Home / Romansa / Happiness is Unwanted / Chapter 3 past and future 2

Share

Chapter 3 past and future 2

Author: Pooja
last update Last Updated: 2021-03-14 00:18:56

Gerald menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru supermarket. Kaki jenjangnya melangkah tergesa saat matanya telah menemukan sosok yang dicarinya.

"Entah sampai kapan kau akan membuang penyakit pikun mu itu." Cibir Gerald melipat kedua tangannya ke dada.

Della yang sedang memilah cemilan di salah satu rak, tersentak kaget saat sebuah suara bariton yang tak asing menyapa gendang telingannya.

Ada desiran aneh di dadanya saat Ia takut-takut memutar tubuhnya kebelangkang.

"Ka ... u?." Desis Della lirih.

Gerald menyorot tajam kedua manik milik Della. Berbagai macam pertanyaan yang menjejali otaknya sejak semalam, kini semakin kuat berputaran di benaknya.

"Lepaskan aku." Pekik Della saat tangan kekar Gerald tanpa permisi menariknya paksa menuju kasir.

"Diam." Bentak Gerald tak peduli pada tatapan mata pengunjung lain yang menatap penuh tanya kearah mereka.  

Della menelan salivanya susah payah. Matanya berkaca-kaca mendengar nada tinggi yang keluar dari mulut Gerald. Sekian tahun menjalin asmara dengan Gerald, tak pernah sekali pun pria di depannya berkata kasar.

Mungkinkah cinta bisa membutakan seseorang sehingga membuatnya bertindak brutal?. 

Della menggenggam tangan Gerald dengan tangan kirinya saat cengkraman di pergelangan tangan kanannya semakin menusuk.

"Lepaskan aku Ger, ini sakit." 

Gerald tak menggubris ocehan Della. Ia tak ingin buronannya sampai lolos.

"Shit." Umpat Gerald saat antrian di depan kasir masih tersisa dua orang. Mulutnya sudah gatal ingin menginterogasi kepergian Della satu tahun lalu. Sebuah decakan tipis lolos dari bibir Gerald.

"Sepertinya aku harus membuka usaha baru." rutuknya sinis.

Disaat situasi genting seperti ini dia malah terjebak diantrian yang sangat membosankan.

"Kau mau membawaku kemana?." Tanya Della memberanikan diri membuka suara.

Tidak ada jawaban dari Gerald, hanya senyum defil keluar dari bibirnya.

"Ger, aku mohon berhentilah!"

Gerald mengangkat dagu Della dengan tangan satunya.

"Tidak akan ada hal yang patut di pertanyakan jika saja kau yang menjadi bunda untuk anak ku, bukan pak tua itu."

Della menundukkan wajahnya. Ia tak kuasa menatap mata Gerald. Rasa bersalah memenuhi rongga dadanya. 

"Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan? dan kenapa dia bisa tiba-tiba disini, kemana Audy?" batin Della lemah.

"Apa kau mau menginap sampai subuh disini?" cerca Gerald yang melihat Della tak bergeming di tempatnya. Kini giliran Della untuk membayar belanjaannya.

"Kau yang membawaku ke kasir, aku sedang menunggu anakku," ucap Della.

"Dia tidak akan datang." 

"Bagaimana aku membayar belanjaan ini?"

"Aku yang akan membayar, kau belum berubah dari kebiasaan burukmu itu. Dasar pelupa," cibir Gerald

"Bisakah kalian lebih cepat, antrian sudah panjang." Teriak seseorang yang mengantri dibelakang.

Sontak Della mengangkat kepalanya. Ia tersenyum kikuk menyerahkan belanjaan bulanannya pada sang kasir.

"Aku berharap perasaanmu juga tak pernah berubah Del." Sambung Gerald sembari menyerahkan atmnya. 

Della tak menyahut. Dia bersikap acuh mengambil atm milik Gerald dan memberikan pada petugas kasir.

Beberapa menit kemudian. Transaksi yang dilakukan telah selesai. Masih dengan posisi posesifnya yang menggandeng Della erat, Gerald memandu langkah mereka menuju mobilnya.

"Kau mau membawaku kemana?" 

Gerald mendorong kasar punggung Della agar masuk di kursi samping kemudi.

"Ger, kau sudah gila ya!" cecar Della memberontak. Ia takut akan hal  yang tak senonoh yang mungkin saja dilakukan Gerald nantinya.

"Jangan salahkan aku jika bertindak kasar apabila kamu tak mau menurut." 

Gerald menutup pintu mobilnya dengan kencang. Jantung Della seperti memompa dengan kekuatan ekstra, setiap detakannya yang diciptakan terasa lebih cepat dua kali lipat.

"Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Nanti kau juga akan tau. Nikmati saja perjalanan ini. Sudah lama kita tak bersama bukan?" Gerald mengusap punggung tangan Della lembut.

Della menepis tangan Gerald. Namun dalam hatinya dia mengiyakan ucapan Gerald.

"Tidak seharusnya kamu melakukan ini Ger." Sinis Della membuang muka. 

"Kenapa? apa ada yang salah?" tanya Gerald memasang wajah polos.

"Jangan munafik."

"Apa salahnya jika sepasang kekasih berpegangan tangan? bukankah itu hal yang lumrah?"

"Kekasih? kau itu kekasih anakku, bukan kekasihku lagi."

Gerald tersenyum getir.

"Kau milikku, selamanya akan tetap menjadi milikku."

Della terpaku dengan ucapan Gerald, laki-laki pujaannya yang dulu menemaninya dalam suka dan duka. Hati kecilnya sangat merindukan laki-laki itu, namun semua sudah berubah tidak seperti dulu lagi. 

"Aku tak ingin menyakiti mu, jadi aku rasa tak ada lagi yang perlu diperjelas."

"Bagaimana bisa kau semudah itu mengatakan hal ini?"

"Segala yang sudah terjadi tak bisa diputar kembali. Aku mohon lupakan aku."

"Andaikan kamu yang diposisiku. Aku yakin kau tak akan mampu mengucapkan kalimat laknat itu." 

Gerald terdiam beberapa saat memberikan jeda pada kalimatnya agar Della, mencerna ucapannnya baik-baik.

"Bahkan bisa ku pastikan, bahwa kau akan bersujud di kaki ku dan memohon pada ku agar aku tak melepaskan mu." Imbuh Gerald semakin menyudutkan Della.

Della menitikan air matanya membenarkan Semua perkataan Gerald. Dengan spontan dia melontarkan kata yang sedari tadi membuat hatinya bergemuruh.

"Asal kau tau. Tidak hanya kau yang terluka aku pun merasa sakit Ger."

"Oh ya?".

Della mengehela nafas menenangkan kecambuk batinnya.

"Aku menikah karena terpaksa. Orang tuaku menjodohkanku dengan Hendra Ayah Audy."

"Apa kau berubah menjadi bisu sehingga tak bisa menolak perjodohan konyol itu?"

Della memandang Gerald tajam.

"Aku bahkan sampai terbaring di rumah sakit karena bunuh diri."

"Mengapa kau tak menceritakannya padaku? seharusnya kau memberitahuku Del, bukan malah menjauhiku lalu menghilang bagai butiran debu."

"Aku minta maaf. Tapi aku tak bisa. ini masalah privasi keluargaku."

"Aku kekasihmu Del. Aku berhak tahu."

Della menggeleng tegas. Mana mungkin dia mengatakan yang sebenarnya jika pernikahannya terjadi karena hutang piutang antara keluarganya dengan keluarga Gunawan.

Apa yang akan dikatakan Gerald untuknya? wanita murahan atau jalang?.

"Maafkan Aku Ger." 

"Aku menginginkanmu Del. Bukan kata-kata tak bermutu itu."

Della terdiam, dia sadar memang tak mudah untuk menerima kenyataan pahit ini. 

"Apa kau mencintainya?"

"Aku gadis normal Ger, satu tahun sudah aku bersamanya, aku mencintainya meski umur kita berbeda jauh." 

"Apakah ucapamu bisa dipercaya? mengapa aku melihat sesuatu yang sebaliknya?" cecar Gerald 

"Ini sudan menjadi takdirku. Aku hanya tinggal menjalaninya saja. Jadi, aku mohon lupakan aku," pinta Della.

Gerald terdiam mendengar ucapan yang sama untuk kedua kalinya yang dilontarkan Della, ada rasa tak terima untuk melepaskannya, tiga tahun menjalin hubungan dengan Della, wanita pertama yang membuat hatinya merasakan kehangatan. "Aku akan mendapatkan kamu kembali Della, itu sumpahku," batin Gerald.

Related chapters

  • Happiness is Unwanted   Chapter 4 Nothing's fine 1

    Hendra nampak berjalan mondar-mandir di kamar menunggu kedatangan istrinya. Matahari telah berwarna jingga keemasan, namun yang dinantinya tak kunjung pulang.Lelaki paruh baya itu melirik jam dinding berwarna merah muda yang tampak anggun menempel di tembok."Dia pergi kemana?." Gumam Hendra cemas. Tak biasanya Della pulang telat. Sekarang bahkan sudah dua jam lebih dari waktu jam pulang kantor.Hendra melangkah gusar menuju nakas disamping tempat tidurnya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak diatasnya."Semoga saja sudah ada kabar." Ucap Hendra penuh harap. Ia menggeser layar ponselnya ke atas membuka kunci.Hendra menghela nafas kecewa saat melihat tak ada pesan chat atau panggilan suara apapun dari Della. Ia duduk lemas di tepi ranjang, berharap cemas kedatangan Della. Hendra meletakan kembali ponselnya ke tempat semula.Pyarrr"Astaga."

    Last Updated : 2021-03-16
  • Happiness is Unwanted   Chapter 5 Nothing's fine 2

    Butiran-butiran air hujan turun saat hari mulai petang menuju gelap. Sama seperti tadi pagi, Gerald sekarang juga akan menjemput Audy pulang.Audy berdiri di depan halte kampus menunggu Gerald. Tubuh semampainya kini mulai menggigil karena tidak membawa jaket. Sialnya, Ia bahkan hanya menggunakan mini dress yang kini sudah agak basah karena terkena tampias air hujan.Audy melihat kejalanan yang kini mulai agak sepi. Hujan lebat disertai kilat yang menyambar membuat orang malas untuk keluar. Netranya kembali menatap layar ponselnya, namun nihil. Masih belum ada jawaban atau panggilan balik dari Gerald."Astaga, nyangkut dimana kamu Ger?" ucap Audy lirih sambil mengusap kedua sisi lengannya mengusir hawa dingin yang kini mulai menembus tulang.Lima menit berlalu, akhirnya mobil yang biasa dikendarai Gerald tiba-tiba sudah terlihat di ujung jalan. Audy mengusap wajahnya yang basah kuyup, memastikan jika bola matanya ta

    Last Updated : 2021-03-16
  • Happiness is Unwanted   Chapter 6 Memories

    Audy menatap nanar air hujan yang lebat itu mengguyur jalanan melalui balik jendela kamar. Seharusnya sekarang dia sedang berkencan menikmati malam minggu bersama Gerald, seperti pasangan pada umumnya. Namun, dia hanya bisa berdiam diri bak patung hidup.Tok...Tok...Tok...Ketukan beruntun yang menggema dari luar kamar, menyadarkan Audy dari lamunannya."Siapa?" tanya Audy tanpa mengalihkan padangan pada benda transparan di depannya."Simbok, Non.""Masuk." Seru Audy dari dalam kamar.Mbok Ani perlahann memutar gagang pintu. Ia melangkah hati-hati mendekati Audy."Kenapa mbok?" Audy merasa heran melihat mbok ani yang kini menunjukan gigi putih yang tertata rapi, sambil tersimpuh malu."Eh... itu Non, ada yang lagi ngapel.""Siapa mbok?""Den Gerald, Non."

    Last Updated : 2021-03-19
  • Happiness is Unwanted   Chapter 7 Tired

    Tetesan bening yang luruh ke bumi semakin deras. Siluet kilat yang disusul guntur menambah kesyahduan hujan malam ini.Gerald tersenyum puas penuh kemenangan. Meskipun belum ada tanda-tanda Della akan kembali padanya, namun Gerald yakin mampu membuat Della bernostalgia lagi akan kenangan kebersamaan mereka dulu.Dengan demikian, sedikit demi sedikit Della akan merana dan memintanya untuk mengulang kembali masa-masa indah mereka."Kemarin mungkin kamu bisa menolak ku, tapi akan ku pastikan jika esok lusa kau akan menjadi milikku." Ucap Gerald penuh keyakinan.🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁Pukul 06.30 pagi. Mentari bersinar cerah beralas awan biru yang membentang di penjuru langit.Weekend merupakan hari yang sangat dinanti. Bukan hanya siswa siswi, pekerja kantor juga menantikan hari itu.Della menyiapkan sarapan pagi bersama Mbok Ani yang

    Last Updated : 2021-03-23
  • Happiness is Unwanted   Chapter 8 Litle Lie

    Waktu terus bergerak maju dan tak akan pernah bisa berhenti. Waktu memiliki detik, menit, bahkan jam yang tak akan berkesudahan. Tak ada peran yang akan menggantikannya.Kini waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Sinar sang surya hampir meredup namun, Gerald belum juga menunjukkan batang hidungnya. Audy terus membuka dan menutup kunci handphonenya. Namun, tidak ada satu balasan atau pun panggilan dari Gerald. Tak selang beberapa lama Audy pun melakukan miss call kembali."Maaf nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan."Audy berdecak kesal, dandanan yang tadi begitu cantik dan fresh kini sudah berubah menjadi acak-acakan dan kusut, "kamu kemana Ger?" tanya Audy pada diri sendiri lalu dia membanting tubuhnya di atas kasur meluapkan rasa kesalnya."Audy!!" Panggilan dari luar kamar membuat Audy menggeliat malas. Suara Hendra yang melengking bercampur suara ketukan pintu yang beruntun serta tidak sabaran m

    Last Updated : 2021-03-26
  • Happiness is Unwanted   Chapter 9 An Explanation

    Matahari tenggelam sempurna di garis cakrawala. Siluet tipis bintang di langit perlahan muncul.Gerald melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, setelah melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan pada Della. Wajah tampannya berseri-seri, pertemuan tak sengaja dengan Della kini membuahkan hasil yang tak dia sangka-sangka."Della, perlahan tapi pasti aku akan mendapatkan kamu kembali." Bisik suara terdengar di telinga sebelah kiri Gerald, menemani perjalanan menuju pulang ke rumah."Apa kau senang sekarang Gerald? Ingat di atas kebahagiaan mu, akan ada seorang gadis yang terluka." Suara itu kembali terdengar di telinga Gerald sebelah kanan.Seketika dia baru teringat jika dia melupakan janji yang telah dia buat untuk Audy. "Oh ... astaga aku lupa dengannya." gumam Gerald.Masih dengan konsentrasi menyetir Gerald mencari-cari ponsel miliknya untuk menghubungi Audy. Nam

    Last Updated : 2021-03-26
  • Happiness is Unwanted   Chapter 10 Broken heart

    Gerald menarik nafas lega, saat selesai meeting dengan klien yang memberikan pundi-pundi emas untuk kemajuan perusahaan, yang telah dibangun deddynya hingga mencapai puncak kesuksesan.Perut yang sedari pagi belum terisi kini mulai berdemo, dia memilih untuk makan, makanan cepat saji di mall itu. HokBen menjadi pilihannya.Setelah selesai memesan dia mencari bangku kosong untuk menjadi tempat ia menyantap makanan. Saat dia tengah mencari-cari, matanya tak sengaja tertuju pada bangku pojok dekat jendela kaca dengan view pemandangan jalan Gandaria. Bola matanya berubah menjadi binar bahagia saat melihat sosok wanita yang telah memenuhi ruang hatinya."Della!" Sapa Gerald setelah mendekati meja pojok. Dia baru ingat jika perusahaan tempat bekerja Della ada di daerah Gandaria."Hay, Ger! Kamu disini?"

    Last Updated : 2021-03-29
  • Happiness is Unwanted   Chapter 11 suspicious

    Gerald mengalihkan pandangan matanya, saat jalanan di depannya mendadak ramai oleh kerumunan orang.Della yang ikut menyaksikkan arah pandangan Gerald, bersiap hendak bangkit ingin memeriksa."Kamu, mau kemana?""Aku ingin melihatnya sebentar," ucap Della."Mungkin ada kecelakaan."Della tersenyum canggung, perasaannya menjadi tak tenang. Ia ingin menengok apa yang sebenarnya terjadi di depan sana, namun pegangan erat di pergelangan tangannya membuat Della segan."Sudahlah, jangan ikut campur urusan orang." cegah Gerald yang tak ingin Della pergi."Tapi ....""Jika tidak ingin menolong ya sudah, untuk apa jadi penonton? tidak bermanfaat sama sekali," ucap Gerald.Della mengangguk menurut. Memang benar yang dikatakan gerald, hanya sekedar ingin tahu tanpa peduli, untuk apa?. Kecelakan bukan sebuah hiburan, ini musibah tid

    Last Updated : 2021-03-31

Latest chapter

  • Happiness is Unwanted   Rembering The Past

    Sinar mentari yang menerobos masuk lewat kisi-kisi jendela membangunkan Della dari mimpi indahnya. Ia menggeliat sejenak, lantas mengelus perutnya yang mulai membuncit.Hawa dingin yang menyergapnya membuat dirinya enggan beranjak. Dia segera menarik kembali selimut yang ia kenakan hingga menutupi seluruh tubuhnya."Sayang, kau sudah bangun?" ujar Hendra yang baru saja selesai membersihkan diri."Hmmm." Della bergumam pendek. Malas menanggapi pertanyaan retoris Hendra. Entah mengapa sejak kemarin moodnya belum juga membaik.Belum lagi benaknya yang mendadak memikirkan Gerald, cinta pertamanya yang semakin membuatnya lesu."Kau kenapa? Apa kau merasa tidak enak badan?" Hendra yang cepat menyelesaikan ikatan dasi di lehernya, beranjak mendekati Della."Aku tidak papa," elak Della saat tangan kekar itu ingin meraih dahinya."Tapi Bunda terlihat lesu. Apa Bunda menginginkan sesuatu?" tawar Hendra."Tidak, Yah. Bunda han

  • Happiness is Unwanted   Gerald romance

    Gerald memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di halaman rumahnya. Lantas melepas seatbelt yang Audy kenakan. "Ckkk. Seperti anak kecil saja," Ujar Audy. Namun, ia membiarkan Gerald melakukan hal itu untuknya. "Tapi kau suka kan?" Goda Gerald. Kemudian membuka seatbelt yang dikenakannya sendiri. "Dasar bucin," Cibir Audy bersiap turun sebelum Gerald melempar gombalan lebay nya. "Biar aku saja," Cegah Gerald menahan lengan Audy. "Aku bisa sendiri, Ger. Tak perlu berlebihan," Sahut Audy lalu membuka pintu mobil. "Dasar tak bisa diajak romantis," Desis Gerald. Perlahan ia melangkahkan kakinya ikut turun. Audy mengabaikan kekesalan Gerald. Ia dengan santai melangkah masuk ke dalam rumah mereka. Melangkah terus hingga ke kamar. Lalu membaringkan diri di atas ranjang sebelum Gerald menyuruhnya.

  • Happiness is Unwanted   pomegranate

    Selesai sarapan, Gerald masih terus memberika perhatian pada Audy. Ia pun mengambilkan segelas air putih untuknya."Terima kasih. " Lidah Audy terasa kelu. Tidak terbiasa dengan sikap Gerald. Perhatian kecil dari laki-laki itu sukses membuatnya salah tingkah.Gerald tersenyum manis. Menatap Audy yang semakin terlihat cantik dengan sedikit rona merah di pipinya."Biar aku saja," tawar Gerald saat Audy hendak meletakan gelas itu kembali."Apa kau tidak pergi bekerja Ger?" Ujar Audy. Bila ditaksir mungkin sekarang sudah pukul tujuh lebih."Tidak. Aku akan menemanimu di sini.""Aku baik-baik saja," ucap Audy. Walau dalam hatinya ia berharap agar Gerald terus di sisinya.'Bodoh kau Audy. Apa sekarang kau mulai berharap padanya? Ap kau lupa bagaimana mudahnya dia mencampakkanmu?' Batin Audy mendadak dilema.

  • Happiness is Unwanted   Gerald's attention

    Perlahan Gerald membantu membaringkan Audy di atas ranjang. Dengan tangan kanan menahan punggung Audy agar tidak langsung Gerak pun sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan Audy.Sekilas tatapan mereka bertemu, Audy cukup lama menatap Gerald. Ia masih tak menyangka bila suaminya kini telah berubah menjadi malaikat yang super lembut.Begitu pula dengan Gerald, Laki-laki itu balas menatap wajah cantik Audy. Dalam hatinya ia berjanji, tak akan menyia-nyiakan istrinya lagi."Permisi. " Suara seorang pramusaji membuat Gerald dan Audy sontak mengalihkan tatapannya. Gerald lekas menarik tangannya yang tertindih punggung Audy. Lantas, membaringkan Audy dengan hati-hati.Wajah Audy sedikit memerah saat melihat pramusaji itu tersenyum canggung."Masuk saja, Sus," Ucap Audy sadar bila bila sosok yang berdiri di depan pintu tampak ragu. Mungkin saja

  • Happiness is Unwanted   Chapter 65 Gerald'a Confession

    Gerald mendudukan pantatnya di sofa sembari menunggu Audy keluar. Sesekali ia melirik pintu kamar mandi, agar bisa bergerak sigap jika gadis itu akan keluar. 'Maafkan aku, karena keegoisanku kamu menjadi terluka. Tapi aku berjanji, aku akan melupakan masa laluku dan memulai hidup bersamamu.'Gerald larut dalam pikirannya. Perasaan bersalah kembali menggeleyutinya. Ia beruntung semesta menyadarkan dirinya dengan cepat sehingga gadis itu belum terlepas darinya.Suara deringan ponsel terdengar nyaring, membuat lamunan Gerald buyar. Diliriknya ponsel Audy yang berada di atas nakas.Gerald menatap ke arah pintu toilet, sepertinya Audy belum selesai dengan urusannya."Apa aku saja yang mengangkatnya ya?" Gumam Gerald menimbang sebentar.Deringan itu masih terus berbunyi, Gerald menunggu sebentar lagi berharap Audy cepat keluar."Baiklah, biar aku saja yang mengangkatnya. Siapa tahu saja itu telepin penting," pungkas Gerald segera mende

  • Happiness is Unwanted   Chapter 64

    Sinar mentari menembus kaca jendela ruangan, di mana Audy sedang dirawat. Sinarnya sedikit menyilaukan, membuat Audy terbangun dari tidur panjangnya. Perlahan-lahan mata Audy mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia menatap sekelilingnya, infus yang terpasang di tangannya membuat ia susah bergerak."Auhh ...." Audy mengaduh kesakitan. Satu hal yang sangat ia benci, saat ia ingin tumbuh menjadi mandiri saat itu juga ia membenci saat dia sakit dan terbaring lemah tak berdaya.Gerald yang masih terlelap kini bangun saat mendengar suara Audy. Ia pun beranjak dari sofa menuju ke ranjang Audy."Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengucek matanya agar terbuka dengan sempurna"Iya, aku baik-baik saja." Audy berusaha bangkit dari ranjang saat merasa ingin buang air kecil. Ia meringis kecil, kepala yerasa pening saat ia menggerakan tubuhnya."Apa yang ingin kau lakukan?" Heran Gerald dengab sigap memegangi tubuh Audy."Aku ingin ke ka

  • Happiness is Unwanted   Cahpter 63 Sincerity

    'Menjaganya' entah kata dari mana itu terlintas dalam otak Gerald. Satu prioritas yang mampu membuatnya bertanggungjawab."Kau di sini saja. Apa kau ingin sesuatu?" tanya Gerald dengan lembut.'Mengapa lelaki ini berubah?" tanya Audy pada dirinya sendiri. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap Gerald. Perubahannya yang berbeda 180 derajad dari sebelumnya membuat Audy harus tetap waspada."Audy?!" Seru Gerald mengibas-ngibaskan tangannya di depan Wajah Audy yangtampak melamun."Eh, iya. Tidak ada. Aku ingin jus jambu saja," ucap Audy yang mendapatkan anggukan dari Gerald."Baiklah, tunggu sebentardan jangan kemana-mana." Peringat Gerald sebelum melangkah pergi. Ia bersiul pelan, melangkah masuk ke dalam restoran.20 menit berlalu, Gerald kini kembali ke mobil dengan membawa makanan dan juga minum sesuai pesanan Audy."Ini untukmu," Gerald memberikan satu box makanan yang berisi cumi saos tiram dan juga udang

  • Happiness is Unwanted   Chapter 62 Gerald's feelings

    Gerald bergegas menuju mobil, yang kebetulan mobil itu terpakir tidak jauh dari posisi Audy dan Rakha. Entahlah rasa laparnya tiba-tiba saja menghilang. Gerald mengambil ponsel di dalam sakunya.Tangannya dengan lincah mengetik nama Audy. Namun, sayang nama itu tidak ada di ponselnya. Saat ia mengingat kembali, nomor Audy hanya diberikan inisial A, Gerald tersenyum getir. Gerald menghela nafas berat. Abaikan dulu masalah nama kontak, yang terpenting sekarang bagaimana membuat Audy pulang dan memberinya pelajaran. Namun, matanya tak bisa untuk berpaling dari pandang yang disuguhkan, lelaki itu benar-benar membuat Audy bisa tertawa tanpa ada beban. Ingin rasanya ia turun lalu menghajar lelaki itu, tapi niatnya diurungkan saat Audy menyentuh tangan lelaki itu."Brengsek! Beraninya kau, Audy." Umpatan keluar dari mulut Gerald.Tak menunggu waktu lama Gerald menekan nomor Audy, menunggu Audy menjawab pangg

  • Happiness is Unwanted   Chapter 61 Tired

    Lelah, keadaan yang membuat seseorang akan melepaskan segala sesuatu yang tengah dipertahankan. Begitupun dengan Audy ia sudah lelah dengan semua ini, bolehkah ia bahagia? Ada kalanya saat kita tidak sanggup memperbaiki lebih baik tutup telinga dan mata. Sudah 2 minggu lamanya setelah kejadian Gerald menginginkan Audy untuk ikut program keluarga berencana, yang membuat hatinya seperti teriris belati. Bukan sakit karena Gerald tidak menginginkan anak dari rahimnya, ia lebih sakit karena dianggap seperti jalang, yang habis dipakai lalu dibuang, bedanya hanya pada status saja, suami istri. "Kau lembur lagi?" Tanya Shinta yang melihat Audy masih sibuk dengan komputernya. "Iya, aku harus segera menyelesaikan ini semua." "Apa ada masalah?" "Tidak ada." "Baiklah, aku harap kau tidak mengabaikan kesehatan mu. Lihat itu kantong matamu sudah menghitam semua." Shinta mencoba untuk memberikan p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status