Ekspresi wajah pria itu tidak jelas, dia menatap Pamela dengan mata sayu ....Olivia membungkam mulutnya, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri reaksi Agam ketika mengira Pamela sudah meninggal, dia tahu seberapa pentingnya Pamela bagi Agam, juga memahami perasaan Agam saat ini pasti sangat rumit, lebih baik dia tidak ikut campur!Pamela mendekati Agam, lalu menyapa, "Paman."Setelah mendekat, barulah dia menyadari Agam memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan.Entah karena rumah sakit tidak mengizinkannya merokok atau karena alasan lain.Sepertinya sudah lama sekali Agam tidak merokok.Ekspresi Agam sulit ditebak, dia membuang rokok yang belum dinyalakan itu ke tong sampah di dekat sana, lalu melepas mantel dan memakaikannya pada Pamela.Tanpa mengatakan apa pun, Agam berbalik dan pergi.Pamela mengerutkan kening, mengikutinya dari belakang ....Meski kurang responsif, Olivia bisa merasakan kejanggalan antara Agam dan Pamela. Dia tidak berani terlalu dekat, hanya diam-diam me
Melihat Tuan Muda berjalan keluar, Calvin tadinya ingin mengikuti, tapi Anisa justru menghentikannya."Calvin, kamu jangan pergi, temani kami di sini," cegat Anisa.Calvin terlihat kesulitan, "Uh, itu ...."Saat ini Jason terus memikirkan kondisi kesehatan Pamela, sama sekali tidak menyadari Calvin telah dicegat oleh Anisa, dia berjalan keluar sendirian.Setelah Jason keluar, Anisa langsung bertanya, "Calvin, katakan yang sebenarnya! Kenapa kaki Jason bisa terluka? Lukanya serius, nggak?"Untuk menenangkan Johan dan Anisa, Calvin tidak berani meninggalkan mereka begitu saja.Meskipun tempat ini bukan kamar mayat sungguhan, melainkan kamar cadangan tak terpakai yang digunakan pihak rumah sakit untuk membantu Pamela, kamar yang sudah bertahun-tahun menganggur itu tetap saja agak seram, tidak baik jika kedua orang tua itu berlama-lama di sana.Calvin berkata, "Nyonya, aku benar-benar nggak berbohong. Luka kaki Tuan Muda nggak serius, hanya perlu pemulihan, juga nggak akan menimbulkan damp
Calvin tertekan menghadapi pertanyaan dari Johan, dia menjawab dengan berat, "Tuan, Tuan Muda dan Nona Pamela ...."Johan melotot sambil mengancam, "Jangan membodohiku, lebih baik kamu katakan yang sebenarnya, kalau sampai aku tahu kamu membohongiku, kamu akan tahu akibatnya!"Calvin merasa tak sanggup merahasiakannya lagi, cepat atau lambat Tuan akan mengetahuinya, setelah berpikir sejenak, dia berkata tak berdaya, "Karena ... karena Nona Pamela ....""Karena dia adalah penyelamat Kakek, Keluarga Yanuar berutang padanya."Saat ini suara Jason terdengar, menyela ucapan yang hampir dilontarkan Calvin.Johan dan Anisa menoleh ke arah datangnya suara, terlihat cucu sulung mereka yang menggunakan tongkat sudah kembali.Melihat Tuan Muda sudah kembali, Calvin menghela napas lega. Di bawah tekanan Tuan dan Nyonya barusan, dia hampir saja membocorkan identitas Nona Pamela, untung saja ....Jason yang menggunakan tongkat berjalan mendekati Johan dan Anisa, lalu menyerahkan sebotol obat di tang
Saat itu, takutnya Pamela akan menghadapi masalah besar.Jason sadar, dia adalah kakak yang buruk. Untuk saat ini, hal yang bisa dia lakukan adalah melindungi dunia Pamela dan tidak membuat masalah untuknya.Di saat yang sama, di ruang VIP rumah sakit.Frida terbaring di ranjang rumah sakit, dia tertidur di bawah pengaruh obat penenang, tapi alisnya berkerut erat, dalam tidur pun dia tidak rileks.Di samping ranjang, Tomi duduk di kursi roda, memandangi istrinya dengan penuh perhatian, dia sangat mengkhawatirkannya.Dalam situasi ini, mereka harus menjaga emosi Frida, tidak boleh membuatnya kesal. Setelah siuman, dia pasti akan menanyakan kabar Pamela lagi.Uh! Gadis kecil itu bernasib buruk, dia meninggal di usia muda!"Kakek, bagaimana keadaan Nenek?"Tomi menghela napas meratapi istrinya, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita datang dari belakang ....Karena perhatiannya tertuju pada Frida, Tomi tidak bisa membedakan suara itu dengan cermat, dia mengira cucunyalah yang telah kemb
Melihat Frida berusaha bangkit, Pamela segera mengulurkan tangan untuk membantunya, dia juga menaikkan bantal belakang Frida, agar dia bisa bersandar dengan nyaman.Setelah duduk, Frida meraih tangan Pamela, lalu menepuknya dengan lembut sambil berkata, "Pamela, kamu ini, kenapa nggak memberi tahu Nenek kalau kamu hamil? Kalau bukan kejadian hari ini, Nenek sampai sekarang pun nggak tahu kalau kamu hamil."Pamela duduk di tepi ranjang, tersenyum pada Frida, kemudian menjelaskan, "Aku bukan sengaja mau merahasiakannya, aku cuma takut Nenek cemas, juga takut Nenek mengaturku, melarangku melakukan berbagai hal ...."Frida mengerutkan dahi, berkata dengan nada tegas, "Apa mungkin Nenek nggak cemas? Kamu ini cucu menantuku, kamu dan anak dalam perutmu sama pentingnya bagi Nenek. Kamu nggak ingin Nenek mengaturmu, lihat, sekarang kamu berkeliaran di luar sampai tertabrak, 'kan? Untung saja nggak ada yang serius, kalau nggak, bagaimana Nenek bisa menerima kenyataan ini?"Pamela mengangguk, "H
"Paman," panggil Pamela dengan suara lembut, dia berjalan mendekat.Pria itu menoleh, lalu mematikan puntung rokoknya tanpa mengatakan sepatah kata pun.Pamela menatap Agam dengan sepasang mata indahnya, lalu bertanya dengan suara pelan, "Kenapa merokok sendirian di sini? Nggak jenguk Nenek?"Agam menyipitkan mata, tidak ada perubahan yang jelas pada ekspresinya, hanya sekadar bertanya, "Bagaimana keadaan Nenek?""Nenek sudah siuman, juga sudah makan, tak ada yang serius," jawab Pamela.Agam mengangguk sedikit, lalu berkata dengan nada tenang tanpa emosi, "Baguslah."Pamela kurang nyaman dengan sikap Agam yang seperti ini, dia mengerutkan kening sambil bertanya, "Paman, apa kamu mengabaikanku karena aku mengganggumu merokok?"Agam hanya menatapnya tanpa berbicara.Setelah menunggu beberapa saat, Agam tak kunjung bersuara, Pamela berkata dengan tidak senang, "Maaf, sudah mengganggu. Aku keluar dulu, kamu lanjutkan saja!"Setelah bicara, dia berbalik, bermaksud keluar dari sana ...."Pam
Pamela bisa merasakan tubuh pria itu masih sedikit bergetar, sepertinya dia belum sepenuhnya pulih dari rasa takut akan kematiannya ....Hatinya tergerak, selama ini dia tidak pernah merasakan hidupnya begitu dipedulikan orang.Sejak ibunya menghilang, orang-orang di sekitar hanya menganggapnya seperti hewan peliharaan, kepanikan dan kepedulian seperti ini baru pertama kali dia rasakan."Paman, kalau aku benar-benar mati, bagaimana denganmu?"...Kelly yakin semua pasti berjalan dengan lancar, dia menunggu kabar dari putrinya di apartemen sambil menempelkan masker wajah, tapi dia tak pernah menyangka, yang dia terima justru kabar penangkapan putrinya!Kabar itu membuatnya panik seketika, dia terus mondar-mandir di ruang tamu, berusaha mencari orang yang bisa membebaskan putrinya, tapi dia tidak menemukan orang tersebut!Johan, Anisa dan Jason juga tahu soal penangkapan Kalana, tetapi mereka tidak menahannya, artinya Keluarga Yanuar sudah menyerah padanya.Bagaimana ini?Apa yang harus
Revan terjatuh akibat benturan pintu, dia tersungkur di lantai dan menangis ketakutan ...."Dasar bajingan kecil! Sedang apa kamu bersembunyi di sini? Apa yang kamu intip?" maki Kelly.Revan kaget, wajahnya terlihat ketakutan, dia menjawab dengan terbata-bata, "Nggak, aku ... nggak mengintip."Sebenarnya Revan memang tidak mengintip, tapi karena tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak berani keluar, dia pun membuka pintu sedikit dan mengamati melalui celah ....Sekarang, suasana hati Kelly sangat buruk. Sejak awal dia sudah menganggap anak yang tidak bisa dimanfaatkan ini sebagai gangguan, sekarang semakin dilihat, semakin dia tidak menyukainya. Kelly tercekik amarah dan tidak punya tempat untuk melampiaskannya, kebetulan dia baru saja menemukan karung tinju!Setelah menendangnya sekuat tenaga, Kelly memarahinya habis-habisan, "Pasti kamu yang membawa kesialan! Sejak mengadopsimu, urusan Kalana nggak ada yang lancar, seharusnya kami membuangmu saja! Dasar pembawa sial!Revan yang