Pamela berkata sambil menyipitkan matanya dan menatap Kalana, "Kamu berterima kasih padanya, jadi kamu membiarkan dia menanggung semua kejahatanmu dan dipenjara?"Kalana berkata dengan tidak setuju, "Aku akan sering mengunjunginya dan memberinya lebih banyak uang makanan di penjara agar dia bisa makan enak!"Pamela mendecakkan lidahnya. "Nona Kalana, apakah menurutmu kamu yang seperti ini sangat murah hati?"Kalana berkata sambil memelototi Pamela dengan tidak senang, "Dasar jalang, berhentilah mengajariku bagaimana berperilaku! Pamela, sebelum kamu muncul, semua orang di sekitarku mendengarkanku, mencintaiku, percaya, bersedia melakukan sesuatu untukku dan nggak pernah meragukan apa yang aku katakan! Sekarang, kamu menyakitiku hingga nggak ada yang peduli padaku, kamu pantas mati! Aku membencimu. Bukan hanya karena kamu mengambil Agam, aku membencimu karena kamu hampir membuatku kehilangan semua yang semula milikku. Kamu membuatku harus membimbing hubungan dengan mereka lagi!"Pamela
Olivia juga turun dari ranjang rumah sakit yang dia gunakan untuk menyamar menjadi mayat, kekesalannya tak terbendung lagi, dia langsung menampar Kalana dengan sekuat tenaga, kemudian memarahinya, "Dasar wanita keji! Padahal selama ini aku menyayangi dan menghargaimu sebagai calon kakak iparku, kamu malah mengataiku punya selera buruk dan bodoh! Bahkan membodohiku dengan membelikan tas dan sepatu jelek yang nggak laku, kamu juga diam-diam membicarakan masalah pribadiku dan menjelekkanku di belakang! Benar kata orang, rambut sama hitam, hati nggak ada yang tahu. Ketulusanku selama bertahun-tahun ini nggak ada artinya! Pantas saja kakakku nggak suka sama kamu, kamu bahkan nggak sebanding dengan seujung rambut Pamela! Dasar sampah! Cih!"Pipi Kalana sudah membengkak, tapi di tengah situasi canggung itu, dia masih menatap Olivia sambil berkata, "Olivia, kamu salah paham .... Tadi aku sengaja bilang begitu untuk membuat Pamela kesal, aku nggak sungguh-sungguh .... Selama ini aku paling baik
Setelah bicara, Justin berbalik dan berlari keluar sambil menyeka air mata dengan lengannya.Kejadian hari ini menjadi pukulan berat baginya, keyakinannya hampir runtuh.Sulit dipercaya, ternyata kakaknya, kakak kandungnya, adalah tipe orang yang paling dia benci.Kalau Pamela tidak mengirim pesan yang memintanya ke rumah sakit untuk melihat wajah asli kakaknya, dia pasti tidak akan percaya, sampai dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, sungguh menyakitkan ....Apalagi dulu dia telah melakukan banyak hal keterlaluan pada Pamela demi membantu kakaknya merebut Agam! Sungguh menyesalkan!Setelah Justin keluar, Kalana yang penampilannya berantakan ingin bangkit untuk mengejar, dia ingin memberikan penjelasan pada adiknya, dia sudah kehilangan kepercayaan kakek, nenek, kakak dan ayahnya, dia tidak ingin kehilangan kepercayaan adiknya lagi ....Lagi pula, Kalana dan ibunya sudah berencana menjadikan Justin pewaris harta Keluarga Yanuar, dia masih harus mengandalkan adiknya itu selama sis
Kalana yang tidak mendapatkan bantuan kakaknya pun mengerahkan tenaga meraih celana Jason dengan tangannya yang gemetaran."Kak, bukan begitu .... Pamela yang sengaja memancingku, akhir seperti ini yang dia inginkan. Bahkan setelah mati pun dia nggak mau melepaskan aku, dia baru akan puas setelah melihatku ditinggalkan keluargaku! Kak, kamu jangan tertipu ..." bujuk Kalana.Jason memandang Kalana dengan tatapan merendahkan, dia mengerutkan kening, menunjukkan rasa jijik, kemudian menarik celana yang dipegang Kalana dan mundur beberapa langkah, membuat jarak dengan adik yang membuat hatinya membeku itu.Kalana tak peduli seberapa memalukan dirinya, dia merangkak perlahan, mencoba mendapatkan sedikit rasa iba dari kakaknya."Kalana, masalah sudah seperti ini, kamu jangan keras kepala lagi."Saat Kalana merangkak mendekati Jason, tiba-tiba terdengar suara Anisa, dia tersentak, lalu menoleh ke arah datangnya suara, matanya terbelalak, bergetar hebat!Dia melihat Pamela memapah Anisa, berja
Kalana menatap Johan dengan wajah memelas sembari berkata, "Kakek, aku nggak begitu .... Pamela yang menjebakku ...."Johan yang kecewa pun membuang muka, dia tidak ingin melihat manusia seperti itu di keluarga yang dia banggakan.Kalana yang tidak lagi mendapat simpati dari keluarga maupun teman-temannya, benar-benar hancur.Begitu diambang kehancuran, seseorang akan menggila. Kalana menunjuk Pamela yang dengan tenang memapah Anisa."Dia! Dia yang merencanakan semua ini! Kalau nggak, untuk apa dia memalsukan kematiannya sendiri dan berdiri di sini tanpa luka sedikit pun?" teriak Kalana.Johan dan Anisa mengerutkan kening melihat Kalana yang masih juga keras kepala.Pamela menatapnya, kemudian tersenyum kecil, "Tanpa luka sedikit pun? Kalana, di mana matamu? Kamu nggak lihat aku terluka?" balasnya.Sambil berbicara, Pamela menunjuk kain kasa yang melingkari dahinya.Alis Kalana berkerut erat, sayangnya tatapan mata tidak bisa membunuh!"Pamela, kamu hanya cedera ringan, kenapa malah me
Setelah itu, Jason mengalihkan pandangannya ke luar pintu, lalu berkata, "Pak Polisi di luar, masuklah. Tolong bersihkan Keluarga Yanuar, bawa dan didik dia, berikan hukuman yang sepantasnya!"Kalana tercengang. Ada polisi? Tanpa sadar dia melihat ke arah pintu ....Benar saja, beberapa petugas polisi berjalan masuk, dua dari mereka mendekat dan memborgol Stevi terlebih dahulu. Sisanya berjalan ke arah Kalana, membungkuk untuk membantunya berdiri, lalu memborgolnya.Melihat situasi ini, Kalana segera tersadar, dia berusaha melepaskan borgol yang terpasang di pergelangan tangannya, berkata dengan tidak kooperatif, "Apa-apaan ini? Kenapa kalian menangkapku?"Kepala Polisi merespons, "Nona Kalana, Anda dicurigai sebagai dalang dibalik kasus penyewaan pembunuh bayaran, silakan ikut kami ke kantor untuk bekerja sama dalam penyelidikan."Kalana mencibir, "Aku menyewa pembunuh bayaran? Apa kalian punya bukti? Pasti Pamela si wanita jalang ini yang melaporkan aku, 'kan? Huh, itu semua omong ko
Setelah Kalana dibawa pergi oleh petuga polisi, Johan dan Anisa hanya bisa menghela napas!Huh! Bagaimana pun Kalana adalah cucu yang mereka sayangi selama bertahun-tahun, kini dia harus dijebloskan ke penjara, mana mungkin mereka tidak merasakan apa-apa!Namun, mereka juga tahu jelas, Kalana yang sekarang berbeda dengan Kalana semasa kecil, dia harus menerima akibat dari segala perbuatannya.Jason menatap polisi yang membawa Kalana pergi, tatapannya menyimpan kerumitan yang tak bisa diungkapkan.Setelah menarik pandangannya, dia menatap Pamela.Melihat kain kasa yang mengelilingi luka di dahi Pamela, Jason merasa tidak tega sekaligus bersyukur karena adiknya masih hidup!Dia tidak bisa menahan diri untuk memeluk Pamela, kemudian berkata, "Syukurlah, syukurlah kamu masih hidup! Pamela, untunglah kamu baik-baik saja, Kakak takut setengah mati, tahu, nggak?"Pamela yang dipeluk erat secara tiba-tiba tidak segera meronta, dia tidak terlalu keberatan dengan tindakan Jason, juga tidak terla
Ekspresi wajah pria itu tidak jelas, dia menatap Pamela dengan mata sayu ....Olivia membungkam mulutnya, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri reaksi Agam ketika mengira Pamela sudah meninggal, dia tahu seberapa pentingnya Pamela bagi Agam, juga memahami perasaan Agam saat ini pasti sangat rumit, lebih baik dia tidak ikut campur!Pamela mendekati Agam, lalu menyapa, "Paman."Setelah mendekat, barulah dia menyadari Agam memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan.Entah karena rumah sakit tidak mengizinkannya merokok atau karena alasan lain.Sepertinya sudah lama sekali Agam tidak merokok.Ekspresi Agam sulit ditebak, dia membuang rokok yang belum dinyalakan itu ke tong sampah di dekat sana, lalu melepas mantel dan memakaikannya pada Pamela.Tanpa mengatakan apa pun, Agam berbalik dan pergi.Pamela mengerutkan kening, mengikutinya dari belakang ....Meski kurang responsif, Olivia bisa merasakan kejanggalan antara Agam dan Pamela. Dia tidak berani terlalu dekat, hanya diam-diam me
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen