Andra terkekeh dan berkata, "Lala, ternyata kamu begitu memandang tinggi diriku! Tapi, aku sudah datang sendirian. Jadi, berbaik hatilah memberiku tumpangan dan membawaku berjalan-jalan bersamamu."Pamela benar-benar terdiam mendengar kata-kata tidak tahu malu pria itu.Andra jelas-jelas tidak bermaksud untuk keluar dari mobil.Melalui kaca spion mobil, Ervin menatap Pamela dan bertanya seolah meminta instruksi, "Nyonya, ini ...."Pamela malas berdebat dengan Andra lagi. Kalau dia membuang-buang waktu di sini dengan pria itu lagi, mungkin perdebatan mereka akan berlangsung sampai matahari terbenam.Karena itulah, dia melambaikan tangannya dan berkata, "Sudahlah, kita berangkat!"Mendengar instruksi Pamela, Ervin mengerutkan keningnya. Namun, dia juga tidak punya pilihan lain selain melajukan mobilnya. 'Nanti aku harus melaporkan hal ini pada Tuan.' pikirnya dalam hati.Saat mobil melaju melintasi pegunungan, pemandangan di luar jendela sangat indah, seakan-akan bisa merilekskan pikiran
Pamela tidak suka Andra menyunggingkan seulas senyum seperti itu di tempat seperti ini. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Kamu boleh saja ikut masuk bersamaku, tapi kamu harus menjaga sikapmu! Tempat ini bukanlah tempat untuk senyum-senyum nggak jelas!"Begitu mendengar ucapan Pamela, Andra langsung memasang ekspresi serius. Kemudian, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oke, nggak masalah."Setelah itu, Pamela membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Andra juga mengikutinya keluar dari mobil.Karena tidak tenang membiarkan Nyonya bersama dengan Andra, setelah memberhentikan mobil di tempat yang tidak memblokir jalan, Ervin juga keluar dari mobil dan ikut masuk ke dalam kuil.Tidak banyak dupa yang menyala di Kuil Mudita, tetapi tetap ada segelintir orang yang datang untuk bersembahyang. Begitu memasuki halaman kuil, samar-samar aroma kayu cendana menyambut indra penciumannya.Pamela melangkahkan kakinya dengan pelan memasuki kuil tersebut. Sambil berjalan, dia mengamati d
Petapa Sujan-lah yang bersikeras untuk menerimanya. Berkat petapa itu pula, dia baru bisa memiliki sebuah tempat untuk berlindung.Dalam bertahun-tahun kemudian, karena keberadaannya, Petapa Savana selalu menyalahkan Petapa Sujan. Selain itu, dari waktu ke waktu, petapa itu pula yang mengusulkan untuk mengantarkannya ke panti asuhan ....Keteguhan hati Petapa Sujan tidak pernah goyah dan selalu membawa Pamela di sisinya. Karena hal itu pula, hubungan Petapa Sujan dengan petapa lainnya di kuil ini tidak baik. Saat itu, semua petapa lainnya berdiri di pihak Petapa Savana.Kala itu, Pamela benar-benar merasa dirinya sudah membawa banyak masalah bagi Petapa Sujan. Jadi, dia sangat penurut. Dia berusaha keras untuk melakukan banyak pekerjaan di dalam kuil dan mengurangi porsi makannya, agar tidak terlalu mempersulit Petapa Sujan.Lama-kelamaan, setelah Petapa Savana dan petapa-petapa lainnya melihatnya begitu penurut, tidak makan banyak, juga tidak merepotkan, keberadaannya baru benar-benar
Sebenarnya, Pamela sama sekali tidak lapar karena dia baru saja kenyang makan. Namun, dia benar-benar tidak ingin melihat Savana berada di hadapannya lagi. Jadi, dia berkata, "Ah, tentu saja aku mengerti. Kalau begitu, maaf merepotkan, Petapa Savana!"Hanya dengan cara ini, Savana baru akan keluar dan tidak mengganggu mereka untuk sementara waktu.Seharusnya ini juga merupakan maksud Petapa Sujan.Setelah Savana keluar, Petapa Sujan baru meraih lengan Pamela dan menuntunnya untuk duduk bersama. "Pamela, kenapa kamu tiba-tiba teringat untuk pulang? Apa terjadi sesuatu padamu?"Pamela sangat terharu. Orang yang benar-benar memedulikannya pasti akan menanyakan kabarnya kapan pun dan di mana pun.Pamela menggelengkan kepalanya dan berkata, "Guru nggak perlu khawatir, aku baik-baik saja! Hanya saja, kebetulan aku ada urusan di sekitar sini. Jadi, aku sekalian datang untuk mengunjungi Guru."Kasih sayang Petapa Sujan terhadap Pamela terpancar dari dalam lubuk hatinya. Dia menganggukkan kepal
Mendengar ucapan Petapa Sujan, Pamela benar-benar tercengang.Sebenarnya, dia tidak banyak tahu mengenai masa lalu Petapa Sujan. Dia hanya mendengar bahwa kala itu Petapa Sujan berkelana seorang diri hingga sampai di pedesaan ini. Kemudian, Petapa Sujan baru bertemu dengan gurunya dan menjadi seorang petapa di kuil ini.Namun, tidak tahu kenapa, sebelum mati, guru Petapa Sujan memerintahkannya untuk tidak mencukur rambutnya. Dia harus berlatih dengan tetap mempertahankan rambutnya.Sepasang mata jernih Petapa Sujan tampak sedikit berkaca-kaca. Dia menghela napas, lalu berkata, "Pamela, kamu nggak bersedia memaafkan mereka, itu artinya kamu masih memedulikan mereka dan nggak bisa melepaskan mereka."Saat berhadapan dengan orang luar, Pamela cenderung keras. Namun, di hadapan Petapa Sujan, dia selalu menjaga sikapnya dan bersikap lemah lembut."Guru, kalau begitu apa Guru sudah memaafkan orang yang pernah menyakiti Guru?"Sorot mata Petapa Sujan tampak sedikit dalam. "Aku nggak bisa mema
Andra mengangkat bahunya, lalu menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Baiklah, kalau begitu aku pergi ke aula samping untuk bersembahyang dulu dan nggak mengganggu kalian berbicara. Nanti aku baru datang menemui Pamela lagi."Sambil berbicara, dia mengangkat alisnya ke arah Pamela, baru berbalik dan pergi.Melihat ekspresi tidak serius Andra, Pamela benar-benar sangat kesal. Sebelum memasuki kuil, dia sudah memperingati pria itu untuk menjaga sikap selama di dalam kuil."Pamela, pacarmu adalah orang seperti apa?"Setelah Andra keluar, Petapa Sujan yang biasanya selalu tampak tenang tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan Pamela dan menatap Pamela dengan tatapan khawatir.Pamela tertegun sejenak, baru menjawab, "Dia .... Dia sedikit lebih tua dibandingkan aku. Dia adalah orang yang cukup baik ....""Apa pria itu memperlakukanmu dengan baik?""Ya, boleh dibilang dia sangat baik padaku."Pamela hanya menjawab apa adanya. Belakangan ini, dia sudah menilai kembali hubungannya dengan Ag
Pamela benar-benar tidak tercengang, dia tidak menyangka hal seperti inilah yang diinginkan oleh Petapa Sujan darinya. Dalam sekejap, dia merasa dirinya berada dalam situasi yang canggung. "Eh ... ini ...."Seolah-olah takut Pamela salah paham padanya, Petapa Sujan buru-buru memberi penjelasan. "Pamela, jangan salah paham. Walau aku memang mengkhawatirkan pernikahan putraku, aku juga mengkhawatirkanmu. Aku nggak berharap melihatmu bertemu dengan seorang pria yang nggak bisa diandalkan sepertiku dan merusak masa depanmu sendiri.""Walau suamiku adalah seorang playboy, putraku bukan pria seperti itu. Sejak kecil, dia sudah sangat membenci ayahnya dan bersumpah antara nggak menyentuh seorang wanita pun seumur hidupnya atau setia pada seorang wanita seumur hidupnya.""Putraku adalah satu-satunya pria yang bisa kupercayai. Jadi, aku berharap kamu bisa bersamanya, agar kamu bisa terhindar dari penderitaan."Pamela sama sekali tidak menyangka, suatu hari nanti Petapa Sujan akan merekomendasik
Petapa Sujan melambaikan tangannya dan berkata, "Aku nggak lapar. Pamela, kamu makan saja, makan yang banyak, ya. Hari ini, pikiranku sudah sedikit kacau dengan hal-hal duniawi. Aku akan tetap berada di sini untuk menenangkan hati dan pikiranku."Mendengar Petapa Sujan berbicara seperti itu, Pamela juga tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia hanya menganggukkan kepalanya dengan patuh dan berkata, "Baiklah."Savana sama sekali tidak peduli Sujan ikut makan atau tidak. Sambil tersenyum bahagia, dia menarik Pamela yang memiliki kemampuan untuk mendonasikan banyak uang kepada kuil itu dan berkata, "Pamela, ayo kita pergi! Aku akan membawamu pergi makan dulu. Nanti, kalau Sujan sudah lapar, dia pasti akan menyusul kita!"Pamela juga tidak ingin mengganggu Petapa Sujan menenangkan hati dan pikiran. Setelah membungkukkan badannya di hadapan Petapa Sujan yang sudah membesarkannya, dia pun berjalan keluar mengikuti Savana.Setelah keluar dari aula utama, dia melihat Andra sedang berdiri di bawa
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen