Beranda / Romansa / Happiness is Unwanted / Chapter 5 Nothing's fine 2

Share

Chapter 5 Nothing's fine 2

Penulis: Pooja
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-16 09:03:33

Butiran-butiran air hujan turun saat hari mulai petang menuju gelap. Sama seperti tadi pagi, Gerald sekarang juga akan menjemput Audy pulang.

Audy berdiri di depan halte kampus menunggu Gerald. Tubuh semampainya kini mulai menggigil karena tidak membawa jaket. Sialnya, Ia bahkan hanya menggunakan mini dress yang kini sudah agak basah karena terkena tampias air hujan.

Audy melihat kejalanan yang kini mulai agak sepi. Hujan lebat disertai kilat yang menyambar membuat orang malas untuk keluar. Netranya kembali menatap layar ponselnya, namun nihil. Masih belum ada jawaban atau panggilan balik dari Gerald.

"Astaga, nyangkut dimana kamu Ger?" ucap Audy lirih sambil mengusap kedua sisi lengannya mengusir hawa dingin yang kini mulai menembus tulang.

Lima menit berlalu, akhirnya mobil yang biasa dikendarai Gerald tiba-tiba sudah terlihat di ujung jalan. Audy mengusap wajahnya yang basah kuyup, memastikan jika bola matanya tak salah lihat.

"Syukurlah," Ucap audy tersenyum lebar. Ia meremas kain dress yang menutupi pahanya. Jantungnya mendadak berdegup kencang saat melihat Gerald yang terlihat maskulin menyerahkan payung ke arahnya.

"Maaf, aku terlambat" ucap Gerald basa basi yang kini berdiri tegak dihadapan Audy.

Audy menggeleng tipis. Sulit dipercaya rasanya jika Lelaki tampan di depannya adalah Gerald. Manusia sedingin es itu kini telah menjelma menjadi manusia yang super hangat.

"Emm Ger, boleh pinjam jaketmu tidak?" Tutur Audy malu-malu. Ia mengangkat sedikit wajahnya untuk mengintip ekspredi Gerald.

"Nggak."

Audy menghela nafas kecewa Dia pikir Gerald bisa berubah ternyata masih sama aja. "Dasar manusia es tapi, kenapa hatiku bisa terpaku begitu dalam padanya?" batin Audy.

"Dingin ger."

"Yaudah buruan masuk." Ajak Gerald tak ingin berlama-lama. Lalu keduanya perlahan memasuki mobil.

"Nanti kalau aku sakit gimana?"

"Periksa ke dokter."

"Iss Gerald. Kapan sih lembutnya."

Gerald masih fokus mengamati jalanan di depannya. Hujan lebat membuatnya susah untuk melihat jalanan yang ditemani kelap kelip lampu ibu kota.

"Mulai sekarang aku yang anter jemput kamu." Titah Gerald tegas.

Mata Audy membulat sempurna mendengar permintaan Gerald. Perubahan yang begitu mendadak ini membuat Audy terperangah. Meski diucapkan dengan nada yang tidak bersahabat, tetapi Audy bisa merasakan perhatian Gerald padanya.

"Ini tembok mana si yang abis nyium jidat Gerald?  Kenapa sekarang dia jadi aneh gini?" batin Audy terperangah tak percaya.

Melihat Audy yang diam saja tidak ada respon dengan apa yang dilakukan, Gerald menarik satu alisnya. "Kenapa? Kok diem?  Nggak boleh ?"

Mendengar pertanyaan itu tubuh Audy yang terasa dingin berubah menghangat, dengan nada gagap dia menjawab. "Eh.. Bo..bo..leh banget dong."

Gerald tersenyum puas. Satu rencana berjalan sesuai skenario. 30 menit berjalan, mobil yang di tumpangi keduanya kini memasuki pintu gerbang kediaman keluarga Gunawan.

"Mampir dulu yuk!" ucap Audy penuh harap.

"Emm gimana yah?" balas Gerald pura-pura berpikir.

"Ayolah."

"Nanti kamu bosen kalau aku sering mampir."

"Gaklah, justru aku senang kamu selalu kesini."

Gerald tersenyum sambil melepaskan seatbelt yang dikenakan Audy dengan hati-hati.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Mbok Ani membuka pintu rumah saat tau Nona mudanya telah pulang. Ada rasa cemas saat melihat Audy yang setengah basah.

"Ini pacar non Audy tega banget, kenpa gak ngasih jaketnya ke Non?" batin mbok Ani, sambil melirik 2 mahkluk di hadapannya. 

"Aduh non kok basah begini?" tanya mbok Ani.

"Yaelah mbok kan lagi hujan."

"Nunggu reda atuh."

"Keburu subuh mbok." Ucap Audy seraya melangkah masuk di ikuti Gerald.

"Simbok siapain air hangat dulu." pamit mbok Ani.

"Makasi mbok."

Setelah bercakap dengan mbok Ani kini Audy  beralih ke Gerald. "Aku tinggal mandi dulu ga papa?"

"Iya." Jawab Gerald sambil membelai rambut Audy yang terlihat lepek.

Audy tersipuh lalu berkata, "Siap komandan." Untuk menghilangkan rasa malunya.

Gerald memandang punggung audy hingga menghilang dari pandangan. Tak selang berapa lama Mbok ani datang membawa nampan berisi dua gelas lemon tea.

"Terimakasih."

"Sama-sama Den. Silahkan diminum." ucap Mbok Ani ramah.

"Iya."

"Simbok langsung ke belakang yah."

"Sebentar mbok." Cegah Gerald tiba-tiba.

Mbok Ani refleks memutar tubuhnya.

"Kenapa den?."

"kok sepi? Om Hendra sama Tante Della kemana?

"Ooo Tuan Hendra belum pulang Den, mungkin karena hujan yang lebat.

"Kalau Tante Della?"

"Nyonya muda, sama masih belum pulang masih kerja."

"Kerja?". Gerald semakin dibuat penasaran dengan jawaban mbok Ani yang menurutnya sepotong-sepotong.

"Iyah. Nyonya kan wanita karir." Seakan tahu dengan apa yang akan ditanyakan Gerald mbok Ani langsung memberi tahu dimana nyonya mudanya berkerja, "Di perusahaan X Den, nyonya bekerja."

Gerald mengerutkan alisnya. Nama perusahaan itu tak asing ditelinga nya.

"Den, ada yang mau ditanyakan lagi?."

"Tidak, terimakasih."

Mbok Ani menggerutu dengan sikap kaku pacar majikannya itu sambil melenggang pergi. Gerald menganggukan kepalanya berkali kali. Tuhan memang selalu mempunyai cara untuk mendekatkan seorang yang memang berjodoh.

Gerald mengangguk mantap. Ia memutuskan akan segera menyelesaikan tesisnya agar bisa segera memimpin perusahan anak cabangnya Perusahaan X.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Hari demi hari, Minggu demi Minggu dan bulan kini berganti, hubungan Audy dan Gerald kini sudah 8 bulan. Seperti biasa rutinitas pagi Gerald yang menjemput Audy untuk ke kampus dan ikut sarapan pagi.

"Ger, nanti tolong anterin aku ya ke toko buku, aku mau nyari referensi untuk tesisku, dari kemarin dosen bimbinganku selalu mempermasalahkan daftar pustaka," pinta Audy dengan mulut yang masih penuh dengan makanan, membuat ayahnya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Habiskan dulu makananmu baru bicara," perinta Hendra.

Audy tersenyum tanpa dosa, dia terus memakan nasi goreng menu pagi ini hingga suapan terakhir, lalu mengambil air putih menenggaknya sampai habis.

"Jadi, Ger... Apa kamu bisa mengantarkanku?"

"Maafkan aku Audy, aku tidak bisa. Aku harus membantu deddyku untuk bertemu dengan klien," tolak Gerald.

"Yeah..." Desis Audy memanyunkan bibirnya.

"Anak ayahkan sudah dewasa, pergi sendiri saja, biarkan Nak Gerald membantu Deddy-nya."

Audy sebenarnya bisa sendiri pergi ke toko buku tapi, dia tidak ingin sendirian karena pasti akan terasa sangat membosankan. Memang beberapa Minggu ini Gerald sangat sibuk untuk membantu Deddy-nya mengurus bisnis dan tesisnya. Dua kegiatan itu sangat menyita waktu Gerald.

"Aku bisa menemanimu," Della mencoba menghilangkan rasa kesal di hati Audy, anak tirinya itu memang bersikap manjanya yang berlebihan, "kamu sudah dewasa Audy jadi berhentilah bersikap kekanakan dan manja seperti itu." Della berujar tegas membuat Audy semakin kesal. Sejak beberapa hari ini Della bersikap aneh padanya tidak seperti dulu, yang selalu sependapat dan mengerti dirinya.

Dalam diam Gerald mengamati cara berbicara Della pada Audy, menyuruh kekasihnya untuk berubah. Inilah sikap Della yang disukai Gerald dari dulu yang tegas dan mandiri.

Bab terkait

  • Happiness is Unwanted   Chapter 6 Memories

    Audy menatap nanar air hujan yang lebat itu mengguyur jalanan melalui balik jendela kamar. Seharusnya sekarang dia sedang berkencan menikmati malam minggu bersama Gerald, seperti pasangan pada umumnya. Namun, dia hanya bisa berdiam diri bak patung hidup.Tok...Tok...Tok...Ketukan beruntun yang menggema dari luar kamar, menyadarkan Audy dari lamunannya."Siapa?" tanya Audy tanpa mengalihkan padangan pada benda transparan di depannya."Simbok, Non.""Masuk." Seru Audy dari dalam kamar.Mbok Ani perlahann memutar gagang pintu. Ia melangkah hati-hati mendekati Audy."Kenapa mbok?" Audy merasa heran melihat mbok ani yang kini menunjukan gigi putih yang tertata rapi, sambil tersimpuh malu."Eh... itu Non, ada yang lagi ngapel.""Siapa mbok?""Den Gerald, Non."

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-19
  • Happiness is Unwanted   Chapter 7 Tired

    Tetesan bening yang luruh ke bumi semakin deras. Siluet kilat yang disusul guntur menambah kesyahduan hujan malam ini.Gerald tersenyum puas penuh kemenangan. Meskipun belum ada tanda-tanda Della akan kembali padanya, namun Gerald yakin mampu membuat Della bernostalgia lagi akan kenangan kebersamaan mereka dulu.Dengan demikian, sedikit demi sedikit Della akan merana dan memintanya untuk mengulang kembali masa-masa indah mereka."Kemarin mungkin kamu bisa menolak ku, tapi akan ku pastikan jika esok lusa kau akan menjadi milikku." Ucap Gerald penuh keyakinan.🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁Pukul 06.30 pagi. Mentari bersinar cerah beralas awan biru yang membentang di penjuru langit.Weekend merupakan hari yang sangat dinanti. Bukan hanya siswa siswi, pekerja kantor juga menantikan hari itu.Della menyiapkan sarapan pagi bersama Mbok Ani yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-23
  • Happiness is Unwanted   Chapter 8 Litle Lie

    Waktu terus bergerak maju dan tak akan pernah bisa berhenti. Waktu memiliki detik, menit, bahkan jam yang tak akan berkesudahan. Tak ada peran yang akan menggantikannya.Kini waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Sinar sang surya hampir meredup namun, Gerald belum juga menunjukkan batang hidungnya. Audy terus membuka dan menutup kunci handphonenya. Namun, tidak ada satu balasan atau pun panggilan dari Gerald. Tak selang beberapa lama Audy pun melakukan miss call kembali."Maaf nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan."Audy berdecak kesal, dandanan yang tadi begitu cantik dan fresh kini sudah berubah menjadi acak-acakan dan kusut, "kamu kemana Ger?" tanya Audy pada diri sendiri lalu dia membanting tubuhnya di atas kasur meluapkan rasa kesalnya."Audy!!" Panggilan dari luar kamar membuat Audy menggeliat malas. Suara Hendra yang melengking bercampur suara ketukan pintu yang beruntun serta tidak sabaran m

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-26
  • Happiness is Unwanted   Chapter 9 An Explanation

    Matahari tenggelam sempurna di garis cakrawala. Siluet tipis bintang di langit perlahan muncul.Gerald melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, setelah melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan pada Della. Wajah tampannya berseri-seri, pertemuan tak sengaja dengan Della kini membuahkan hasil yang tak dia sangka-sangka."Della, perlahan tapi pasti aku akan mendapatkan kamu kembali." Bisik suara terdengar di telinga sebelah kiri Gerald, menemani perjalanan menuju pulang ke rumah."Apa kau senang sekarang Gerald? Ingat di atas kebahagiaan mu, akan ada seorang gadis yang terluka." Suara itu kembali terdengar di telinga Gerald sebelah kanan.Seketika dia baru teringat jika dia melupakan janji yang telah dia buat untuk Audy. "Oh ... astaga aku lupa dengannya." gumam Gerald.Masih dengan konsentrasi menyetir Gerald mencari-cari ponsel miliknya untuk menghubungi Audy. Nam

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-26
  • Happiness is Unwanted   Chapter 10 Broken heart

    Gerald menarik nafas lega, saat selesai meeting dengan klien yang memberikan pundi-pundi emas untuk kemajuan perusahaan, yang telah dibangun deddynya hingga mencapai puncak kesuksesan.Perut yang sedari pagi belum terisi kini mulai berdemo, dia memilih untuk makan, makanan cepat saji di mall itu. HokBen menjadi pilihannya.Setelah selesai memesan dia mencari bangku kosong untuk menjadi tempat ia menyantap makanan. Saat dia tengah mencari-cari, matanya tak sengaja tertuju pada bangku pojok dekat jendela kaca dengan view pemandangan jalan Gandaria. Bola matanya berubah menjadi binar bahagia saat melihat sosok wanita yang telah memenuhi ruang hatinya."Della!" Sapa Gerald setelah mendekati meja pojok. Dia baru ingat jika perusahaan tempat bekerja Della ada di daerah Gandaria."Hay, Ger! Kamu disini?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-29
  • Happiness is Unwanted   Chapter 11 suspicious

    Gerald mengalihkan pandangan matanya, saat jalanan di depannya mendadak ramai oleh kerumunan orang.Della yang ikut menyaksikkan arah pandangan Gerald, bersiap hendak bangkit ingin memeriksa."Kamu, mau kemana?""Aku ingin melihatnya sebentar," ucap Della."Mungkin ada kecelakaan."Della tersenyum canggung, perasaannya menjadi tak tenang. Ia ingin menengok apa yang sebenarnya terjadi di depan sana, namun pegangan erat di pergelangan tangannya membuat Della segan."Sudahlah, jangan ikut campur urusan orang." cegah Gerald yang tak ingin Della pergi."Tapi ....""Jika tidak ingin menolong ya sudah, untuk apa jadi penonton? tidak bermanfaat sama sekali," ucap Gerald.Della mengangguk menurut. Memang benar yang dikatakan gerald, hanya sekedar ingin tahu tanpa peduli, untuk apa?. Kecelakan bukan sebuah hiburan, ini musibah tid

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Happiness is Unwanted   Chapter 12 injured

    Hari telah menjelang sore, belum ada tanda-tanda Audy akan membuka mata. Della dan Hendra dengan sabar menunggui Audy. Setelah perdebatan yang dilakukan tadi akhirnya Hendra mengalah saat, mendengar penjelasan dari Della jika dia sama sekali tidak bertemu Audy, sedangkan Gerald yang kelelahan sehabis meeting tertidur pulas di atas sofa."Aku ke kantor sebentar, ada masalah di kantor, yang harus segera aku selesai," Ucap Hendra lirih takut membangunkan Gerald."Iya hati-hati. Biar aku yang menjaga Audy.""Terimakasih." Balas Hendra lantas berbalik arah menuju pintu.Della mengangguk singkat. Ia menghela nafas saat melihat wajah pucat Audy."Dasar ceroboh. Apa kau begini karena melihat kebersamaan kami?" Umpat Della dalam hatinya. "Seharusnya kamu, menemui kami dan bertanya baik-baik. Lihatlah akibat prasangka burukmu, kamu malah celaka." Della mulai mengomeli Audy yang masih memejamkan matanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-01
  • Happiness is Unwanted   Chapter 13 prejudice

    Hampir menjelang dini hari Audy terbangun dari tidurnya. Pikirannya yang sedang kacau membuat tidurnya menjadi tak tenang.Audy mengamati sekelilingnya, ia menatap wajah tua ayahnya. Lagi, kenangan tak menyenangkan tadi sore berputar di memori otaknya."Meski kau telah melukaiku, tapi entah mengapa aku masih merindukmu ." Batin Audy mulai menitikan air mata."Aku mencintaimu sepenuh jiwaku, tapi kenapa kau membalasku hanya dengan separuh hatimu." Meskipun lisannya menggumamkan kata cinta tetapi, tak bisa dipungkiri jika hatinya kini sedang merintih terluka.Audy terisak perlahan, "Cinta memang bisa membuat bahagia, tapi ini hanya berlaku bagi mereka yang beruntung dan memiliki pasangan yang tepat." Gumam Audy tersenyum miris. Ia mencoba menenangkan gejolak batinnya tapi sulit. Lihatlah bagaimana dinginnya Gerald padanya. Kekasihnya itu bahkan tak menanyakan apa yang terjadi padanya hingga dia bisa celaka.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-04

Bab terbaru

  • Happiness is Unwanted   Rembering The Past

    Sinar mentari yang menerobos masuk lewat kisi-kisi jendela membangunkan Della dari mimpi indahnya. Ia menggeliat sejenak, lantas mengelus perutnya yang mulai membuncit.Hawa dingin yang menyergapnya membuat dirinya enggan beranjak. Dia segera menarik kembali selimut yang ia kenakan hingga menutupi seluruh tubuhnya."Sayang, kau sudah bangun?" ujar Hendra yang baru saja selesai membersihkan diri."Hmmm." Della bergumam pendek. Malas menanggapi pertanyaan retoris Hendra. Entah mengapa sejak kemarin moodnya belum juga membaik.Belum lagi benaknya yang mendadak memikirkan Gerald, cinta pertamanya yang semakin membuatnya lesu."Kau kenapa? Apa kau merasa tidak enak badan?" Hendra yang cepat menyelesaikan ikatan dasi di lehernya, beranjak mendekati Della."Aku tidak papa," elak Della saat tangan kekar itu ingin meraih dahinya."Tapi Bunda terlihat lesu. Apa Bunda menginginkan sesuatu?" tawar Hendra."Tidak, Yah. Bunda han

  • Happiness is Unwanted   Gerald romance

    Gerald memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di halaman rumahnya. Lantas melepas seatbelt yang Audy kenakan. "Ckkk. Seperti anak kecil saja," Ujar Audy. Namun, ia membiarkan Gerald melakukan hal itu untuknya. "Tapi kau suka kan?" Goda Gerald. Kemudian membuka seatbelt yang dikenakannya sendiri. "Dasar bucin," Cibir Audy bersiap turun sebelum Gerald melempar gombalan lebay nya. "Biar aku saja," Cegah Gerald menahan lengan Audy. "Aku bisa sendiri, Ger. Tak perlu berlebihan," Sahut Audy lalu membuka pintu mobil. "Dasar tak bisa diajak romantis," Desis Gerald. Perlahan ia melangkahkan kakinya ikut turun. Audy mengabaikan kekesalan Gerald. Ia dengan santai melangkah masuk ke dalam rumah mereka. Melangkah terus hingga ke kamar. Lalu membaringkan diri di atas ranjang sebelum Gerald menyuruhnya.

  • Happiness is Unwanted   pomegranate

    Selesai sarapan, Gerald masih terus memberika perhatian pada Audy. Ia pun mengambilkan segelas air putih untuknya."Terima kasih. " Lidah Audy terasa kelu. Tidak terbiasa dengan sikap Gerald. Perhatian kecil dari laki-laki itu sukses membuatnya salah tingkah.Gerald tersenyum manis. Menatap Audy yang semakin terlihat cantik dengan sedikit rona merah di pipinya."Biar aku saja," tawar Gerald saat Audy hendak meletakan gelas itu kembali."Apa kau tidak pergi bekerja Ger?" Ujar Audy. Bila ditaksir mungkin sekarang sudah pukul tujuh lebih."Tidak. Aku akan menemanimu di sini.""Aku baik-baik saja," ucap Audy. Walau dalam hatinya ia berharap agar Gerald terus di sisinya.'Bodoh kau Audy. Apa sekarang kau mulai berharap padanya? Ap kau lupa bagaimana mudahnya dia mencampakkanmu?' Batin Audy mendadak dilema.

  • Happiness is Unwanted   Gerald's attention

    Perlahan Gerald membantu membaringkan Audy di atas ranjang. Dengan tangan kanan menahan punggung Audy agar tidak langsung Gerak pun sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan Audy.Sekilas tatapan mereka bertemu, Audy cukup lama menatap Gerald. Ia masih tak menyangka bila suaminya kini telah berubah menjadi malaikat yang super lembut.Begitu pula dengan Gerald, Laki-laki itu balas menatap wajah cantik Audy. Dalam hatinya ia berjanji, tak akan menyia-nyiakan istrinya lagi."Permisi. " Suara seorang pramusaji membuat Gerald dan Audy sontak mengalihkan tatapannya. Gerald lekas menarik tangannya yang tertindih punggung Audy. Lantas, membaringkan Audy dengan hati-hati.Wajah Audy sedikit memerah saat melihat pramusaji itu tersenyum canggung."Masuk saja, Sus," Ucap Audy sadar bila bila sosok yang berdiri di depan pintu tampak ragu. Mungkin saja

  • Happiness is Unwanted   Chapter 65 Gerald'a Confession

    Gerald mendudukan pantatnya di sofa sembari menunggu Audy keluar. Sesekali ia melirik pintu kamar mandi, agar bisa bergerak sigap jika gadis itu akan keluar. 'Maafkan aku, karena keegoisanku kamu menjadi terluka. Tapi aku berjanji, aku akan melupakan masa laluku dan memulai hidup bersamamu.'Gerald larut dalam pikirannya. Perasaan bersalah kembali menggeleyutinya. Ia beruntung semesta menyadarkan dirinya dengan cepat sehingga gadis itu belum terlepas darinya.Suara deringan ponsel terdengar nyaring, membuat lamunan Gerald buyar. Diliriknya ponsel Audy yang berada di atas nakas.Gerald menatap ke arah pintu toilet, sepertinya Audy belum selesai dengan urusannya."Apa aku saja yang mengangkatnya ya?" Gumam Gerald menimbang sebentar.Deringan itu masih terus berbunyi, Gerald menunggu sebentar lagi berharap Audy cepat keluar."Baiklah, biar aku saja yang mengangkatnya. Siapa tahu saja itu telepin penting," pungkas Gerald segera mende

  • Happiness is Unwanted   Chapter 64

    Sinar mentari menembus kaca jendela ruangan, di mana Audy sedang dirawat. Sinarnya sedikit menyilaukan, membuat Audy terbangun dari tidur panjangnya. Perlahan-lahan mata Audy mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia menatap sekelilingnya, infus yang terpasang di tangannya membuat ia susah bergerak."Auhh ...." Audy mengaduh kesakitan. Satu hal yang sangat ia benci, saat ia ingin tumbuh menjadi mandiri saat itu juga ia membenci saat dia sakit dan terbaring lemah tak berdaya.Gerald yang masih terlelap kini bangun saat mendengar suara Audy. Ia pun beranjak dari sofa menuju ke ranjang Audy."Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengucek matanya agar terbuka dengan sempurna"Iya, aku baik-baik saja." Audy berusaha bangkit dari ranjang saat merasa ingin buang air kecil. Ia meringis kecil, kepala yerasa pening saat ia menggerakan tubuhnya."Apa yang ingin kau lakukan?" Heran Gerald dengab sigap memegangi tubuh Audy."Aku ingin ke ka

  • Happiness is Unwanted   Cahpter 63 Sincerity

    'Menjaganya' entah kata dari mana itu terlintas dalam otak Gerald. Satu prioritas yang mampu membuatnya bertanggungjawab."Kau di sini saja. Apa kau ingin sesuatu?" tanya Gerald dengan lembut.'Mengapa lelaki ini berubah?" tanya Audy pada dirinya sendiri. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap Gerald. Perubahannya yang berbeda 180 derajad dari sebelumnya membuat Audy harus tetap waspada."Audy?!" Seru Gerald mengibas-ngibaskan tangannya di depan Wajah Audy yangtampak melamun."Eh, iya. Tidak ada. Aku ingin jus jambu saja," ucap Audy yang mendapatkan anggukan dari Gerald."Baiklah, tunggu sebentardan jangan kemana-mana." Peringat Gerald sebelum melangkah pergi. Ia bersiul pelan, melangkah masuk ke dalam restoran.20 menit berlalu, Gerald kini kembali ke mobil dengan membawa makanan dan juga minum sesuai pesanan Audy."Ini untukmu," Gerald memberikan satu box makanan yang berisi cumi saos tiram dan juga udang

  • Happiness is Unwanted   Chapter 62 Gerald's feelings

    Gerald bergegas menuju mobil, yang kebetulan mobil itu terpakir tidak jauh dari posisi Audy dan Rakha. Entahlah rasa laparnya tiba-tiba saja menghilang. Gerald mengambil ponsel di dalam sakunya.Tangannya dengan lincah mengetik nama Audy. Namun, sayang nama itu tidak ada di ponselnya. Saat ia mengingat kembali, nomor Audy hanya diberikan inisial A, Gerald tersenyum getir. Gerald menghela nafas berat. Abaikan dulu masalah nama kontak, yang terpenting sekarang bagaimana membuat Audy pulang dan memberinya pelajaran. Namun, matanya tak bisa untuk berpaling dari pandang yang disuguhkan, lelaki itu benar-benar membuat Audy bisa tertawa tanpa ada beban. Ingin rasanya ia turun lalu menghajar lelaki itu, tapi niatnya diurungkan saat Audy menyentuh tangan lelaki itu."Brengsek! Beraninya kau, Audy." Umpatan keluar dari mulut Gerald.Tak menunggu waktu lama Gerald menekan nomor Audy, menunggu Audy menjawab pangg

  • Happiness is Unwanted   Chapter 61 Tired

    Lelah, keadaan yang membuat seseorang akan melepaskan segala sesuatu yang tengah dipertahankan. Begitupun dengan Audy ia sudah lelah dengan semua ini, bolehkah ia bahagia? Ada kalanya saat kita tidak sanggup memperbaiki lebih baik tutup telinga dan mata. Sudah 2 minggu lamanya setelah kejadian Gerald menginginkan Audy untuk ikut program keluarga berencana, yang membuat hatinya seperti teriris belati. Bukan sakit karena Gerald tidak menginginkan anak dari rahimnya, ia lebih sakit karena dianggap seperti jalang, yang habis dipakai lalu dibuang, bedanya hanya pada status saja, suami istri. "Kau lembur lagi?" Tanya Shinta yang melihat Audy masih sibuk dengan komputernya. "Iya, aku harus segera menyelesaikan ini semua." "Apa ada masalah?" "Tidak ada." "Baiklah, aku harap kau tidak mengabaikan kesehatan mu. Lihat itu kantong matamu sudah menghitam semua." Shinta mencoba untuk memberikan p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status