Anjani sedikit terkejut. Dia kemudian teringat dengan aktivitasnya bersama Revan semalam. "M-Mas a-aku mandi dulu ya," kata Anjani mengalihkan perhatian Revan.Namun saat dia hendak menapak lantai, bagian intinya terasa masih sakit hingga akhirnya dia memutuskan untuk duduk sejenak.Melihat Anjani nampak kesakitan saat hendak berdiri, Revan langsung bangkit dan menghampiri istrinya dengan sedikit panik."Sayang masih sakit ya itunya? Apa kita ke dokter saja?" tanya Revan khawatir."Eh nggak usah Mas, malu. Nggak apa apa kok paling nanti lama lama juga sembuh sendiri kok," jawab Anjani.Akhirnya Revan memapah Anjani menuju kamar mandi."Mas udah kamu ke luar dulu ya aku mau mandi," kata Anjani."Aku mandiin sekalian ya Dek kasihan kamu sepertinya kesakitan gitu."GlukkkkBulu kuduk Anjani meremang saat tangan nakal Revan mulai menyentuh tubuhnya.“Mas, kamu tuh seka
Revan tertegun setelah mendapat laporan dari Andre. Anjani menyadari jika raut wajah Revan berubah. Dia segera mengelus lengan suaminya."Ada apa Mas?" tanya Anjani."Mama ... Mamaku datang Anjani ... Mama datang menemuiku!" ujarnya dengan perasaan bahagia. "Ini adalah kado pernikahan terindah bagiku," ucap Revan lagi."Kamu benar, Mas."Matanya yang berembun menyiratkan kerinduan akan sosok ibu kandung. Dia segera menyudahi sarapan mereka dan bergegas menuju kantor.***Anjani tidak memperbolehkan Revan menyetir karena suasana hatinya saat ini tidak menentu. Anjani dan Revan pergi diantar sopir. Sepanjang perjalanan, Revan terus menggandeng tangan Anjani seperti takut kehilangan. Sesampainya di kantor, dia segera mengajak Anjani ke ruangannya dengan sedikit terburu buru."Pelan-pelan Mas jalannya!" tegur Anjani."Maafkan aku Sayang aku terlalu bersemangat," ujar Revan lalu memelankan langkahnya.Dia segera mendorong pintu dan bergegas masuk ke ruangannya. Langkahnya terhenti ketika d
Linda yang sedang merencanakan sesuatu untuk mencelakai Anjani terkejut dan langsung berbalik menatap Hendra yang berdiri di belakangnya. Ponselnya yang masih terhubung Alex langsung dia matikan begitu saja."M-Mas Hendra. Ini ... ini tidak seperti yang kamu dengar. Aku bisa bisa menjelaskan semuanya!" tutur Linda terbata-bata."Apa lagi yang ingin kamu jelaskan Linda? Sudah jelas jika kamu masih berhubungan dengan Alex di belakangku. Kau bahkan masih kekeh ingin memisahkan Revan dengan istrinya. Tega sekali kamu dengan anak dan menantuku. Sebenarnya apa salah Anjani padamu Linda?""Aku tahu Revan bukan anakmu tapi bukan berarti kau bisa seenaknya mengatur hidup anakku!" lanjutnya.Linda tercekat tak mampu menjawab, Anjani tidak pernah punya salah dengannya tapi dia yang selalu berambisi untuk menyingkirkan Anjani. Dia membisu tak menjawab pertanyaan Hendra.Hendra berlalu meninggalkan Linda ke kamarnya. Sedangkan Linda masi
Karena Linda bebal tidak mau pergi dari rumah Hendra, akhirnya Hendra memanggil satpam untuk menyeret Linda. Sepanjang langkah Linda terus meronta meminta dilepaskan. "Awas saja kamu Mas, aku akan membuat perhitungan denganmu! Lihat saja kau akan menyesal!" umpat Linda. Sepeninggal Linda dari rumah Hendra, lelaki paruh baya itu segera menuju ruang kerjanya, dia melampiaskan kekecewaannya dengan berdiam diri di dalam ruangan kerjanya hingga larut malam. *** Sementara di rumah Mila, Revan tengah ingin bermanja dengan Anjani di kamar karena mereka diwajibkan untuk menginap di sana sedangkan mereka tidak ada kegiatan. Revan tiduran sambil bekerja lewat hapenya di paha Anjani yang sedang duduk di sofa kamar sambil membaca majalah. Sesekali dia meraba raba bagian sensitif Anjani hingga membuat Anjani kegelian. "Mas, geli Mas!" lenguh Anjani. Revan langsung bangkit dan menatap wajah Anjani dengan penuh gairah. "Habisnya kamu bikin aku gemas sih, aku jadi ingin makan kamu jadinya," uj
"Emmm rahasia dong," canda Revan."Iihh kok pakai rahasia segala sih Mas aku penasaran nih!""Mau tahu aja apa mau tahu banget?" goda Revan."Mau tahu banget Mas, ayolah kasih tahu aku Mas," rengek Anjani."Sun dulu dong," pinta Revan sambil menunjuk pipi kirinya."Muach. Tuh udah Mas, buruan kasih tahu dong aku kepo nih.""Sabar dong Sayang. Jadi aku tuh ingin banget punya anak lagi, ingin tahu rasanya dipanggil Ayah, ingin merasakan rasanya begadang jagain bayi. Aku selalu berdoa semoga di perutmu segera hadir malaikat kecil untuk keluarga kita," ucap Revan penuh harap."Ternyata keinginan kita sama Mas, aku juga ingin sekali segera punya anak lagi, semoga kita bisa segera punya anak ya Mas," sambung Anjani."Iya semoga doa kita segera terkabul. Bagaimana kalau kita mencicilnya sekarang?" tanya Revan menaik turunkan alisnya."Tuh kan mulai deh," ujar Anjani memutar bola matanya."Ka
Mila terus menerus mengajak Anjani untuk mengghibahkan Linda. Dia terlampau sakit hati dengan semua perbuatan Linda selama ini. Setelah selesai perawatan di salon, Mila mengajak Anjani mampir ke klinik kecantikan."Nak, kita ke sini dulu ya. Mama mau cek laporan bulan ini!" Mila lalu mengajak Anjani masuk ke dalam ruangan."Jadi klinik ini milik Mama?" tanya Anjani sesampainya di ruangan Mila."Iya Sayang, tapi bukan Mama yang mengelolanya langsung. Mama hanya memantau saja dari jauh, biar mereka belajar bertanggung jawab dengan amanah. Sepertinya kamu perlu melakukan perawatan biar semakin terlihat segar Nak," ucap Mila kemudian dia memanggil karyawannya. "Nin, tolong layani menantu saya ya. Berikan pelayanan terbaik buat dia!""Baik, Bu!" "Nah sekarang kamu ikut Nina ya Nak, Mama tunggu di sini sambil bekerja," ucap Nina."Tapi apa nggak berlebihan Ma?" tanya Anjani."Enggak Sayang ingat, itu sebagai salah satu cara menyenangkan suami!" Akhirnya Anjani menurut dan melakukan perawa
POV RevanHari ini aku sengaja meninggalkan istriku di rumah Mama agar mereka bisa saling mengenal. Bukan aku tak mau ikut bersama mereka, tapi pekerjaan mengharuskan pergi. Kebetulan sekali aku melakukan meeting dengan klien di restoran chinese. Namun saat kami selesai melakukan meeting, hal tak terduga mencuri perhatianku.Aku melihat istriku sedang bertengkar dengan seorang lelaki. Jika boleh jujur rasanya hatiku ingin meledak melihat istriku kembali diganggu oleh bajingan itu.Namun aku tak ingin gegabah, aku yang saat itu sedang bersama Andre terus memperhatikan gerak gerik Dika. Samar kudengar jika Anjani terus memojokkan Dila yang sudah terlanjur percaya diri."Anjani, kenapa sih kamu begitu naif sekali? Harusnya kamu itu berkaca, kamu nggak pantas bersanding dengan Revan yang sudah jelas punya segalanya. Kamu itu siapa? Dia itu menikahimu hanya karena terpaksa. Dia menikahimu karena dia telah menghamili kamu, aku ya
"Tidak aku tidak tahu apa pun. Sudahlah aku pergi saja!" Dika terkesan menghindari Revan dan berlalu dari tempat itu."Sayang kamu nggak kenapa-napa kan?" tanya Revan sambil mengelus kepala Anjani."Enggak, Mas aman. Aku bisa mengatasi lelaki itu," ucap Anjani tersenyum. Namun Revan bisa melihat raut wajah Anjani yang masih sedikit ketakutan."Ya sudah lanjutkan makan siang kalian setelah itu langsung pulang ya Ma, Dek!" "Iya Sayang siap!" ucap Mila.Anjani dan Mila segera memakan makanan pesanan mereka yang sudah diantar pelayan dengan ditunggu Revan. Setelah selesai menyelesaikan makan siang mereka, Revan mengajak Anjani dan mamanya pulang. ***Malam harinya, mereka bertiga berangkat menuju kediaman Agung. Baik Revan maupun Anjani tidak mengetahui kalai ternyata Agung juga mengundang Hendra untuk ikut makan malam di sana. Sesampainya di rumah, mereka disambut oleh sang tuan rumah."Mila, benarkah ini kamu?" pekik Nurma kala mengetahui jika Mila datang."Nurma, aku sangat merinduka