Sedangkan Sandra penasaran dengan interaksi dua orang itu. Akhirnya dia menanyakannya pada Rusli sekalian mengadukan kejadian tadi pada Rusli dengan dengan memutar balikkan fakta yang ada. Dia berharap Rusli mau mendengarnya dan menjebloskan Anjani ke penjara.
"Om, orang ini siapa? Kok Om kenal? Om tahu nggak, tadi aku dikatain sebagai karyawan minim akhlak Om sama mereka, aku nggak terima pokoknya Om harus tuntut mereka ke jalur hukum. Mereka juga menghina aku Om dan ngatain aku jalang. Mereka harus diberi pelajaran Om, aku nggak mau tahu!" rengek Sandra pada Rusli.
"Diam kamu jangan banyak merengek. Asal kamu tahu dia ... dia istri pemilik perusahaan tempat kita bekerja!" bisik Rusli namun masih bisa didengar Nurma.
"Lho, mana mungkin Om? Bukannya selama ini pemilik perusahaan ada di luar negeri?"
"Mereka sudah pulang dan katanya mereka juga sudah menemukan anak mereka," bisik Rusli lirih.
Mata Sandra membola, dia mati kutu seketika. Dalam
Nurma segera mengambil ponsel Anjani dan memutar vidio yang diperlihatkan Anjani padanya. Bahkan Arya sampai menelepon untuk memastikan keadaan ibu dan adiknya.“Sudah biarkan saja, biar Kakakmu yang mengurusnya nanti. Sebaiknya kita segera selesaikan makan siang kita dan meluncur ke perusahaan!” Akhirnya mereka segera menyelesaikan makan siang mereka setelah datang dan segera meluncur ke perusahaan.Sesampainya di perusahaan, mereka segera ke ruang CEO dan Nurma menyuruh sekretaris memanggil Rusli. Selama ini, Arya memang tidak pernah mengecek langsung ke kantor cabang karena menurutnya tidak ada masalah berarti, dia selalu menugaskan asistennya untuk meninjau kantor cabang secara berkala. Namun karena hari ini Nurma menemukan ada karyawan yang menyeleweng maka dia harus segera membereskannya. “Ma, kok kita langsung ke ruangan CEO?” “Iya Nak, nanti kamu akan tahu sendiri!”Sepanjang perjalanan, semua karyawan menatap Anjani penuh tanya. Anjani celingukan mencari Sisil tapi dia tid
Nurma bergegas mengajak Anjani ke rumah sakit menyusul Revan dan Agung. Anjani dan Nurma panik takut terjadi pada korban karena mereka bisa bermasalah. Sesampainya di sana, Revan sedang mengurus administrasi sedangkan Agung duduk di kursi tunggu."Pa, gimana korban tadi udah sadar belum?""Belum Ma, dia masih mendapat penanganan!" jawab Agung lemas."Keluarganya sudah diberi tahu atau belum Pa?" tanya Anjani.Agung menghela nafasnya, bagaimana mau memberi tahu kalau orang tuanya saja masih terbaring di rumah sakit."Justru itu Anjani kamu harus tahu kalau orang yang kami tabrak adalah adik kamu.""Maksud Papa siapa?""Dina," ucap Agung.Anjani membekap mulutnya tak percaya. Bagaimana mungkin adiknya yang masih kecil bisa sampai di kota ini?"Bagaimana mungkin Pa? Dia masih sekolah dan jarak dari sini ke rumah Bibi sangat jauh!" sangkal Anjani."Papa juga tidak mengerti Nak. Tiba tiba saja sopir bilang
"Iya Bu. Dina kabur dari rumah Bibi karena sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Dia memutuskan ke sini karena mendengar Ibu dan Ayah sakit. Tolong Ibu, Anjani mohon jangan seperti ini lagi, kasihan Dina," ujar Anjani memohon.Ratin menyeka air matanya yang ke turun di pipi. Sesungguhnya dia menyesali perbuatannya kemarin."Maafkan Ibu, ya Nak. Karena Ibu dan Ayah kalian jadi kesusahan. Maafkan Ibu karena selalu menuntut memaksa dan selalu memanfaatkanmu selama ini, Ibu selalu berlaku kasar dan terkesan jahat sama kamu. Maafkan Ibu, Nak." Ratin berpelukan dengan Anjani."Sudahlah Bu, yang lalu biarlah berlalu dan Anjani sudah memaafkan Ibu. Kita buka lembaran baru ya Bu," jawab Anjani. Dia bahagia karena akhirnya ibunya menyadari kekeliruannya selama ini.Danu yang baru siuman belum lama juga terguncang mendengar kabar anaknya hilang. Untung saja dia tidak ngedrop dan hanya butuh istirahat saja.Ratin meminta Anjani
Nurma menepuk keningnya karena lupa akan hal itu. Dia segera mengajak Anjani menyiapkan hantaran untuk dibawa besok. Mereka meminta bantuan teman Nurma untuk memesan hantaran besok karena sangat mendadak."Enaknya punya anak perempuan, bisa diajak ini itu," ujar Nurma terkekeh."Bisa diajak cerita juga ya Ma," jawab Anjani ikut terkekeh.***Hari berikutnya, keluarga Arya bersiap untuk pergi ke rumah Raisa. Terlihat juga keluarga Raisa sudah menunggu. Keluarga Arya disambut hangat oleh keluarga Raisa namun Widya dan suaminya terkejut dengan kehadiran Anjani serta Revan yang ikut di rombongan Arya. Mereka menyembunyikan keterkejutannya dibalik senyuman."Maksud kedatangan kami ke sini ingin melamarkan putri anda Nak Raisa untuk anak kami Arya. Sudikah kiranya keluarga Tuan Prasetyo menerima pinangan kami?" tutur Agung."Yang menjalani anak anak kita maka segala keputusan saya serahkan pada putri kami Tuan. Kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung apapun yang menjadi keputusan anak k
"Apa? Bukankah selama ini perusahaan sudah meningkatkan sistem keamanannya? Bagaimana mungkin bisa kebobolan?" tanya Revan kaget."Saya juga tidak tahu Tuan. Saya baru saja mendapat laporan dari staff IT!" "Segera atasi semuanya Ndre, besok harus segera ditindaklanjuti!" "Baik Tuan!" TuutttRevan menyugar rambutnya, malam romantisnya bersama Anjani terganggu karena masalah di perusahaan. Namun tidak habis akal, Anjani menghibur serta mengembalikan mood Revan."Maafkan aku Dek, gara gara masalah di perusahaan jadi merusak suasana romantis kita," ucap Revan meminta maaf."Kenapa harus meminta maaf Mas? Semua bukan kesalahanmu. Lebih baik Mas segera selesaikan dulu masalahnya biar nggak kepikiran," nasehat Anjani. Akhirnya Revan mengajak Anjani pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan Anjani tertidur karena mengantuk. Revan menggendong Anjani ke dalam kamar karena tak mau membangunkannya.***Keesokan harinya, pagi pagi sekali Revan langsung meluncur ke perusahaan bahkan mengabaikan sar
Akhirnya Anjani pasrah dan membiarkan Revan ikut mandi bersamanya."Tapi cuma mandi doang ya Mas jangan aneh aneh," kata Anjani sedikit cemas."Iya cuma mandi aja kok, gerah nih. Tapi main main sedikit nggak apalah ya he he he!" goda Revan."Maaaassss ... " Wajah Anjani memerah seperti kepiting rebus.Revan langsung melucuti baju Anjani tanpa mempedulikan Anjani yang panik. "Mas aku bisa lepas sendiri Mas biar aku lepasin sendiri," protes Anjani."Ssstttt diam aja jangan banyak protes!" Setelah melucuti pakaian Anjani, dia juga melucuti pakaiannya sendiri setelah itu langsung menggendong Anjani ala bridal style ke kamar mandi dan menurunkannya di kamar mandi. Anjani merasa malu karena tubuhnya terekspos oleh Revan. Namun dia sedikit terpana dengan badan atletis Revan."Dek, gosok punggungku!" Anjani menuruti perintah Revan dengan menggosok punggung suaminya.Setelah selesai menggosok punggung Revan, kini giliran Revan menyuruh Anjani berbalik."Dek, sekarang giliran kamu yang berba
Anjani sedikit terkejut. Dia kemudian teringat dengan aktivitasnya bersama Revan semalam. "M-Mas a-aku mandi dulu ya," kata Anjani mengalihkan perhatian Revan.Namun saat dia hendak menapak lantai, bagian intinya terasa masih sakit hingga akhirnya dia memutuskan untuk duduk sejenak.Melihat Anjani nampak kesakitan saat hendak berdiri, Revan langsung bangkit dan menghampiri istrinya dengan sedikit panik."Sayang masih sakit ya itunya? Apa kita ke dokter saja?" tanya Revan khawatir."Eh nggak usah Mas, malu. Nggak apa apa kok paling nanti lama lama juga sembuh sendiri kok," jawab Anjani.Akhirnya Revan memapah Anjani menuju kamar mandi."Mas udah kamu ke luar dulu ya aku mau mandi," kata Anjani."Aku mandiin sekalian ya Dek kasihan kamu sepertinya kesakitan gitu."GlukkkkBulu kuduk Anjani meremang saat tangan nakal Revan mulai menyentuh tubuhnya.“Mas, kamu tuh seka
Revan tertegun setelah mendapat laporan dari Andre. Anjani menyadari jika raut wajah Revan berubah. Dia segera mengelus lengan suaminya."Ada apa Mas?" tanya Anjani."Mama ... Mamaku datang Anjani ... Mama datang menemuiku!" ujarnya dengan perasaan bahagia. "Ini adalah kado pernikahan terindah bagiku," ucap Revan lagi."Kamu benar, Mas."Matanya yang berembun menyiratkan kerinduan akan sosok ibu kandung. Dia segera menyudahi sarapan mereka dan bergegas menuju kantor.***Anjani tidak memperbolehkan Revan menyetir karena suasana hatinya saat ini tidak menentu. Anjani dan Revan pergi diantar sopir. Sepanjang perjalanan, Revan terus menggandeng tangan Anjani seperti takut kehilangan. Sesampainya di kantor, dia segera mengajak Anjani ke ruangannya dengan sedikit terburu buru."Pelan-pelan Mas jalannya!" tegur Anjani."Maafkan aku Sayang aku terlalu bersemangat," ujar Revan lalu memelankan langkahnya.Dia segera mendorong pintu dan bergegas masuk ke ruangannya. Langkahnya terhenti ketika d
"Makanya buruan nikah Val, biar Mama punya banyak cucu," celetuk Nurma. "Ahh bentar lah Ma, masih pengen sendiri dulu. Biar bebas nggak ada yang melarang," jawab Valdi santai. "Padahal nikah itu enak lho Val, keperluan apapun sudah ada yang menyiapkan, mau makan tinggal minta di masakin. Malamnya juga dapat servis, rugi lho kalau nunda-nunda," ujar Revan memprovokasi. "Gampanglah ntar kalau udah ada calonnya pasti nikah kok. Secara iparmu yang ganteng kan juga jadi incaran para Mama mertua, jadi tinggal pilih aja kalau udah kepingin menikah" ucap Valdi percaya diri. "Huu dasar kepedean!" sahut Anjani dan Arya. "Eh bentar, ini anak kalian mau dinamai siapa?" tanya Mila tiba-tiba. Semua yang ada di ruangan itu menepuk keningnya karena lupa jika bayinya belum di beri nama. "Emm, sesuai kesepakatan kami berdua, anak yang kami yang cowok kami namai Kalandra Adi Purnomo dan yang cewek namanya Alindra Putri Purnomo," jawab Revan. *** Setelah beberapa waktu mereka semua pamit undur di
Revan memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia ingin segera sampai di rumah sakit secepatnya."Ayolah kenapa mereka lemot sekali? Nggak tahu orang lagi darurat apa?" gerutunya sambil berusaha menyalip kendaraan di depannya.Sesampainya di rumah sakit, dia bergegas menuju ruang operasi. Dia meminta izin pada dokter agar diperbolehkan menemani istrinya yang sedang berjuang."Boleh Tuan, tapi harap jangan mengganggu jalannya operasi ya, Tuan!" kata dokter."Baik, Dok."Revan segera memakai baju steril yang sudah disediakan dan segera masuk ke ruang operasi."Mas Revan," sapa Anjani dengan lirih dan lemah.Revan segera mendekat dan menciumi Anjani yang sedang berbaring di meja operasi."Sayang, kamu harus kuat demi aku dan kedua anak kita," ucap Revan menguatkan Anjani.Revan tidak beranjak dari sisi Anjani selama operasi. Saat bayi pertama berhasil di keluarkan, Revan sempat mematung mendengar suara tangis bayinya."Anakku," ucapnya lirih.Disusul ke luarnya bayi kedua
Alex akhirnya ditangkap oleh anak buah mertuanya sendiri dan sekarang sedang diberi pelajaran oleh Pranoto. Pranoto benar-benar merampas semua aset milik Alex hingga Alex jatuh miskin. Tidak hanya itu dia juga terjerat dengan pasal berlapis. Dia tidak bisa berkutik lagi karena semua hartanya habis tak bersisa.Suami Vina berinisiatif mengajak Vina menjenguk Alex ke lapas. Bagaimana pun juga, Alex merupakan ayah kandung Vina. Alex sangat terkejut dengan kedatangan Vina dan suaminya."Nak, kamu datang menjenguk Ayah, Nak?" tanya Alex berkaca. Kini dia sadar jika keluarga lebih berarti dari segalanya."Aku datang atas permintaan suamiku. Ini aku bawakan makanan untukmu, perbaikilah dirimu dan bertobatlah. Walau bagaimana pun kau tetap ayah kandungku, meskipun kehadiranku mungkin tidak kau harapkan!" ucap Vina tanpa menoleh ke arah Alex sedikit pun. "Maafkan Ayah, Vina. Ayah sudah menoreh luka terlalu dalam di hidupmu, aku tidak pantas disebut ayah," ucap Alex tergugu. "Setidaknya aku
Revan menghentikan gerakannya sejenak dan menatap Anjani dengan lekat."Ada angin apa tiba-tiba kamu ingin mengajak Mayra bertemu, hm?" tanya Revan lembut."Aku ingin berbicara dari hati ke hati dengan Mayra, Mas. Rasanya aku masih punya beban karena bahagia di atas derita orang lain," jawab Anjani.Revan hanya menanggapi ocehan Anjani dengan senyuman. Dalam hatinya sangat bangga dengan sifat istrinya yang masih memedulikan orang lain walau sudah menyakitinya secara fisik dan mental."Kamu yakin? Tapi kan dia yang sudah membunuh anak pertama kita, Sayang. Apa kamu nggak takut dia akan kembali melakukannya?" tanya Revan hati-hati."Kan ada kamu, Mas. Aku yakin kamu nggak akan membiarkanku dan anak-anak kita dalam bahaya," jawab Anjani dengan mantap."Terima kasih sudah percaya padaku Sayang. Tapi kamu harus tahu kalau Mayra sekarang berada di rumah sakit jiwa. Dan aku tidak mau mengambil risiko kalau kamu tetap ngotot ingin menemuinya.
DeggggPengakuan Gibran membuat Linda menjadi terkejut. Dia sama sekali tidak mengira jika Gibran akan menaruh hati pada Mayra."Kalau kau memang mencintai Mayra, kenapa kau mau menuruti perintahku untuk menghancurkan hidupnya dan menjauhinya?" tanya Linda nanar."Apa Tante sudah melupakan sesuatu?" tanya Gibran balik.Flashback On"Tante, apa tidak sebaiknya aku menikahi Mayra saja? Aku rasa sepertinya aku sudah terlanjur mencintainya. Aku berjanji tidak akan pernah membiarkannya kembali mengejar Revan, Tante!" ujar Gibran meminta pertimbangan."Tidak, kau tidak boleh menikahinya. Mayra harus menderita karena sudah berani menentangku dan terus berhubungan dengan Revan. Awas saja kalau sampai kau berani menikahi Mayra, Gibran. Di sini, akulah yang berhak memutuskan segalanya. Dan kamu hanya harus tunduk di bawah perintahku!" Flashback off"Dengan pongahnya kau memintaku meninggalkan Mayra di saat aku sudah mulai mencintainya. Apa kau pikir itu tidak menyakitkan bagiku, Tante Linda?"
Sementara di sisi lain, kondisi Mayra semakin mengenaskan setelah dia ke luar dari tempat penyiksaan. Anak buah Reno sengaja menyiksa mental Mayra hingga dia berubah menjadi tidak waras. Dia sering menangis dan tertawa dengan tiba-tiba."Revan, coba lihat anak kita cantik sekali ya seperti aku. Kamu nggak mau gendong dia Van? Coba deh Van lihat anak kita," ucap Mayra sambil menggendong boneka dan menyodorkannya pada penjaga. Kedua orang tua Mayra sengaja memperkerjakan penjaga untuk menjaga Mayra agar tidak kabur. "Pa, bagaimana ini Pa? Anak kita seperinya sudah gila, Pa? Segera lakukan sesuatu Pa, aku tidak bisa melihatnya seperti ini lebih lama," ucap Fatma sambil menangis."Tidak ada cara lain lagi Ma, kita harus membawa Mayra ke rumah sakit jiwa."Mau tidak mau akhirnya Fatma harus rela jika Mayra dibawa ke rumah sakit jiwa. Polisi juga tidak menangkap Mayra kembali dengan alasan Mayra sakit jiwa. Setiap hari Mayra selalu meracau dan menganggap setiap lelaki yang melintas di de
Ucapan wanita itu seketika menarik perhatian khalayak. Mereka segera mendekat untuk menyaksikan perseteruan yang terjadi."Anda ini siapa kok main menuduh istri saya? Apa tidak mali berteriak di muka umum?" tanya Revan."Asal kamu tahu, saya calon istri Dika. Kami akan menikah sebentar lagi atas perjodohan yang dilakukan oleh Kakek Pranoto. Tapi gara-gara kamu," ucapnya sambil menunjuk Anjani. "Pernikahan saya gagal!" teriaknya."Oh, bukannya kamu yang jadi selingkuhan Dika dulu ya?" tanya Anjani santai.Muka wanita itu makin memerah saat Anjani menyebutnya selingkuhan. "Heh jaga ucapanmu ya, jalang. Asal kamu tahu, jauh sebelum kalian menjalin hubungan, Kakekku dan Kakek Pranoto sudah sepakat untuk menjodohkan kami. Tapi gara-gara kehadiranmu, Dika lebih memilih kamu alih-alih menikah denganku." "Tapi kenyataannya di belakangku kalian juga tetap menjalin hubungan spesial bukan? Lalu di mana letak kesalahanku? Ingat ya, semenjak Dika memutuskan untuk menduakanku, di saat itu pula ak
Walau sedikit terkejut dengan kedatangan wanita itu, Nurma tetap bersikap tenang dan mempersilahkannya untuk duduk. "Maaf ada angin apa tiba-tiba Anda ke mari, Jeng Linda?" Linda menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Nurma. Dia sadar betul kalau Nurma sedikit kurang nyaman dengan kehadirannya ini."Begini Jeng, kehadiran saya ke sini karena saya ingin bertemu dengan Revan dan Anjani," jelas Linda."Maaf, ada perlu apa ya? Kalau kehadiran Anda hanya untuk menyakiti hati menjatuhkan mental putri saya, maaf saya tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!" ucap Nurma menimpali."Oh tidak, Jeng Nurma tenang saja saya tidak akan menyakiti hati mereka. Justru kedatangan saya ke sini ingin meminta maaf," jawab Linda.Nurma melongo mendengar penuturan Linda."Apa aku tidak salah dengar?" tanya Nurma memastikan."Iya, kamu tidak salah dengar, Jeng. Kedatanganku ke sini karena aku ingin meminta maaf pada mereka berdua. Aku sudah menyadari semua kesalahanku pada mereka, terutama Anjani."
Mbok Sum segera mematikan kompor agar cabai yang digoreng Revan berhenti meletup.“Aduh, Tuan makanya kalau mau goreng cabai itu diiris dulu biar nggak jadi bom,” keluh mbok Nem. “Udah sini biar Mbok Nem aja yang masak Tuan!” ucap mbok Nem ingin membantu.Tapi Revan menolak, dia kekeh ingin memasak sendiri demi memenuhi permintaan Anjani. Dia melanjutkan acara memasaknya sambil melihat tutorial di yukyup. Dan setelah dua jam bertempur dan membuat dapur berantakan akhirnya Revan bisa menyelesaikan masakannya dan menyajikannya di meja makan.“Sayang, aku sudah selesai memasak sesuai pesananmu!” ucap Revan semringah.“Wah benarkah, Mas? Coba sini aku mau langsung mencicipinya,” ucap Anjani antusias.“Hmm penampilannya cukup menarik,” sambung Anjani lagi.“Ayo dong dicoba bagaimana rasanya?” pinta Revan.Anjani segera mengambil nasi dan menyendokkan lauknya ke piring. Dia mulai menyuapkan nasi dan lauk itu ke mulutnya. Namun gerakannya terhenti dan dia langsung menatap Revan lalu memberik