"Ibu?" Esmeralda memekik saat ia melihat ibunya yang terjatuh dari tangga besi yang berada di dapur.
Wanita itu dan juga ibu mertuanya gegas pergi ke dapur untuk melihat keadaan Bu Melisa yang telah tergeletak di lantai. Barang-barang seperti panci dan mangkuk yang ditaruh di lemari di atas dinding, tampak berserakan."Bu, apa yang terjadi?" Esmeralda gegas membantu ibunya untuk duduk.Wanita tua itu tampak meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya."Ibu mau ambil barang di atas lemari, nak. Tapi sepertinya ada yang menggoyangkan tangga, atau mungkin ibu yang kurang keseimbangan jadinya jatuh," jawab Bu Melisa menjelaskan pada putrinya.Bu Aurora hanya mengernyitkan dahinya menatap wajah besannya."Ibu istirahat saja ya? Biar aku saja yang masak," ucap Esmeralda yang terlihat khawatir melihat ibunya.Wanita itu pun menuntun ibunya menuju ke kamar yang berada di lantai dua, di sebelah kamarnya."Sebentar yaBu Melisa yang melihat perubahan ekspresi putrinya secara tiba-tiba, membuat ia semakin khawatir.Wanita tua itu gegas menghampiri putrinya yang duduk di kursi rias."Ada apa? Apa yang terjadi?" bisiknya bertanya dengan suara yang sangat pelan nyaris tak terdengar, hanya terlihat gerakan bibirnya saja.Esmeralda tidak langsung menyahut. Ia hanya melirik wajah ibunya yang semakin terlihat memancarkan kegelisahan."Oh, begitu ya om? Makasih ya om. Maaf sudah mengganggu," ujar Esmeralda sebelum ia mengakhiri panggilannya.Ia termenung selama beberapa saat lamanya. Ia bingung, bagaimana ia harus mengatakan berita itu pada ibunya yang memang dari tadi sudah terlihat sangat mengkhawatirkan bapaknya."Nak, bagaimana? Bapakmu masih lembur kan di pabrik?" tanya wanita tua itu sekali lagi hendak memastikan.Esmeralda menundukkan wajahnya dalam-dalam sambil menggelengkan kepalanya dengan perlahan."Nggak, Bu. Teman kerja b
Suasana kamar tampak sepi dan sunyi. Tak ada seorang pun di sana yang membuat Bu Melisa sedikit tercengang.Ia menoleh menatap wajah putrinya yang balas menatapnya seolah tak percaya dengan apa yang terjadi."Bapak beneran pulang, Bu?" tanya Esmeralda sekali lagi hendak memastikan.Bu Melisa tidak menyahut. Ia gegas menuruni anak tangga. Sementara Esmeralda masih membeku di depan kamar yang pintunya terbuka dengan lebar.Ia merasa ada sedikit keanehan. Jika ibunya berbohong, tapi ia melihat ada jejak kaki di lantai. Ya, seperti yang sebelumnya Bu Melisa katakan bahwa Pak Belerick pulang dengan keadaan kotor.Esmeralda merasa ada yang tidak beres. Ia segera menyusul langkah ibunya menuruni anak tangga.Ia melihat wanita tua itu berdiri mematung di depan pintu kamar mandi yang berada di bawah tangga.Pandangannya beralih menatap Esmeralda yang telah berdiri di sebelahnya, yang kemudian menganggukkan kepalanya seolah member
Tuk tuk tukSuara ketukan dari kaca jendela mobilnya, telah menyita perhatian Esmeralda.Wanita itu mendadak hening. Ia menoleh ke sisi jendela mobilnya, dan melihat seorang lelaki tua yang beberapa kali mengetuk kaca jendela.Pandangan Esmeralda beralih ke depan, mencari sosok anak genderuwo yang baru saja ia lihat.Tapi ia tidak menemukan apa-apa di sana. Hanya jalan yang gelap, yang kanan dan kiri dipenuhi pohon-pohon.Tuk tuk tukEsmeralda kembali mendengar suara jendela kaca mobilnya diketuk oleh orang yang sama, yang membuat Esmeralda kembali menoleh menatap ke arah lelaki tua itu yang terlihat sedang berbicara sesuatu.Esmeralda membuka kaca jendela mobilnya. Kali ini ia bisa melihat lelaki tua itu dengan jelas. Ia menatap lelaki tua itu dengan raut wajahnya yang tampak pucat."Non, mobilnya mogok?" tanya lelaki tua itu hendak memastikan. Ia menatap wajah Esmeralda dengan bingung."Nggak, pak," s
Franky termenung memandangi layar ponselnya yang telah menunjukkan pukul 20.15 WIB. Sudah lewat dari jam yang telah ia tentukan, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Esmeralda.Franky melenguh, menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Ia pikir, wanita itu benar-benar sudah tidak ingin berhubungan lagi dengannya.Franky menatap ke jalanan yang tampak gelap dan sepi. Ia masih berharap bahwa wanita yang sedang ia tunggu-tunggu itu, muncul di hadapannya."Mungkin dia akan datang terlambat. Aku akan tunggu dia lebih lama lagi," gumamnya dengan lirih.Sambil menunggu, ia berselancar menggunakan ponsel miliknya. Ia melihat-lihat galeri foto, dan tak sengaja menemukan foto pernikahannya bersama dengan Nana.Deg. Tiba-tiba saja jantungnya seolah berhenti berdetak. Sudah sangat lama ia tidak memberikan kabar pada wanita itu."Ah! Mana mungkin dia masih berada di desa itu." Franky tersenyum kecut. "Dia pasti sudah kembali ke Kalimantan dan
"To-tolong bapak, n-nak!" Suara Pak Bane terdengar berat, yang membuat Esmeralda semakin panik.Wanita itu berusaha dengan keras melepaskan tangan Bu Aurora yang diduga kerasukan, dari leher bapak mertuanya itu. Tapi tangan yang terlihat kecil itu, memiliki kekuatan yang tidak lazim."Pak! Aku tidak bisa melepaskan tangan ibu dari leher bapak. Apa yang harus aku lakukan?" Esmeralda mulai merasa sedikit putus asa dengan apa yang terjadi. Terlebih lagi saat ia melihat wajah bapak mertuanya yang telah membiru.Saat Esmeralda mulai ingin menyerah, pandangannya menemukan sebuah kotak tisu yang terbuat dari kayu, yang berada di dashboard mobilnya. Ia meraih benda itu, dan memukulkan kepala ibu mertuanya secara beberapa kali, hingga menyebabkan wanita tua itu pingsan.Diliriknya bapak mertuanya yang sudah terlihat lemas.Esmeralda gegas kembali menyalakan mesin mobilnya. Ia tancap gas menuju ke rumah sakit terdekat, tempat di mana bapaknya diraw
Sentuhan tangan lembut menyentuh bahu Esmeralda yang segera menoleh. Ia melihat wanita tua yang akrab ia sapa dengan panggilan "Ibu", entah sejak kapan telah berdiri di belakangnya dengan raut wajah yang penuh dengan kesedihan. Seolah ia tidak mampu lagi untuk menyembunyikan perasaan sedih itu, hingga airmatanya mengalir keluar membasahi pipinya."Bapak di mana, Bu?" tanya Esmeralda dengan penasaran. Ia menatap wajah ibunya yang segera mengusap lembut bulir airmata yang kembali akan mengalir."Bapakmu sudah dipindahkan ke ruang jenazah, nak," jawab wanita tua itu dengan lirih.Esmeralda tak mengucapkan sepatah kata pun lagi dari bibirnya. Ia gegas pergi dari hadapan wanita tua itu, menuju ke ruang jenazah, ruangan di mana ia bisa melihat bapaknya untuk kali terakhir.Esmeralda termangu selama beberapa saat di depan pintu ruang jenazah.Meskipun awalnya ia sempat ragu, pada akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu, dan masuk ke dalamnya.
"kkhh...." Esmeralda mencoba melepaskan tangan itu yang terlalu kuat mencengkramnya, hingga membuat ia tidak bisa bernafas.Beberapa suster yang melihat hal itu pun berupaya untuk membantu Esmeralda. Tapi tangan ibu mertuanya sangat kuat. Sehingga salah seorang suster di rumah sakit itu berinisiatif untuk memberikan obat penenang lewat suntikan, yang membuat cengkraman Bu Aurora melemah.Wanita tua itu pun kembali tertidur di atas ranjang rumah sakit."Bu, sepertinya pasien ini kerasukan. Dia harus ditangani dengan orang yang tepat," ujar salah seorang perawat yang baru saja menyelesaikan masalah yang serius.Esmeralda terdiam selama beberapa saat, menatap wajah ibu mertuanya yang telah tertidur dengan lelap, seperti sebelumnya tidak pernah terjadi apa-apa.Para suster yang berada di ruangan itu pun bergegas mengobati luka yang dialami ibu mertuanya. Beberapa perawat lain mengikat tubuh Bu Aurora dengan menggunakan kain. Mereka takut, wanita tua itu akan kembali berulah saat mengamuk.
Srasshhh!Suara shower air yang menyala, mengalirkan air hangat ke tubuh wanita yang telah menampakkan banyak kerutan itu.Dia terlihat sangat menikmati setiap pancuran air yang mengenai tubuh telanjangnya, terlebih lagi setelah ia merasakan lelah karena seharian berkutat di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Saat wanita tua itu hendak meraih sabun dengan kedua mata yang tertutup, tangannya tanpa sengaja menyentuh sesuatu yang berbulu. Ia pikir bahwa itu adalah handuknya. Jadi ia mengabaikan hal itu, dan kembali mencari sabun yang ia letakkan di tempat sabun yang tetempel di dinding kamar mandi.Wanita tua itu pun membersihkan seluruh tubuhnya dengan menggunakan sabun, lalu membilasnya sampai bersih.Selesai mandi, ia mematikan shower yang terus memancur, lalu melangkah keluar dari tabung kaca tempat ia mandi.Bu Melisa termenung selama beberapa saat lamanya memandangi handuk yang tergantung di dekat bathtub, yang jaraknya cukup jauh dari tempat ia mandi.Ia berpikir dengan se