"Aku akan memastikan kamu diceraikan Leonel dan didepak keluar dari rumah ini! Aku muak melihat wajahmu!" maki Rosa, tepat di depan wajah Jenna.
Kemudian, ibu mertuanya berbalik dan meninggalkan Jenna sendirian, di koridor.
Jenna bersandar di dinding dan menyentuh wajahnya. Memejamkan mata dan berusaha mengendalikan diri. Saat itulah, ada rasa sakit pada bagian bawah perutnya. Perutnya kram. Mengabaikan perasaannya yang begitu buruk, Jenna berjalan dan masuk ke dalam kamar. Kemudian, merebahkan tubuhnya di atas ranjang, memejamkan mata dan mengatur napasnya. Jenna yakin keram perut yang dirasakan karena suasana hatinya begitu buruk.
Tidak tahu merebahkan diri berapa lama, akhirnya rasa sakit itu menghilang dan Jenna pun, turun dari ranjang.
Hari-hari kembali berlalu dengan lambat. Jenna sudah tidak berbicara apa pun dengan Leonel. Pria itu juga tidak bertanya apa pun mengenai kehamilannya. Tidak ada yang bertanya, kecuali Tuan Besa
Mobil kembali melaju, tetapi putar balik dan menuju ke panti.Jenna hanya bisa menangis. Hatinya begitu hancur, jika saja ia sering menjenguk sang nenek maka tidak ada penyesalan seperti ini. Tiga bulan, ya Jenna memiliki waktu tiga bulan untuk bertemu dengan sang nenek, tetapi ia memilih menghindar, hanya karena masalah tinggal bersama. Ia yakin jika dijelaskan kepada sang nenek, maka beliau akan mengerti. Andai saja. Andai saja.Tiba di panti, Jenna langsung berlari ke dalam. Yura sibuk menelepon, ia tidak dapat menghubungi Tuan Besar Kim, karena beliau sedang dalam perawatan intensif. Jadi, Yura menghubungi Leonel Kim, suami dari Nyonya nya itu."Halo, Tuan."[Ada apa?]"Nenek dari Nyonya Jenna, meninggal dunia. Saat ini, kami berada di panti."Leonel diam sesaat.[Urus, apa yang perlu diurus!]Lalu, panggilan diputus.Di dalam kamar.Jenna berlutut di samping ranjang, tempat
Keesokan harinya.Logan dan putrinya, tiba di kediaman Kim. Ia mendapat kabar tentang meninggalnya nenek Jenna dari Yura dan alasan kedatangannya adalah untuk menyampaikan belasungkawa. Kali ini, ia memutuskan untuk tinggal selama 3 hari, karena itulah ia mengajak putrinya turut serta."Logan," panggil Rosa bahagia. Kejutan apa ini, dapat melihat Logan di kediamannya. Anastasya bersembunyi di balik kaki sang ayah. Gadis kecil itu begitu takut dengan Rosa.Logan hanya mengangguk dan berkata, "Aku hendak bertemu dengan Jenna.""Mari saya antar, Tuan," ujar Yura segera. Ya, Yura yang mengabarkan tentang kepergian Nenek Jenna."Aku yang akan mengantar mereka! Kamu lanjutkan kesibukanmu!" sela Rosa dan berusaha untuk menjaga wajahnya tetap tersenyum. Ia kesal dan marah, saat tahu alasan kedatangan Logan adalah Jenna.Mereka naik ke lantai atas dan berjalan ke arah kamar Jenna.Tok tok tok."
Tiba di kediaman Kim, Jenna memindahkan Anastasya yang masih terlelap ke tangan Logan."Jenna," panggil Logan.Jenna mengangkat wajah dan tatapan mereka bertemu. Jenna menghormati pria itu, layaknya ia menghormati Tuan Besar Kim."Kamu tahu harus menghubungi kemana, jika butuh bantuanku bukan?" tanya Logan yang amat yakin, Jenna tidak baik-baik saja.Jenna mengangguk dan mengucapkan terima kasih, sebelum turun dari mobil.Jenna melangkah masuk ke dalam kediaman, setelah mobil melaju pergi. Begitu kakinya hendak menapak anak tangga, rambutnya dijambak dengan kasar dari belakang.Rosa sedari tadi menunggu Jenna kembali, untuk melampiaskan kekesalannya.Jenna terhuyung beberapa langkah kebelakang, beruntung ia tidak terjatuh. Mengangkat wajah dan melihat tangan sang ibu mertua sudah terangkat tinggi, sebuah tamparan keras ditargetkan ke wajahnya."Apakah Ibu ingin Tuan Logan melihat bekas
Leo melipat kedua tangan di depan dada, menunggu apa yang akan diucapkan oleh istrinya itu."Aku yakin kamu akan memiliki Ibu yang baik dan menyayanginya. Tapi, kamu harus sabar, Anastasya, " ujar Jenna menatap gadis kecil yang berada dalam pangkuannya.Lalu, Jenna mengabaikan tatapan suaminya itu dan mulai menyantap sarapannya. Ia tidak akan berlama-lama di ruangan ini, sebab Jenna kesulitan bernapas.Leo tersenyum sinis, setidaknya ini kali pertama ia diabaikan oleh Jenna. Sama seperti Jenna, Leo pun kembali menyeruput kopi dan membicarakan perkembangan bisnis dengan Logan. Sedangkan Rosa, berdiri dari duduknya hanya untuk menuangkan kopi ke cangkir kosong milik Logan.Jenna mencibir, beginilah perilaku sebenarnya dari anggota Keluarga Kim. Tidak ada satu pun dari mereka yang terlihat cemas, terhadap kesehatan Tuan Besar Kim."Makanlah dengan perlahan, kamu bisa tersedak," Logan mengingatkan. Ya, duduk di hadapan Jen
Akhirnya Anastasya, melepaskan pelukannya. Jenna mengecup pipi Anastasya. Setelah ayah dan anak itu pergi, Jenna kembali melangkah masuk ke dalam kediaman. Raut wajahnya kembali suram.Seperti perkiraannya, sang ibu mertua berada di balik pintu belakang. Tatapan mereka bertemu dan Jenna sama sekali tidak merasa gentar, dengan tatapan penuh kebencian dari wanita itu.Jenna berdiri diam untuk beberapa saat, menunggu apa yang akan dilakukan Rosa terhadap dirinya. Beruntung bagi Jenna, sebab ibu mertuanya itu langsung berbalik pergi dan tidak mencari masalah dengannya.Keesokan harinya, Logan dan putrinya kembali datang untuk makan siang bersama. Hanya itu dan Jenna kembali ke kamar setelah ayah serta anak itu pergi.Kembali ke kamar, Jenna termenung. Ia mengingat kembali pesan Logan tadi. Pria itu kembali mengingatkan untuk menghubunginya, jika Jenna dalam masalah. Seulas senyum tipis menghiasi wajah suramnya, ternyata seperti ini ras
Jenna menyeka air mata dengan punggung tangannya. Berusaha berhenti menangis dan tersenyum, saat tatapannya bertemu dengan Tuan Besar Kim."Apakah Tuan baik-baik saja?" tanya Jenna. Ia tidak terbiasa memanggil ayah atau ibu, kepada mertuanya itu.Tuan Besar Kim mengangguk perlahan."K-Kamu?" tanya Tuan Besar Kim dengan suara begitu lemah. Hanya mengucapkan satu kata itu saja, sudah membuatnya begitu kelelahan.Jenna buru-buru mengangguk dan berkata, "Kami baik-baik saja."Kami yang dimaksud Jenna adalah dirinya dan bayi yang berada dalam kandungannya.Jenna hanya menjenguk sebentar, ia takut Tuan Besar Kim terlalu lelah. Lalu, Jenna keluar, meninggalkan Tuan Besar Kim bersama seorang perawat yang akan berjaga selama 24 jam.Kembali ke kamarnya di lantai atas, Jenna langsung berdoa, memohon kepada Yang Kuasa untuk kesehatan serta kesembuhan ayah mertuanya itu. Satu hari itu, Jenna menghabiskan waktu
"Tapi, Nyonya.... Baik! Tunggu sebentar!" ujar Paman Bong. Ya, ia tidak boleh ragu, setiap detik amat berharga. Paman Bong berlari ke dalam garasi dan langsung mendorong keluar motor bebek tuanya. Walaupun itu garasi dengan begitu banyak mobil yang tersusun rapi, tetapi semua kunci mobil di simpan di dalam kediaman utama. Akan butuh waktu hanya untuk menemukan kunci, jadi Paman Bong memutuskan untuk menggunakan motor bututnya saja.Motor itu dihidupkan, begitu juga dengan lampu depan yang berwarna kuning. Paman Bong melepaskan jaketnya yang memang sudah basah dan meminta agar Nyonya nya mengenakan itu.Tangan kurus dan gemetaran itu menerima jaketnya, tidak dipakai dan hanya dipeluk. Paman Bong tidak lagi berkata-kata dan naik ke atas motor. Beruntung motor bututnya rendah, jadi Jenna tidak kesulitan untuk naik dan duduk di sana.Motor melaju dan di depan gerbang utama, Paman Bong meminta staff keamanan untuk melaporkan bahwa ia mengantar Nyony
Berjalan cepat, Leo berlari menuruni tangga.Di lantai bawah, Rosa sudah terbangun dan saat ini berada di ruang depan kediaman. Kesal, karena keributan ini terjadi disebabkan oleh menantu bodohnya itu. Kediaman yang tenang, menjadi begitu kacau."Leo!" panggil Rosa yang melihat Leo berlari melewatinya. Namun, panggilannya diabaikan begitu saja.Rosa tidak tinggal diam, ia segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian. Sebagai Nyonya rumah, ia harus memastikan sendiri apa yang terjadi, serta mencegah nama baik Keluarga Kim tercoreng, hanya karena menantunya itu.Leo masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin.Mesin mobil sport meraung garang, saat pedal gas diinjak dalam. Melaju kencang, mobil itu pun meninggalkan kediaman Kim.Kedua tangan Leo mencengkeram kemudi begitu erat, sampai buku-buku tangannya memutih. Keningnya berkerut, memikirkan apa yang telah terjadi. Ia tidak pernah berharap, Jenna keguguran. D