Share

Bab 86

Author: Sylus wife
last update Last Updated: 2025-01-04 07:35:17

Asap hitam tebal membungkus tubuh Sulistyo dan Aisyah, mengangkat mereka perlahan dari tanah. Dalam gendongannya, Aisyah terus meronta, meski tubuhnya terasa lemah setelah tamparan dan perlakuan kasar Sulistyo.

"Apa lagi yang kau inginkan?!" seru Aisyah dengan suara parau, menatap pria itu dengan mata yang berkaca-kaca. "Kau ingin membawaku ke mana lagi?! Lepaskan aku!"

Sulistyo hanya menyeringai, tatapan dinginnya tak beranjak dari wajah Aisyah. "Diam saja, Aisyah! Kita akan pulang ... ke rumah kita. Ke istana negara." Suaranya rendah, namun mengandung nada ancaman yang tak bisa disangkal.

Tubuh Sulistyo mulai memudar, berubah menjadi gumpalan asap hitam pekat yang membungkus dirinya dan Aisyah. Aisyah berusaha menendang dan memukul dengan sisa tenaganya, namun seolah tak ada gunanya. Usahanya tenggelam dalam gelapnya asap yang kini semakin rapat.

"Istana negara?!" Aisyah berseru, meski suaranya terdengar lebih seperti bisikan. "Itu bukan rumahmu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 87

    Sulistyo menggendong Aisyah dengan erat, tubuhnya melangkah tanpa keraguan menuju gerbang istana negara yang menjulang megah. Beberapa penjaga yang berjaga dengan waspada langsung menghalangi jalannya, senjata di tangan mereka siap jika keadaan memaksa. Salah satu dari mereka melangkah maju, menatap tajam Sulistyo. "Berhenti di sana! Siapa pun yang tidak memiliki kepentingan dilarang masuk!" Suaranya lantang, penuh kewaspadaan.Sulistyo menghentikan langkahnya sejenak. Senyumnya yang dingin terukir di wajahnya, menyiratkan ancaman yang tak terucapkan. "Tidak punya kepentingan?" gumamnya rendah, hampir seperti bisikan. Tubuhnya mulai memancarkan asap hitam pekat yang menggeliat seperti makhluk hidup, menjalar liar di udara. "Apa maksud kalian dengan aku tidak memiliki kepentingan? Aku adalah presiden sekarang! Presiden yang menggantikan pemimpin kalian yang ... telah mati."Dengan gerakan singkat, asap hitam itu melesat cepat, mencengkeram leher para penjaga, mengan

    Last Updated : 2025-01-04
  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 88

    Sulistyo terus mengusap wajah Aisyah yang terluka dengan lembut, tangannya yang dingin terasa kontras dengan panasnya rasa sakit di kulit Aisyah. Matanya menatap langsung ke dalam mata Aisyah, sorotnya tampak penuh kelembutan yang bertolak belakang dengan semua yang baru saja terjadi. "Aku minta maaf...." katanya pelan, suaranya nyaris berbisik.Aisyah membeku. Kepalanya sedikit miring, matanya menatap Sulistyo dengan penuh ketidakpercayaan. Kata-kata itu, dari mulut seorang seperti Sulistyo, terdengar mustahil, hampir seperti ilusi. Dia ingin menjawab, tetapi tenggorokannya seperti tersumbat, seolah kata-kata yang ingin dia ucapkan tertelan bersama kejutannya."Kenapa diam, sayang?" Sulistyo melanjutkan, tangannya sekarang bergerak mengusap lembut kepala Aisyah, seperti seorang kekasih yang menenangkan pasangannya. Perlahan, jemarinya menyentuh hijab merah muda yang menutupi kepala Aisyah, lalu menariknya dengan gerakan pelan tetapi tegas. Hijab itu meluncur ke la

    Last Updated : 2025-01-04
  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 89

    Sulistyo mengusap wajah Aisyah dengan lembut, jemarinya menyentuh setiap luka yang menghiasi pipi perempuan itu seolah menorehkan kasih sayang yang palsu, namun begitu meyakinkan. Dia mengoleskan obat dengan gerakan perlahan, seperti seorang pria yang benar-benar peduli pada wanita di hadapannya. Senyum tipisnya merekah, penuh pesona beracun. Aisyah hanya diam, menerima sentuhan-sentuhan itu dengan enggan, tetapi tidak melawan. Tubuhnya kaku, matanya kosong, terperangkap dalam kebisuan yang menyesakkan.“Kamu pasti penasaran,” suara Sulistyo memecah kesunyian yang melingkupi mereka. Suaranya rendah, seolah rahasia besar sedang menanti untuk diungkapkan.Aisyah mendongak perlahan. Sorot matanya yang penuh kebencian masih membara, tetapi ada sedikit kilatan rasa ingin tahu yang tak bisa ia sembunyikan.“Soal kenapa aku bisa mendapatkan kekuatan ini,” Sulistyo berbisik, memiringkan kepalanya, senyumannya semakin dalam, seakan menikmati setiap detik

    Last Updated : 2025-01-05
  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 90

    Aisyah membulatkan matanya, merasa ngeri, syok, dan tak mampu percaya pada kata-kata yang meluncur dari bibir Sulistyo. Otaknya bekerja keras, berputar dengan kecepatan penuh, berusaha mencerna setiap kalimat yang terdengar seperti dongeng gelap dari novel fantasi.Namun, sekeras apa pun dirinya mencoba menerima logika di balik cerita itu, kenyataan yang Sulistyo paparkan tetap terasa terlalu asing dan mustahil."Ini tidak mungkin..,." pikirnya, napasnya memburu, matanya yang besar penuh ketakutan memantulkan bayangan pria di hadapannya.Sulistyo menatap Aisyah dengan seringai lebar. Kekehannya yang pelan terdengar seperti suara setan yang menikmati penderitaan korbannya. "Ekspresimu...," bisiknya dengan nada manis yang beracun. "Sungguh menggemaskan."Dengan gerakan yang membuat darah Aisyah berdesir penuh jijik, Sulistyo mendekatkan wajahnya dan mengisap pipinya perlahan. Mata hitamnya menatap langsung ke dalam matanya, memancarkan kesan dominas

    Last Updated : 2025-01-05
  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 91

    Sulistyo menatap wajah Aisyah yang pucat dengan mata penuh gairah yang salah arah. Tangannya yang kasar namun lembut dalam gerakan penuh kepemilikan, mengusap bibir istrinya perlahan, jari-jarinya menyentuh kehangatan yang ia klaim sebagai miliknya sendiri. Bibirnya menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. "Ini lebih cantik," bisiknya, seakan setiap kata adalah duri manis yang menusuk jiwa."Dan sekarang…." Sulistyo meraih biskuit di atas nampan dengan gerakan penuh kontrol, lalu mengarahkannya ke mulut Aisyah. "Makanlah camilan ini."Aisyah tidak bergerak. Matanya terpaku pada biskuit di hadapannya seperti benda itu bisa berubah menjadi racun atau perangkap mematikan kapan saja. Kecurigaan melilit pikirannya. Apakah ada racun di dalamnya? Ataukah sesuatu yang jauh lebih kejam—afrodisiak, obat penenang, atau zat lain yang akan memperburuk keadaannya?Sulistyo memperhatikan kebisuan Aisyah. Melihat ketakutan yang terpancar dari matanya, ia tertawa kecil, s

    Last Updated : 2025-01-05
  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 92

    Matahari mulai menyibak cakrawala, cahayanya yang lembut menelusup melalui celah-celah tirai kamar, menyapu wajah Aisyah yang tertidur lelap. Bekas air mata masih membekas di pipinya yang pucat, dan helai-helai rambut hitam panjangnya berantakan, seperti pantulan dari badai yang berkecamuk di hatinya sepanjang malam. Sulistyo berdiri di sisi ranjang, menatapnya dengan intensitas yang memancar seperti api diam-diam. Dengan gerakan lembut tapi mengandung kepemilikan mutlak, dia menyisir rambut Aisyah menggunakan jemarinya, merasakan kelembutannya yang seolah berbisik kepadanya, mengingatkannya bahwa dia memegang kendali penuh atas setiap tarikan napas gadis itu."Tidurlah yang nyenyak, sayang," bisiknya pelan, suaranya mengalir penuh kesyahduan yang licik. Dia menunduk, mengecup rambut Aisyah dengan kelembutan yang berbahaya. "Aku akan menjagamu."Dia berdiri tegak kembali, matanya sejenak memandang wajah istrinya, lalu berbalik dan berjalan keluar dengan l

    Last Updated : 2025-01-06
  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 93

    Asap hitam mengepul dari tubuh Sulistyo, merayap seperti ular licik di sekeliling ruangan, menciptakan hawa mencekam yang membuat napas Aisyah tercekat. Mata hitam pria itu memandang lekat padanya, menyala dengan kekejian yang hanya ia sendiri yang tahu bagaimana cara menikmatinya."Aisyah," ucap Sulistyo pelan, suara lembut yang mengandung ancaman di setiap hurufnya, "kau ingin hadiah dulu, atau ... Hukuman dulu?"Aisyah mencoba membuka mulut, tetapi suaranya tersangkut di tenggorokan yang serasa dicekik oleh rasa takut. "A-aku...."Tiba-tiba, teriakan memecah kesunyian. "Aisyah!" Mustofa menggeliat di lantai, menyeret tubuhnya yang terikat dengan kedua kaki yang gemetar penuh amarah. "Aku adalah ayahmu! Cepat lepaskan aku kalau kau tidak ingin menjadi anak durhaka!"Aisyah menggertakkan gigi, wajahnya memucat. "Eksekusi saja dia!" teriaknya dengan suara yang bergetar, matanya memancarkan kebencian yang membakar. "Tapi ... Lepaskan Pak Rayhan! Di

    Last Updated : 2025-01-06
  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 94

    Sulistyo tersenyum tipis, kemudian tawa gila meledak dari bibirnya, memenuhi ruangan dengan gema yang mencekam. Kepalanya menengadah ke langit-langit seolah ia baru saja merengkuh kemenangan tertinggi. “Aku akan membuatmu semakin mencintaiku, Aisyah!” serunya penuh gairah. Tanpa ragu, ia menghunjamkan asap hitam yang memadat dari tubuhnya ke perut Mustofa, berkali-kali, seperti seorang algojo tanpa belas kasih.Darah menyembur liar, membasahi lantai, memancar dari setiap luka yang ditinggalkan oleh senjata bayangan itu. Mustofa terisak tanpa suara, suaranya terkunci oleh rasa sakit yang luar biasa. Tenggorokannya yang penuh luka tak lagi mampu mengeluarkan teriakan, hanya rintihan parau yang tercekik di dalam dada. Asap hitam terus menari-nari, menusuk-nusuk tanpa ampun, merobek kulit dan daging dengan ganas, hingga isi perutnya mulai tumpah keluar, berlumuran darah dan aroma kematian.Sulistyo memiringkan kepala, menikmati setiap momen seperti seorang seniman yang

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 96

    Ponsel di meja bergetar, nyaring, memenuhi ruang dengan dering yang menggema seperti dentuman bel kematian yang tidak terhindarkan. Nama Anisa muncul di layar, berkedip-kedip seolah mengundang harapan yang tak pernah benar-benar hadir dalam hidup Aisyah. Jemarinya gemetar saat mencoba meraih ponsel itu. Namun, tangan besar Sulistyo dengan cepat menangkap pergelangan tangannya, menghentikan gerakannya seakan mengunci nasib yang sudah diputuskan."Tidak boleh!" tegas Sulistyo dengan nada rendah yang penuh ancaman.Aisyah menatapnya dengan pandangan memohon. Matanya berkaca-kaca, bening seperti cermin yang memantulkan rasa takut dan ketidakberdayaan. "Ayolah…." Suaranya pecah, hampir seperti bisikan. "Aku hanya ingin bicara dengan kakakku sebentar saja. Aku janji tidak akan lama, dan aku tidak akan membicarakan apa pun tentangmu … Aku bersumpah!"Sulistyo tersenyum miring, senyum yang tidak membawa kehangatan tetapi ketakutan yang semakin menusuk. Ia mengusap

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 95

    Aisyah memejamkan mata, ragu-ragu namun perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Sulistyo. Udara di antara mereka seolah membeku, penuh ketegangan yang menggigit. Napas keduanya bertemu dalam hembusan lembut yang membakar kulit, menggema di dalam kepala Aisyah dengan nyeri yang tak bisa dijelaskan. Ia bisa merasakan detak jantungnya menggila, sementara rasa takut dan pasrah bercampur menjadi satu, menghantamnya dengan kekuatan yang membuat tubuhnya kaku.Sulistyo tersenyum penuh kemenangan. Dalam benaknya, ketundukan Aisyah adalah puncak dari segala kesenangan. Tanpa menunggu lebih lama, tangannya yang besar dan kasar melesat ke belakang kepala Aisyah, menariknya dengan keras hingga bibir mereka bertemu dalam ciuman yang intens dan penuh dominasi. Tidak ada kelembutan, hanya kerakusan yang menguasai. Bibirnya menghujam tanpa ampun, menuntut lebih dan lebih, seakan ingin menyerap habis jiwa istrinya yang gemetar di dalam genggamannya.Aisyah menahan napas, tubuhnya mem

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 94

    Sulistyo tersenyum tipis, kemudian tawa gila meledak dari bibirnya, memenuhi ruangan dengan gema yang mencekam. Kepalanya menengadah ke langit-langit seolah ia baru saja merengkuh kemenangan tertinggi. “Aku akan membuatmu semakin mencintaiku, Aisyah!” serunya penuh gairah. Tanpa ragu, ia menghunjamkan asap hitam yang memadat dari tubuhnya ke perut Mustofa, berkali-kali, seperti seorang algojo tanpa belas kasih.Darah menyembur liar, membasahi lantai, memancar dari setiap luka yang ditinggalkan oleh senjata bayangan itu. Mustofa terisak tanpa suara, suaranya terkunci oleh rasa sakit yang luar biasa. Tenggorokannya yang penuh luka tak lagi mampu mengeluarkan teriakan, hanya rintihan parau yang tercekik di dalam dada. Asap hitam terus menari-nari, menusuk-nusuk tanpa ampun, merobek kulit dan daging dengan ganas, hingga isi perutnya mulai tumpah keluar, berlumuran darah dan aroma kematian.Sulistyo memiringkan kepala, menikmati setiap momen seperti seorang seniman yang

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 93

    Asap hitam mengepul dari tubuh Sulistyo, merayap seperti ular licik di sekeliling ruangan, menciptakan hawa mencekam yang membuat napas Aisyah tercekat. Mata hitam pria itu memandang lekat padanya, menyala dengan kekejian yang hanya ia sendiri yang tahu bagaimana cara menikmatinya."Aisyah," ucap Sulistyo pelan, suara lembut yang mengandung ancaman di setiap hurufnya, "kau ingin hadiah dulu, atau ... Hukuman dulu?"Aisyah mencoba membuka mulut, tetapi suaranya tersangkut di tenggorokan yang serasa dicekik oleh rasa takut. "A-aku...."Tiba-tiba, teriakan memecah kesunyian. "Aisyah!" Mustofa menggeliat di lantai, menyeret tubuhnya yang terikat dengan kedua kaki yang gemetar penuh amarah. "Aku adalah ayahmu! Cepat lepaskan aku kalau kau tidak ingin menjadi anak durhaka!"Aisyah menggertakkan gigi, wajahnya memucat. "Eksekusi saja dia!" teriaknya dengan suara yang bergetar, matanya memancarkan kebencian yang membakar. "Tapi ... Lepaskan Pak Rayhan! Di

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 92

    Matahari mulai menyibak cakrawala, cahayanya yang lembut menelusup melalui celah-celah tirai kamar, menyapu wajah Aisyah yang tertidur lelap. Bekas air mata masih membekas di pipinya yang pucat, dan helai-helai rambut hitam panjangnya berantakan, seperti pantulan dari badai yang berkecamuk di hatinya sepanjang malam. Sulistyo berdiri di sisi ranjang, menatapnya dengan intensitas yang memancar seperti api diam-diam. Dengan gerakan lembut tapi mengandung kepemilikan mutlak, dia menyisir rambut Aisyah menggunakan jemarinya, merasakan kelembutannya yang seolah berbisik kepadanya, mengingatkannya bahwa dia memegang kendali penuh atas setiap tarikan napas gadis itu."Tidurlah yang nyenyak, sayang," bisiknya pelan, suaranya mengalir penuh kesyahduan yang licik. Dia menunduk, mengecup rambut Aisyah dengan kelembutan yang berbahaya. "Aku akan menjagamu."Dia berdiri tegak kembali, matanya sejenak memandang wajah istrinya, lalu berbalik dan berjalan keluar dengan l

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 91

    Sulistyo menatap wajah Aisyah yang pucat dengan mata penuh gairah yang salah arah. Tangannya yang kasar namun lembut dalam gerakan penuh kepemilikan, mengusap bibir istrinya perlahan, jari-jarinya menyentuh kehangatan yang ia klaim sebagai miliknya sendiri. Bibirnya menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. "Ini lebih cantik," bisiknya, seakan setiap kata adalah duri manis yang menusuk jiwa."Dan sekarang…." Sulistyo meraih biskuit di atas nampan dengan gerakan penuh kontrol, lalu mengarahkannya ke mulut Aisyah. "Makanlah camilan ini."Aisyah tidak bergerak. Matanya terpaku pada biskuit di hadapannya seperti benda itu bisa berubah menjadi racun atau perangkap mematikan kapan saja. Kecurigaan melilit pikirannya. Apakah ada racun di dalamnya? Ataukah sesuatu yang jauh lebih kejam—afrodisiak, obat penenang, atau zat lain yang akan memperburuk keadaannya?Sulistyo memperhatikan kebisuan Aisyah. Melihat ketakutan yang terpancar dari matanya, ia tertawa kecil, s

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 90

    Aisyah membulatkan matanya, merasa ngeri, syok, dan tak mampu percaya pada kata-kata yang meluncur dari bibir Sulistyo. Otaknya bekerja keras, berputar dengan kecepatan penuh, berusaha mencerna setiap kalimat yang terdengar seperti dongeng gelap dari novel fantasi.Namun, sekeras apa pun dirinya mencoba menerima logika di balik cerita itu, kenyataan yang Sulistyo paparkan tetap terasa terlalu asing dan mustahil."Ini tidak mungkin..,." pikirnya, napasnya memburu, matanya yang besar penuh ketakutan memantulkan bayangan pria di hadapannya.Sulistyo menatap Aisyah dengan seringai lebar. Kekehannya yang pelan terdengar seperti suara setan yang menikmati penderitaan korbannya. "Ekspresimu...," bisiknya dengan nada manis yang beracun. "Sungguh menggemaskan."Dengan gerakan yang membuat darah Aisyah berdesir penuh jijik, Sulistyo mendekatkan wajahnya dan mengisap pipinya perlahan. Mata hitamnya menatap langsung ke dalam matanya, memancarkan kesan dominas

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 89

    Sulistyo mengusap wajah Aisyah dengan lembut, jemarinya menyentuh setiap luka yang menghiasi pipi perempuan itu seolah menorehkan kasih sayang yang palsu, namun begitu meyakinkan. Dia mengoleskan obat dengan gerakan perlahan, seperti seorang pria yang benar-benar peduli pada wanita di hadapannya. Senyum tipisnya merekah, penuh pesona beracun. Aisyah hanya diam, menerima sentuhan-sentuhan itu dengan enggan, tetapi tidak melawan. Tubuhnya kaku, matanya kosong, terperangkap dalam kebisuan yang menyesakkan.“Kamu pasti penasaran,” suara Sulistyo memecah kesunyian yang melingkupi mereka. Suaranya rendah, seolah rahasia besar sedang menanti untuk diungkapkan.Aisyah mendongak perlahan. Sorot matanya yang penuh kebencian masih membara, tetapi ada sedikit kilatan rasa ingin tahu yang tak bisa ia sembunyikan.“Soal kenapa aku bisa mendapatkan kekuatan ini,” Sulistyo berbisik, memiringkan kepalanya, senyumannya semakin dalam, seakan menikmati setiap detik

  • Hamil Anak Calon Wakil Presiden   Bab 88

    Sulistyo terus mengusap wajah Aisyah yang terluka dengan lembut, tangannya yang dingin terasa kontras dengan panasnya rasa sakit di kulit Aisyah. Matanya menatap langsung ke dalam mata Aisyah, sorotnya tampak penuh kelembutan yang bertolak belakang dengan semua yang baru saja terjadi. "Aku minta maaf...." katanya pelan, suaranya nyaris berbisik.Aisyah membeku. Kepalanya sedikit miring, matanya menatap Sulistyo dengan penuh ketidakpercayaan. Kata-kata itu, dari mulut seorang seperti Sulistyo, terdengar mustahil, hampir seperti ilusi. Dia ingin menjawab, tetapi tenggorokannya seperti tersumbat, seolah kata-kata yang ingin dia ucapkan tertelan bersama kejutannya."Kenapa diam, sayang?" Sulistyo melanjutkan, tangannya sekarang bergerak mengusap lembut kepala Aisyah, seperti seorang kekasih yang menenangkan pasangannya. Perlahan, jemarinya menyentuh hijab merah muda yang menutupi kepala Aisyah, lalu menariknya dengan gerakan pelan tetapi tegas. Hijab itu meluncur ke la

DMCA.com Protection Status