatiku!"Melihat Pamela menggendong Revan dan Revan juga memeluk leher Pamela dengan patuh, Kelly berkata, "Siapa yang akan memercayaimu?! Bagaimana kalau kamu sampai menculik cucuku secara diam-diam? Bagaimana aku bisa menemukannya lagi?! Revan, cepat ke sini! Sudah kubilang berkali-kali! Jangan membiarkan orang luar menggendongmu!"Sambil berbicara, dia berjalan menghampiri Pamela dan hendak menggendong Revan pergi dari pelukan Pamela ....Namun, Pamela bahkan tidak perlu melakukan apa pun. Revan sendiri sudah memeluk leher Pamela dan enggan untuk melepaskan diri dari pelukan Pamela!Gagal menggendong Revan dari pelukan Pamela, Kelly merasa sedikit cemas sekaligus kesal. Dia mulai mengerahkan kekuatannya untuk menarik Re
Mengingat kejadian sebelumnya, Kelly merasa dia memang kekurangan bukti konkret. Namun, tepat pada saat ini, sudut matanya menangkap ada sesuatu di bawah tempat tidur ....'Eh? Apa itu?!'Kelly segera menurunkan Revan dari pelukannya, lalu berjalan ke arah tempat tidur dengan cepat dan membungkukkan tubuhnya untuk meraih sesuatu di bawah tempat tidur itu. Setumpuk baju tidur beserta dengan bra dan celana dalam ....Sambil memotret "bukti-bukti" itu, dia tertawa dengan senang. "Haha! Buktinya sudah kutemukan, bukan? Tadi kalian mengatakan kalian nggak ada hubungan apa-apa, lalu apa ini?"Melihat baju tidur beserta dengan bra dan celana dalam yang dikenakannya semalam dalam genggaman Kelly, memikirkan bagaimana pakaian beserta dengan bra dan celana dalamnya itu dilepaskan oleh pria yang sedang berada di dalam kamar mandi itu, wajahnya langsung memerah.Dia berdeham dan berkata, "Itu ... itu adalah privasiku! Kembalikan padaku!"Dia langsung berjalan menghampiri wanita itu dan mengulurkan
Sambil berbicara, pria itu mengangkat lengannya dan mengelus-elus kepala Pamela dengan penuh kasih sayang.Kelly terdiam, tetapi dia tetap enggan menyerah begitu saja. Dia mengangkat setumpuk pakaian kotor yang dia temukan di bawah tempat tidur dan berkata, "Tuan Agam, jangan tertipu oleh Pamela lagi. Dia sudah mengkhianatimu dan berselingkuh. Aku menemukan ini di bawah tempat tidur! Dia pasti menyembunyikan ini di bawah tempat tidur karena nggak takut kamu lihat!"Melihat pakaian dalam gadisnya, Agam langsung menghampiri Kelly dan merampas pakaian itu dari genggaman Kelly. Kemudian, dia berkata dengan tenang, "Aku yang melepaskan pakaiannya. Semalam, kami dimabuk gairah, apa ada yang salah?"Pamela menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, sudut bibirnya tampak berkedut dengan kencang. 'Sungguh memalukan! Kenapa semua pria di dunia ini nggak tahu malu seperti ini dan mengatakan hal-hal seperti itu begitu saja?!'Andra sedikit menyipitkan matanya, cahaya di sepasang mata indahnya perla
Agam menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Aku dengar dari Ervin, selama aku nggak ada, kamu selalu menjaga istriku. Apa aku perlu mengatur perjamuan makan sebagai bentuk terima kasihku padamu?"Dalam sekejap, suasana di dalam kamar menjadi sangat tegang, suhu udara di dalam ruangan seolah-olah menurun dengan signifikan.Andra jelas-jelas tidak ingin melibatkan diri dalam pertengkaran dengan Agam secara terang-terangan. Dia hanya tersenyum tipis dan berkata, "Sebagai seorang teman, sudah sepantasnya aku melakukan hal itu. Kita sudah berteman selama bertahun-tahun, kamu nggak perlu sesungkan ini lagi padaku. Baiklah kalau begitu. Karena kamu sudah pulang, aku nggak akan mengganggu waktu kalian berdua lagi! Aku keluar untuk sarapan dulu!"Sambil berbicara, Andra tertawa seolah sedang mentertawakan diri sendiri. Kemudian, dia melambaikan tangannya, lalu berjalan keluar dari kamar dengan perlahan.Tidak ada seorang pun yang melihat dan menyadari bahwa ketika dia berjalan keluar
Revan ditarik oleh pria itu hingga kakinya mengambang di udara. Dia mengedipkan matanya dan menunjukkan ekspresi sedikit kebingungan. "Kak Pamela .... Aku memanggilnya Kak Pamela ...."Agam mengerutkan keningnya dan menarik napas dalam-dalam. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Namun, ekspresi seriusnya membuat Revan mulai merasa gelisah dan ketakutan ....Perbedaan umur Agam dan gadisnya memang sudah mendekati sepuluh tahun. Karena bocah itu memanggil Pamela dengan sebutan kakak, maka perbedaan umur antara mereka makin jelas!Melihat pemandangan itu, Pamela langsung mengulurkan tangannya dan menggendong Revan. "Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah membuatnya ketakutan!"Agam menunjukkan ekspresi muram dan berkata, "Apa kamu nggak merasa ada yang salah dia memanggilmu kakak?"Pamela memutar matanya ke arah Agam. Kemudian, dia mengelus-elus kepala Revan dan menghibur bocah itu, "Biarkan saja dia! Nggak masalah, kamu boleh memanggilku dengan panggilan apa pun sesuka hatimu. Kamu bo
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen