"Bawa aku, bawa aku untuk menemui bayiku!" ujar Jenna kembali dengan suara bergetar.
"Bayimu sudah kami makamkan," ujar Dokter Margareth, apa adanya.
"A-Apa? APA?" tanya Jenna yang seakan tidak mengerti ucapan dokter itu.
"Bayimu sudah kami makamkan," ulang Dokter Margareth.
Jenna langsung berpaling menatap Leonel, yang berdiri di samping ranjang. Tangan kurus dan gemetaran, menangkap lengan Leo, suaminya.
Hal itu membuat, Leo menatap langsung ke wajah Jenna.
"M-Mereka bohong bukan? Bayiku, tidak maksudku bayi kita ada di ruang bayi, bukan?" tanya Jenna dengan tatapan penuh harap. Ya, ia tidak percaya ucapan dokter itu. Jenna tidak percaya.
Leo merasa tenggorokannya tercekat, seakan ada gumpalan yang membuatnya merasa tercekik dan tidak mampu berkata-kata.
"L-Leo!" panggil Jenna, ia dapat membaca ekspresi wajah suaminya itu dan saat ini, ekspresi itu mengatakan bahwa apa yang dikatakan
Jenna membuka genggaman kedua tangannya, langsung saja tanah itu terjatuh di atas sapu tangan putih. Lalu, Margareth membungkus tanah itu dan menyerahkannya kepada Jenna.Tangan kurusnya langsung menerima bungkusan tanah itu dan memeluknya erat. Dokter Margareth membantu Jenna kembali duduk di kursi roda dan mereka kembali ke dalam gedung rumah sakit.Jenna tidak lagi menangis dan ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Ya, Jenna begitu kotor, wajah dan pakaian rumah sakitnya penuh tanah. Ia tidak peduli!Dokter Margareth mendorong Jenna kembali ke dalam kamar dan ternyata, suami serta ibu mertuanya sudah menunggu."Apa yang terjadi?" tanya Rosa dengan mata mendelik. Ia begitu jijik melihat penampilan Jenna yang begitu kotor.Leo yang berdiri di belakang Rosa, melangkah maju, melihat apa yang terjadi.Tatapan Jenna dan Leonel bertemu dan itu langsung membuat Jenna berdiri,
Mobil sport milik Leo berbelok, memasuki halaman parkir rumah sakit. Mereka yang merupakan bagian dari keluarga jajaran petinggi rumah sakit, memiliki tempat parkir khusus yang berada tepat di seberang pintu utama.Leo melihat mobil Anya sudah terparkir di sana dan ia mengambil tempat, tepat di samping mobil kekasihnya itu.Anya dapat melihat dari kaca spion, mobil Leo sudah berhenti tepat di samping mobilnya. Merapikan rambut dan memoles lipstik sekali lagi, barulah Anya tersenyum puas dengan penampilannya, kemudian turun dari mobil.Setelah mobil terparkir sempurna, Leo pun turun."Leo!" panggil Anya yang langsung berjalan menghampiri kekasihnya itu.Namun, senyum Anya sirna, saat melihat raut wajah Leonel. Mengapa pria itu terlihat begitu tertekan? Apakah pria itu sedih atau bahkan mungkin merasa bersalah? Anya tertawa sinis dalam hati dan berkata, semua sudah terlambat dan ia amat bahagia, saat menerima kabar istri Leo y
Kembali ke rumah sakit.Leo panik, saat tidak menemukan Jenna di dalam kamar rawat. Ia menanyakan kepada seluruh perawat, tetapi tidak ada yang melihat di mana istrinya berada.Anya yang sedaritadi mengikuti Leo, mulai merasa kesal karena perhatian pria itu terhadap istrinya.Leo berlari dan berusaha menemukan keberadaan Jenna. Ia benar-benar merasa khawatir. Ya, ia khawatir.Kembali ke kediaman Kim, tepatnya di kamar utama.Rosa mengangkat tangan, untuk menghentikan pelayan yang hendak menyeret Jenna keluar dari kamar utama. Ia penasaran, akan apa yang hendak dilakukan menantu bodohnya itu. Ia amat penasaran. Dengan tatapan menghina, Rosa tidak sabar menunggu pertunjukan apa yang akan diberikan.Kedua tangan Jenna berada di atas lantai batu alam yang begitu dingin, terkepal erat. Jenna berusaha mengontrol tubuhnya yang gemetar hebat, tetapi sia-sia. Dengan wajah menunduk dalam, Jenna mulai berbicara.
Logan Kim kembali tiba di bandara. Belakangan, ia begitu sering kembali ke kota tempat kelahirannya. Kali ini, ia kembali sendirian tanpa putri kecilnya.Logan mendapatkan kabar tentang Jenna, dari Yura. Pegawai senior itu menjelaskan, sambil menangis sesenggukan. Logan yang mendengar semua itu, merasakan amarahnya tersulut. Kali ini, kedatangannya bertujuan untuk menyelamatkan Jenna. Walaupun sedikit terlambat, tetapi Logan yakin ini lebih baik daripada tidak sama sekali.Keluar dari bandara, Logan masuk ke dalam mobil yang memang datang menjemputnya. Ia langsung memberi perintah, untuk diantar ke rumah sakit swasta ternama di kota ini.Kembali ke rumah sakit.Kesadaran Jenna kembali dan hal pertama yang dilakukan adalah matanya sibuk mencari keberadaan botol kaca itu. Jenna baru merasa lega, setelah melihat botol itu ada di meja sisi ranjang.Leo yang melihat Jenna telah sadar, langsung berdiri dari duduknya dan berlari ke
Karena, aku ingin membalas mereka semua. Jika tidak memungkinkan, maka aku tidak akan ragu untuk menyakiti mereka secara fisik. Ya, itulah alasanku untuk tetap bertahan, batin Jenna.Namun, itu semua tidak diucapkan."Anda tidak perlu tahu. Aku mohon, jangan mencampuri masalah pernikahan kami," ujar Jenna. Ya, biasanya ia akan memanggil Logan dengan sebutan Tuan. Namun, situasi saat ini tidak memungkinkan bagi Jenna untuk bertindak sopan.Logan, terdiam. Padahal ia datang dengan berbagai persiapan, termasuk jalur hukum. Jika ingin membebaskan Jenna, maka hal pertama adalah mengurus perceraian wanita itu dengan Leonel kim. Saat ini, pengacaranya sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Namun tanpa persetujuan Jenna, ia tidak dapat melakukan apa pun."Kamu yakin? Kau tahu, aku tidak akan berada lama di kota ini," tanya Logan, untuk memastikan sekali lagi."Aku yakin," jawab Jenna pasti.Leo yang menyentuh rahang
Sepuluh hari. Ya, Jenna menghabiskan waktu selama sepuluh hari di rumah sakit, untuk pemulihan.Beruntung, Yura mendampinginya dan Jenna berterima kasih kepada Logan yang membuat keputusan tersebut. Sedangkan Amelia, perawat yang dipekerjakan oleh Leonel, diabaikan Jenna begitu saja.Di sudut kota yang lain, mobil sport mewah milik Leo membelah jalanan kota. Belakangan ini pikirannya kacau, ia sering diam-diam pergi ke rumah sakit hanya untuk melihat keadaan Jenna dari kejauhan, tentunya. Leo yakin apa yang mendorongnya melakukan hal tersebut adalah karena rasa bersalah. Jika tidak, maka ia tidak mungkin memberi perhatian kepada Jenna Ren. Tidak mungkin. Bahkan ia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan Anya. Ya, mereka kembali bertengkar dan perkataan Anya cukup menghantuinya. Anya berkata ia sudah gila, tergila-gila kepada istrinya itu.Kedua tangan Leo mencengkeram kemudi begitu kuat, sampai buku-buku tangan memutih. Setela
Kediaman Kim begitu sibuk, para pelayan berlalu lalang, mempersiapkan altar untuk upacara Tuan Besar Kim.Rosa yang telah berganti pakaian berkabung, mengangkat ponsel dan menghubungi Logan. Yura tidak ada di kediaman, jadi tidak ada mata atau mulut yang akan melaporkan segala sesuatu yang terjadi di kediaman, kepada Logan. Rosa menggunakan kesempatan ini untuk menghubungi calon suami berikutnya.Seperti biasa, panggilannya sering diabaikan. Tidak patah semangat, sebab ada kabar penting yang harus dikabarkan. Saudara tiri Logan telah meninggal dan yang paling penting, saat ini ia berstatus janda. Namun, Rosa akan bersabar dan menjaga sikap, sampai pembagian harta warisan selesai. Setelah itu, ia akan meraih mimpinya sendiri dan hidup bahagia.Akhirnya, panggilan kelima kalinya, dijawab oleh Logan Kim.[Halo.]Rosa menangis tersedu-sedu dan mulai berbicara, "Oh, Logan.... Suamiku, suamiku sudah meninggal. Kamu harus datang un
Tiga hari berlalu dan prosesi pemakaman pun selesai. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah.Rosa duduk di sofa, tepat di samping Logan."Jadi, kapan kamu akan menceraikan istrimu? Tidak ada anak, maka tidak ada tanggung jawab yang harus kamu pikul!" ujar Rosa ketus, kepada Leo.Jenna hanya diam, dalam hati ia berkata, surat cerai tidak akan pernah ditandatangani. Ia akan tetap berada di kediaman ini dan membuat mereka membayar semuanya."Tolong, diam! Ini masih dalam masa berkabung dan apa yang akan aku lakukan terhadap Jenna, sama sekali bukan urusanmu!" balas Leo, dingin.Rosa ingin membalas ucapan putra tirinya itu, tetapi karena keberadaan Logan, ia harus menjaga sikap."Bukankah alasanmu menikahi Jenna, karena tanggung jawab? Karena itulah, aku menanyakan pertanyaan tadi," ujar Rosa, menimpalkan kesalahan kepada Leo.Leo yang hendak menjawab, segera mengurungkan niatnya, saat m