"Paman," panggil Pamela dengan suara lembut, dia berjalan mendekat.Pria itu menoleh, lalu mematikan puntung rokoknya tanpa mengatakan sepatah kata pun.Pamela menatap Agam dengan sepasang mata indahnya, lalu bertanya dengan suara pelan, "Kenapa merokok sendirian di sini? Nggak jenguk Nenek?"Agam menyipitkan mata, tidak ada perubahan yang jelas pada ekspresinya, hanya sekadar bertanya, "Bagaimana keadaan Nenek?""Nenek sudah siuman, juga sudah makan, tak ada yang serius," jawab Pamela.Agam mengangguk sedikit, lalu berkata dengan nada tenang tanpa emosi, "Baguslah."Pamela kurang nyaman dengan sikap Agam yang seperti ini, dia mengerutkan kening sambil bertanya, "Paman, apa kamu mengabaikanku karena aku mengganggumu merokok?"Agam hanya menatapnya tanpa berbicara.Setelah menunggu beberapa saat, Agam tak kunjung bersuara, Pamela berkata dengan tidak senang, "Maaf, sudah mengganggu. Aku keluar dulu, kamu lanjutkan saja!"Setelah bicara, dia berbalik, bermaksud keluar dari sana ...."Pam
Pamela bisa merasakan tubuh pria itu masih sedikit bergetar, sepertinya dia belum sepenuhnya pulih dari rasa takut akan kematiannya ....Hatinya tergerak, selama ini dia tidak pernah merasakan hidupnya begitu dipedulikan orang.Sejak ibunya menghilang, orang-orang di sekitar hanya menganggapnya seperti hewan peliharaan, kepanikan dan kepedulian seperti ini baru pertama kali dia rasakan."Paman, kalau aku benar-benar mati, bagaimana denganmu?"...Kelly yakin semua pasti berjalan dengan lancar, dia menunggu kabar dari putrinya di apartemen sambil menempelkan masker wajah, tapi dia tak pernah menyangka, yang dia terima justru kabar penangkapan putrinya!Kabar itu membuatnya panik seketika, dia terus mondar-mandir di ruang tamu, berusaha mencari orang yang bisa membebaskan putrinya, tapi dia tidak menemukan orang tersebut!Johan, Anisa dan Jason juga tahu soal penangkapan Kalana, tetapi mereka tidak menahannya, artinya Keluarga Yanuar sudah menyerah padanya.Bagaimana ini?Apa yang harus
Revan terjatuh akibat benturan pintu, dia tersungkur di lantai dan menangis ketakutan ...."Dasar bajingan kecil! Sedang apa kamu bersembunyi di sini? Apa yang kamu intip?" maki Kelly.Revan kaget, wajahnya terlihat ketakutan, dia menjawab dengan terbata-bata, "Nggak, aku ... nggak mengintip."Sebenarnya Revan memang tidak mengintip, tapi karena tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak berani keluar, dia pun membuka pintu sedikit dan mengamati melalui celah ....Sekarang, suasana hati Kelly sangat buruk. Sejak awal dia sudah menganggap anak yang tidak bisa dimanfaatkan ini sebagai gangguan, sekarang semakin dilihat, semakin dia tidak menyukainya. Kelly tercekik amarah dan tidak punya tempat untuk melampiaskannya, kebetulan dia baru saja menemukan karung tinju!Setelah menendangnya sekuat tenaga, Kelly memarahinya habis-habisan, "Pasti kamu yang membawa kesialan! Sejak mengadopsimu, urusan Kalana nggak ada yang lancar, seharusnya kami membuangmu saja! Dasar pembawa sial!Revan yang
Justin menyeka air matanya, kemudian berkata, "Ibu, kamu nggak tahu, Kak Kalana sendiri yang mengumbar semua pemikirannya selama ini!""Selama ini aku mengira Kak Kalana wanita paling baik dan lembut, dia pantas mendapatkan segala yang terbaik! Jadi demi dia, aku bertindak keterlaluan pada Kak Pamela ..." tambahnya."Tapi ternyata diam-diam Kak Kalana melakukan banyak hal jahat, dia memanfaatkan semua orang yang mencintai dan memercayainya!" lanjutnya lagi."Sekarang berakhir seperti ini juga karena perbuatannya sendiri, nggak ada yang bisa disalahkan, aku nggak bisa membantunya, demikian juga denganmu!" sambungnya."Ibu, aku mencarimu ke sini dengan harapan kamu mau mengikuti saran Kakek, tinggallah di Vila Pakas yang ada di desa untuk sementara waktu, renungkan kesalahanmu, setelah amarah Kakek dan Nenek mereda baru kembali lagi, berhenti memikirkan cara untuk membebaskan Kak Kalana," saran Justin."Sudah seharusnya Kak Kalana menanggung sendiri akibat dari perbuatannya!" tambahnya l
"Nyonya, kali ini jangan melarikan diri lagi, kami nggak bisa mempertanggungjawabkannya," kata salah seorang pelayan.Kelly menggila, dia mendorong para pelayan itu, lalu berteriak, "Minggir! Kalian pikir siapa kalian? Beraninya mengaturku!"Karena sudah pernah tertipu sebelumnya, para pelayan pun tidak sungkan lagi, dua di antara mereka menahan Kelly, sementara sisanya membantu mengemas barang-barang.Kelly tinggal di apartemen itu bahkan belum sehari, tak ada barang yang perlu dikemas, para pelayan hanya mengemasi barang yang berserakan dan bersiap untuk pergi ....Sebelum pergi, Kepala Pelayan mendengar suara tangisan datang dari kamar tidur, dia pun mengirim bawahannya untuk memeriksa."Itu suara anak adopsi Nona Kalana! Sepertinya terluka, dia meringkuk di lantai sambil menangis," jawab salah satu bawahan.Kepala Pelayan mendekat untuk memeriksa, benar saja, Revan sedang meringkuk di lantai, dia gemetaran dan menangis lemah, terlihat sangat menyedihkan.Kelly teringat sesuatu, dia
Kelly berteriak, "Mana mungkin aku bisa tenang! Kalau kalian bawa Revan, itu sama dengan mengambil nyawaku!"Kepala Pelayan tak berdaya, dia memerintahkan bawahannya, "Bawa Nyonya beserta Tuan Revan ke Vila Pakas dulu, nanti kita tanyakan kembali pada Nyonya Anisa, apakah Tuan Revan jadi kita bawa pulang."Kelly kurang puas dengan instruksi Kepala Pelayan, dia memprotes, "Apa? Kalian nggak mau memeriksakan Revan ke rumah sakit sekarang? Bagaimana kalau terjadi sesuatunya padanya?"Kepala Pelayan menjawab, "Nyonya nggak perlu khawatir, tadi aku sudah memeriksanya, Tuan Revan hanya mengalami luka luar, setibanya di vila, kita akan meminta dokter di klinik sekitar sana untuk mengobatinya."Kelly mengerutkan kening sambil berkata, "Nggak bisa! Mana bisa kita percaya dengan keterampilan medis dokter di klinik desa? Nggak, Revan harus dibawa ke rumah sakit besar!"Kali ini Kepala Pelayan tidak lagi tertipu, dia berkata, "Nyonya, tolong pahami pekerjaan kami, kalau sampai Anda kabur lagi kali
Tatapan Pamela sayu, dia tidak marah, hanya sedikit kecewa, kemudian dia bertanya, "Apa dia bilang kapan akan pulang?"Adsila menggeleng, lalu menjawab, "Paman nggak bilang, aku hanya diminta untuk terus menemanimu di sini selama dia belum kembali, jangan biarkan Olivia membuatmu kesal."Pamela menjawab dengan tenang, "Oh ...."Saat ini, terdengar suara tidak senang Olivia, "Siapa yang mau membuatnya kesal? Sekarang aku sudah pasrah dan menerimanya sebagai kakak iparku, oke?"Mendengar suara Olivia, Pamela dan Adsila menatap ke arah pintu secara bersamaan ....Terlihat Olivia berjalan masuk dengan kesal sembari berkacak pinggang, "Kak Agam juga keterlaluan, seolah-olah aku ini mertua yang kejam, malah orang luar yang disuruh kemari!"Adsila menjulingkan mata, lalu berkata, "Kalau itu seharusnya kamu renungkan sendiri, dari perbuatanmu apakah wajar Paman merasa kamu lebih perlu diwaspadai daripada mertua yang kejam?"Ledekan Adsila mengingatkan Olivia akan perbuatannya pada Pamela, hal
Ketika melihat Marlon masuk, Pamela mengangkat alisnya dengan tenang.Kenapa bocah ini bisa ada di sini?Meski sempat kaget oleh penampilan Marlon, berhubung Olivia sudah punya pria idaman, dia tidak lagi terpesona oleh pemuda tampan itu. Dia menatap Marlon sambil bertanya dengan marah, "Siapa kamu? Masuk kamar Kak Pamela nggak mengetuk pintu dulu! Berani sekali kamu!"Marlon menatap Olivia sambil tersenyum, kemudian mengalihkan pandangannya ke Pamela di ranjang pasien, lalu berkata penuh arti, "Dulu aku masuk kamar tidurnya juga nggak perlu mengetuk pintu!"Mendengar kalimat itu, seketika Olivia meningkatkan kewaspadaan, dia mengamati pria itu, lalu menatap Pamela penuh selidik, kemudian bertanya, "Apa? Jangan-jangan kamu mantan pacarnya Pamela?"Marlon sengaja tersenyum ambigu, juga tidak menyangkal.Olivia langsung menanggapinya serius, dia berkacak pinggang sambil bertanya, "Pamela, bagus ya kamu! Selagi Kak Agam nggak ada, kamu mengajak mantanmu berkencan! Kamu masih mau sama kaka
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen