Mobil kembali melaju, tetapi putar balik dan menuju ke panti.
Jenna hanya bisa menangis. Hatinya begitu hancur, jika saja ia sering menjenguk sang nenek maka tidak ada penyesalan seperti ini. Tiga bulan, ya Jenna memiliki waktu tiga bulan untuk bertemu dengan sang nenek, tetapi ia memilih menghindar, hanya karena masalah tinggal bersama. Ia yakin jika dijelaskan kepada sang nenek, maka beliau akan mengerti. Andai saja. Andai saja.
Tiba di panti, Jenna langsung berlari ke dalam. Yura sibuk menelepon, ia tidak dapat menghubungi Tuan Besar Kim, karena beliau sedang dalam perawatan intensif. Jadi, Yura menghubungi Leonel Kim, suami dari Nyonya nya itu.
"Halo, Tuan."
[Ada apa?]
"Nenek dari Nyonya Jenna, meninggal dunia. Saat ini, kami berada di panti."
Leonel diam sesaat.
[Urus, apa yang perlu diurus!]
Lalu, panggilan diputus.
Di dalam kamar.
Jenna berlutut di samping ranjang, tempat
Keesokan harinya.Logan dan putrinya, tiba di kediaman Kim. Ia mendapat kabar tentang meninggalnya nenek Jenna dari Yura dan alasan kedatangannya adalah untuk menyampaikan belasungkawa. Kali ini, ia memutuskan untuk tinggal selama 3 hari, karena itulah ia mengajak putrinya turut serta."Logan," panggil Rosa bahagia. Kejutan apa ini, dapat melihat Logan di kediamannya. Anastasya bersembunyi di balik kaki sang ayah. Gadis kecil itu begitu takut dengan Rosa.Logan hanya mengangguk dan berkata, "Aku hendak bertemu dengan Jenna.""Mari saya antar, Tuan," ujar Yura segera. Ya, Yura yang mengabarkan tentang kepergian Nenek Jenna."Aku yang akan mengantar mereka! Kamu lanjutkan kesibukanmu!" sela Rosa dan berusaha untuk menjaga wajahnya tetap tersenyum. Ia kesal dan marah, saat tahu alasan kedatangan Logan adalah Jenna.Mereka naik ke lantai atas dan berjalan ke arah kamar Jenna.Tok tok tok."
Tiba di kediaman Kim, Jenna memindahkan Anastasya yang masih terlelap ke tangan Logan."Jenna," panggil Logan.Jenna mengangkat wajah dan tatapan mereka bertemu. Jenna menghormati pria itu, layaknya ia menghormati Tuan Besar Kim."Kamu tahu harus menghubungi kemana, jika butuh bantuanku bukan?" tanya Logan yang amat yakin, Jenna tidak baik-baik saja.Jenna mengangguk dan mengucapkan terima kasih, sebelum turun dari mobil.Jenna melangkah masuk ke dalam kediaman, setelah mobil melaju pergi. Begitu kakinya hendak menapak anak tangga, rambutnya dijambak dengan kasar dari belakang.Rosa sedari tadi menunggu Jenna kembali, untuk melampiaskan kekesalannya.Jenna terhuyung beberapa langkah kebelakang, beruntung ia tidak terjatuh. Mengangkat wajah dan melihat tangan sang ibu mertua sudah terangkat tinggi, sebuah tamparan keras ditargetkan ke wajahnya."Apakah Ibu ingin Tuan Logan melihat bekas
Leo melipat kedua tangan di depan dada, menunggu apa yang akan diucapkan oleh istrinya itu."Aku yakin kamu akan memiliki Ibu yang baik dan menyayanginya. Tapi, kamu harus sabar, Anastasya, " ujar Jenna menatap gadis kecil yang berada dalam pangkuannya.Lalu, Jenna mengabaikan tatapan suaminya itu dan mulai menyantap sarapannya. Ia tidak akan berlama-lama di ruangan ini, sebab Jenna kesulitan bernapas.Leo tersenyum sinis, setidaknya ini kali pertama ia diabaikan oleh Jenna. Sama seperti Jenna, Leo pun kembali menyeruput kopi dan membicarakan perkembangan bisnis dengan Logan. Sedangkan Rosa, berdiri dari duduknya hanya untuk menuangkan kopi ke cangkir kosong milik Logan.Jenna mencibir, beginilah perilaku sebenarnya dari anggota Keluarga Kim. Tidak ada satu pun dari mereka yang terlihat cemas, terhadap kesehatan Tuan Besar Kim."Makanlah dengan perlahan, kamu bisa tersedak," Logan mengingatkan. Ya, duduk di hadapan Jen
Akhirnya Anastasya, melepaskan pelukannya. Jenna mengecup pipi Anastasya. Setelah ayah dan anak itu pergi, Jenna kembali melangkah masuk ke dalam kediaman. Raut wajahnya kembali suram.Seperti perkiraannya, sang ibu mertua berada di balik pintu belakang. Tatapan mereka bertemu dan Jenna sama sekali tidak merasa gentar, dengan tatapan penuh kebencian dari wanita itu.Jenna berdiri diam untuk beberapa saat, menunggu apa yang akan dilakukan Rosa terhadap dirinya. Beruntung bagi Jenna, sebab ibu mertuanya itu langsung berbalik pergi dan tidak mencari masalah dengannya.Keesokan harinya, Logan dan putrinya kembali datang untuk makan siang bersama. Hanya itu dan Jenna kembali ke kamar setelah ayah serta anak itu pergi.Kembali ke kamar, Jenna termenung. Ia mengingat kembali pesan Logan tadi. Pria itu kembali mengingatkan untuk menghubunginya, jika Jenna dalam masalah. Seulas senyum tipis menghiasi wajah suramnya, ternyata seperti ini ras
Jenna menyeka air mata dengan punggung tangannya. Berusaha berhenti menangis dan tersenyum, saat tatapannya bertemu dengan Tuan Besar Kim."Apakah Tuan baik-baik saja?" tanya Jenna. Ia tidak terbiasa memanggil ayah atau ibu, kepada mertuanya itu.Tuan Besar Kim mengangguk perlahan."K-Kamu?" tanya Tuan Besar Kim dengan suara begitu lemah. Hanya mengucapkan satu kata itu saja, sudah membuatnya begitu kelelahan.Jenna buru-buru mengangguk dan berkata, "Kami baik-baik saja."Kami yang dimaksud Jenna adalah dirinya dan bayi yang berada dalam kandungannya.Jenna hanya menjenguk sebentar, ia takut Tuan Besar Kim terlalu lelah. Lalu, Jenna keluar, meninggalkan Tuan Besar Kim bersama seorang perawat yang akan berjaga selama 24 jam.Kembali ke kamarnya di lantai atas, Jenna langsung berdoa, memohon kepada Yang Kuasa untuk kesehatan serta kesembuhan ayah mertuanya itu. Satu hari itu, Jenna menghabiskan waktu
"Tapi, Nyonya.... Baik! Tunggu sebentar!" ujar Paman Bong. Ya, ia tidak boleh ragu, setiap detik amat berharga. Paman Bong berlari ke dalam garasi dan langsung mendorong keluar motor bebek tuanya. Walaupun itu garasi dengan begitu banyak mobil yang tersusun rapi, tetapi semua kunci mobil di simpan di dalam kediaman utama. Akan butuh waktu hanya untuk menemukan kunci, jadi Paman Bong memutuskan untuk menggunakan motor bututnya saja.Motor itu dihidupkan, begitu juga dengan lampu depan yang berwarna kuning. Paman Bong melepaskan jaketnya yang memang sudah basah dan meminta agar Nyonya nya mengenakan itu.Tangan kurus dan gemetaran itu menerima jaketnya, tidak dipakai dan hanya dipeluk. Paman Bong tidak lagi berkata-kata dan naik ke atas motor. Beruntung motor bututnya rendah, jadi Jenna tidak kesulitan untuk naik dan duduk di sana.Motor melaju dan di depan gerbang utama, Paman Bong meminta staff keamanan untuk melaporkan bahwa ia mengantar Nyony
Berjalan cepat, Leo berlari menuruni tangga.Di lantai bawah, Rosa sudah terbangun dan saat ini berada di ruang depan kediaman. Kesal, karena keributan ini terjadi disebabkan oleh menantu bodohnya itu. Kediaman yang tenang, menjadi begitu kacau."Leo!" panggil Rosa yang melihat Leo berlari melewatinya. Namun, panggilannya diabaikan begitu saja.Rosa tidak tinggal diam, ia segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian. Sebagai Nyonya rumah, ia harus memastikan sendiri apa yang terjadi, serta mencegah nama baik Keluarga Kim tercoreng, hanya karena menantunya itu.Leo masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin.Mesin mobil sport meraung garang, saat pedal gas diinjak dalam. Melaju kencang, mobil itu pun meninggalkan kediaman Kim.Kedua tangan Leo mencengkeram kemudi begitu erat, sampai buku-buku tangannya memutih. Keningnya berkerut, memikirkan apa yang telah terjadi. Ia tidak pernah berharap, Jenna keguguran. D
"Bawa aku, bawa aku untuk menemui bayiku!" ujar Jenna kembali dengan suara bergetar."Bayimu sudah kami makamkan," ujar Dokter Margareth, apa adanya."A-Apa? APA?" tanya Jenna yang seakan tidak mengerti ucapan dokter itu."Bayimu sudah kami makamkan," ulang Dokter Margareth.Jenna langsung berpaling menatap Leonel, yang berdiri di samping ranjang. Tangan kurus dan gemetaran, menangkap lengan Leo, suaminya.Hal itu membuat, Leo menatap langsung ke wajah Jenna."M-Mereka bohong bukan? Bayiku, tidak maksudku bayi kita ada di ruang bayi, bukan?" tanya Jenna dengan tatapan penuh harap. Ya, ia tidak percaya ucapan dokter itu. Jenna tidak percaya.Leo merasa tenggorokannya tercekat, seakan ada gumpalan yang membuatnya merasa tercekik dan tidak mampu berkata-kata."L-Leo!" panggil Jenna, ia dapat membaca ekspresi wajah suaminya itu dan saat ini, ekspresi itu mengatakan bahwa apa yang dikatakan
Minggu demi minggu, berlalu. Lima bulan kembali dilewati, setelah mereka berpisah.Jenna, membuka toko bunga kecil di daerah puncak, di mana ia memilih untuk memulai kehidupan barunya. Hidup sederhana, dengan para tetangga yang penuh perhatian, membuatnya mulai dapat tersenyum. Walaupun, dalam hatinya seakan ada lubang yang tidak mampu ditutup sampai sekarang ini.Pagi ini, banyak jenis bunga yang masuk ke toko. Daerah puncak, juga merupakan tempat wisata. Bunga-bunga indah ini, selalu menarik minat wisatawan yang datang dan penginapan, serta restoran di daerah ini. Awalnya, Jenna tidak yakin apakah dapat hidup dengan mengandalkan dari bunga-bunga yang dijualnya. Namun, kenyataannya bisa, bahkan ia memiliki tabungan saat ini.Yang tidak diketahui Jenna adalah Leo, selalu memperhatikan dan menjaganya, dari jauh. Hotel dan restoran besar di daerah puncak ini telah dibeli olehnya dan semua keperluan bunga, diperintahkan untuk dibeli pada toko mili
Tidak lama, wanita itu tiba dengan dikawal oleh beberapa orang polisi. Wajah itu masih terlihat begitu angkuh, bahkan tidak ada tersirat rasa bersalah sama sekali."Ah, pasangan suami istri yang harmonis," ejek Anya, saat melihat keberadaan Leo dan Jenna."Pembunuh!" seru Jenna."Pembunuh? Apakah kamu memiliki bukti?" ejek Anya kembali."Kau–""Aku tidak akan menjawab pertanyaan apa pun! Tunggu pengacara keluargaku tiba dan beliau yang akan berbicara, mewakili diriku!" ujar Anya, memotong ucapan Leo.Ya, Anya yakin ia akan terbebas dari masalah ini. Keluarganya kaya dan tidak ada rencana pembunuhan yang diperintahkan olehnya. Tidak ada!Jenna yang berang, mulai melangkah dan melepaskan tangan Leo, yang berusaha menghentikannya.Tiba di hadapan Anya, Jenna pun berkata, "Mengapa kamu melakukan semua itu? Apakah aku memiliki kesalahan pada dirimu?""Ck ck ck! Pengacara ku berp
"Kamu sudah bangun?" tanya Leo, pelan.Jenna yang baru terbangun, melihat ke sekeliling ruangan dan tatapannya kembali tertuju pada Leo yang duduk di sisi ranjang, tepat di sampingnya."Di mana ini?" tanyanya dengan suara tercekat.Leo tidak menjawab, ia membantu Jenna untuk duduk dan bersandar di sandaran ranjang.Menggeser duduknya lebih dekat, tangan Leo menyelipkan rambut Jenna ke belakang telinga."Kita menginap di penginapan terbagus di daerah perkemahan Bukit Utara. Besok, kita harus menghadiri upacara pemakaman untuk Yura dan putrinya," jelas Leo, singkat. Padahal, begitu banyak hal yang harus diurus, terkait penemuan jenazah itu.Jenna menatap ke arah jendela dan langit sudah gelap."Istirahatlah," pinta Leo. Ia tahu, Jenna pasti ingin kembali ke tempat itu."Biarkan pihak kepolisian bekerja. Kita tidak dapat melakukan apapun, jika berada di sana. Lagipula, setiap ada kab
Leo menutup layar laptop dan menggenggam tangan Jenna, seraya berkata, "Untuk kali ini, izinkan aku melakukan segalanya. Kamu cukup tetap berada di sisiku dan melihat."Lalu, Leo menarik tangan Jenna dan mereka berdua berjalan keluar dari ruang kerja. Di depan, Rosa dan Lulu masih menunggu dengan penasaran."Jangan berani masuk ke ruang kerja!" tegas Leo, ditujukan pada ibu tirinya itu. Kemudian lanjut melangkah dengan Jenna berada dalam gandengannya.Di depan kediaman, Leo membukakan pintu mobil untuk Jenna.Jenna melangkah masuk dan duduk. Leo membungkuk dan membantu memasangkan sabuk pengaman."Apakah kamu akan baik-baik saja duduk di sini?" tanya Leo, menatap wajah Jenna yang berada begitu dekat. Ia bertanya, sebab teringat akan kejadian terakhir kali saat menemani istrinya itu ke rumah sakit.Jenna mengangguk dan berkata, "Bisakah kita segera menemukan Yura?""Kita akan menemukannya. Aku berjanji!" j
Kembali ke ruang kerja, Jenna mulai mengerjapkan mata berulang kali. Walaupun sudah dapat melihat, tetapi terkadang pandangannya akan kabur, jika terlalu lelah.Ah, mengapa begitu bodoh? Bukankah ia hanya perlu menemukan file terbaru. Mengedit penyimpanan berdasarkan tanggal, maka file terbaru semua berada pada bagian paling atas.Jenna, membeku saat melihat file teratas, di sana tertera tanggal di saat ia terbangun di hotel dan saat Yura pergi. Selain itu, waktu yang tertera adalah pukul 10 malam.Memberanikan diri, Jenna membuka file itu, tepatnya rekaman video.Yura, terlihat di rekaman video itu. Wajahnya menunjukkan rasa takut dan penyesalan.[Nyonya, maafkan aku. Tapi, tapi aku melakukan ini, karena mereka menahan putriku. Setelah aku berhasil mendapatkannya putriku kembali, maka aku akan menjelaskan dan membersihkan nama Nyonya. Aku bersumpah!][Pria itu, nama aslinya adalah George Smith dan, dan ia beker
Jenna, membuka pintu kamar dengan perlahan. Kediaman sudah sepi, sebab para pelayan sudah beristirahat.Dengan jantung yang terus berdebar tidak menentu, Jenna melangkah ke arah ruang kerja. Perlahan, membuka pintu ruangan itu dan melangkah masuk, tidak lupa untuk segera menutup pintu.Ruangan gelap, hanya sinar rembulan lembut yang menerobos kaca jendela, menerangi remang ruangan itu. Namun, itu cukup dan Jenna segera berjalan ke arah meja kerja besar, yang diatasnya terdapat sebuah laptop.Menarik dan membuang napas beberapa kali, barulah Jenna mendekati perangkat itu. Mungkin saja, flashdisk ini tidak berisi hal penting, tetapi insting mengatakan berbeda. Ia yakin, ada sesuatu yang penting di dalamnya.Pintu ruang kerja terbuka, tepat di saat Jenna hendak menyambungkan flashdisk ke perangkat itu. Spontan, Jenna menarik tangannya menjauh dan menyembunyikan flashdisk itu dalam genggamannya.Leo, baru saja tiba di kedi
Suasana hati yang buruk, membuat Leo segera kehilangan kesabaran. Dengan kasar, Leo menepis tangan Logan yang mencengkeram kerah kemeja dan melayangkan satu tinju, tepat ke wajah sang paman.BUKKK!Leo tidak lagi peduli dengan status Logan, yang adalah pamannya sendiri. Pukulan itu, membuat tubuh Logan terpental ke belakang dan terjatuh di atas lantai.Leo tidak berhenti di sana, ia pun langsung melompat ke atas tubuh Logan dan kembali meluncurkan satu pukulan tepat ke wajah pamannya itu. Tentu, Logan membalas.Keributan langsung terjadi dan itu menarik perhatian seluruh tamu yang ada di dalam pub, termasuk dengan para karyawan.Tidak butuh waktu yang lama beberapa petugas keamanan berbadan kekar, langsung melerai mereka. Tidak peduli dengan status mereka, para petugas keamanan langsung melemparkan mereka berdua keluar dari pub.Baik Leo maupun Logan, tubuh mereka berdua terjatuh di atas aspal dengan cukup keras. Seti
"Selamat tinggal."Itulah ucapan Paman Bong yang didengar Jenna, sebelum ia terbangun dari mimpi.Napas memburu dan wajah basah, karena air mata yang masih mengalir deras. Memeluk dirinya sendiri begitu erat, Jenna berusaha menenangkan diri. Ia tahu itu adalah mimpi dan semua, masih terasa begitu nyata.Kesedihan, melanda jiwa. Butuh waktu cukup lama, untuk menghentikan tangisan dan menenangkan diri. Jenna yang mulai tenang, membalikkan tubuh dan tidur telentang. Napasnya sudah kembali normal, hanya saja perasaannya masih begitu kacau.Membuka mata dan seperti biasa, disambut oleh kegelapan. Hanya saja, ini terasa lain. Ia dapat melihat cahaya rembulan yang lembut. Cahaya yang menerobos masuk, dari celah-celah tirai dan membuat Jenna dapat melihat langit-langit kamar.Apakah ia mendapatkan keajaiban? batin Jenna. Rasa takut dan antusias, menggantikan rasa sedih yang dirasakan tadi. Perlahan, ia bangkit dan turun dari ranjang
Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara. Jenna, memastikan tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Entah perlakuan Leo tulus, atau hanya pura-pura, ia tidak lagi memikirkan hal tersebut. Kebahagiaan, bukanlah sesuatu yang pantas dimiliki. Itulah yang diyakini oleh Jenna.Kembali ke kediaman, Jenna melakukan aktivitas seperti biasanya.Leo, mendatangkan seorang perawat profesional untuk mendampingi, tetapi Jenna langsung menolak. Ia yakin, perawat itu hanya akan memata-matai dan melaporkan segala sesuatu kepada Leo, sama seperti Maya, perawat yang diperkerjakan oleh ibu mertuanya.Dengan berat hati, Leo menyetujui penolakan Jenna dan meminta sang perawat untuk pergi.Jenna semakin menutup diri. Ia hanya akan berbicara saat ditanya, itu pun hanya satu atau dua kata yang diucapkan.***Hari demi hari, kembali berlalu. Leo semakin kesulitan, mendekati Jenna. Wanita itu akan memintanya pergi, jika ia datang mengh