"Emmm rahasia dong," canda Revan."Iihh kok pakai rahasia segala sih Mas aku penasaran nih!""Mau tahu aja apa mau tahu banget?" goda Revan."Mau tahu banget Mas, ayolah kasih tahu aku Mas," rengek Anjani."Sun dulu dong," pinta Revan sambil menunjuk pipi kirinya."Muach. Tuh udah Mas, buruan kasih tahu dong aku kepo nih.""Sabar dong Sayang. Jadi aku tuh ingin banget punya anak lagi, ingin tahu rasanya dipanggil Ayah, ingin merasakan rasanya begadang jagain bayi. Aku selalu berdoa semoga di perutmu segera hadir malaikat kecil untuk keluarga kita," ucap Revan penuh harap."Ternyata keinginan kita sama Mas, aku juga ingin sekali segera punya anak lagi, semoga kita bisa segera punya anak ya Mas," sambung Anjani."Iya semoga doa kita segera terkabul. Bagaimana kalau kita mencicilnya sekarang?" tanya Revan menaik turunkan alisnya."Tuh kan mulai deh," ujar Anjani memutar bola matanya."Ka
Mila terus menerus mengajak Anjani untuk mengghibahkan Linda. Dia terlampau sakit hati dengan semua perbuatan Linda selama ini. Setelah selesai perawatan di salon, Mila mengajak Anjani mampir ke klinik kecantikan."Nak, kita ke sini dulu ya. Mama mau cek laporan bulan ini!" Mila lalu mengajak Anjani masuk ke dalam ruangan."Jadi klinik ini milik Mama?" tanya Anjani sesampainya di ruangan Mila."Iya Sayang, tapi bukan Mama yang mengelolanya langsung. Mama hanya memantau saja dari jauh, biar mereka belajar bertanggung jawab dengan amanah. Sepertinya kamu perlu melakukan perawatan biar semakin terlihat segar Nak," ucap Mila kemudian dia memanggil karyawannya. "Nin, tolong layani menantu saya ya. Berikan pelayanan terbaik buat dia!""Baik, Bu!" "Nah sekarang kamu ikut Nina ya Nak, Mama tunggu di sini sambil bekerja," ucap Nina."Tapi apa nggak berlebihan Ma?" tanya Anjani."Enggak Sayang ingat, itu sebagai salah satu cara menyenangkan suami!" Akhirnya Anjani menurut dan melakukan perawa
POV RevanHari ini aku sengaja meninggalkan istriku di rumah Mama agar mereka bisa saling mengenal. Bukan aku tak mau ikut bersama mereka, tapi pekerjaan mengharuskan pergi. Kebetulan sekali aku melakukan meeting dengan klien di restoran chinese. Namun saat kami selesai melakukan meeting, hal tak terduga mencuri perhatianku.Aku melihat istriku sedang bertengkar dengan seorang lelaki. Jika boleh jujur rasanya hatiku ingin meledak melihat istriku kembali diganggu oleh bajingan itu.Namun aku tak ingin gegabah, aku yang saat itu sedang bersama Andre terus memperhatikan gerak gerik Dika. Samar kudengar jika Anjani terus memojokkan Dila yang sudah terlanjur percaya diri."Anjani, kenapa sih kamu begitu naif sekali? Harusnya kamu itu berkaca, kamu nggak pantas bersanding dengan Revan yang sudah jelas punya segalanya. Kamu itu siapa? Dia itu menikahimu hanya karena terpaksa. Dia menikahimu karena dia telah menghamili kamu, aku ya
"Tidak aku tidak tahu apa pun. Sudahlah aku pergi saja!" Dika terkesan menghindari Revan dan berlalu dari tempat itu."Sayang kamu nggak kenapa-napa kan?" tanya Revan sambil mengelus kepala Anjani."Enggak, Mas aman. Aku bisa mengatasi lelaki itu," ucap Anjani tersenyum. Namun Revan bisa melihat raut wajah Anjani yang masih sedikit ketakutan."Ya sudah lanjutkan makan siang kalian setelah itu langsung pulang ya Ma, Dek!" "Iya Sayang siap!" ucap Mila.Anjani dan Mila segera memakan makanan pesanan mereka yang sudah diantar pelayan dengan ditunggu Revan. Setelah selesai menyelesaikan makan siang mereka, Revan mengajak Anjani dan mamanya pulang. ***Malam harinya, mereka bertiga berangkat menuju kediaman Agung. Baik Revan maupun Anjani tidak mengetahui kalai ternyata Agung juga mengundang Hendra untuk ikut makan malam di sana. Sesampainya di rumah, mereka disambut oleh sang tuan rumah."Mila, benarkah ini kamu?" pekik Nurma kala mengetahui jika Mila datang."Nurma, aku sangat merinduka
Mila berpikir sejenak, dia ingin sekali kembali berkumpul dengan anak dan suaminya tapi di sisi lain dia pun tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang, dia sadar diri dengan posisinya saat ini."Tapi, bukankah kamu masih sah sebagai suami Linda? Aku tidak ingin orang menilaiku sebagai perusak rumah tangga orang, Mas!" "Aku sudah menceraikan Linda!" ucap Hendra membuat semua orang tercengang."Apa? Sejak kapan Papa menceraikan Mama Linda?" tanya Revan menyela."Papa sudah menalak Linda beberapa hari yang lalu. Papa sudah lelah dengan semua ulahnya, dan kalian tidak perlu repot lagi untuk memanggil Linda dengan sebutan 'Mama' karena dia bukan Ibu kandungmu Revan!" tegas Hendra.Revan dan Anjani mengangguk setuju. Nurma dan Agung kemudian mengajak mereka untuk makan malam. Seusai melaksanakan makan malam, mereka berbincang mengenang masa lalu hingga hari hampir larut. Mila pulang diantar oleh Hendra atas paksaan Revan. Sementara Revan dan Anjani sendiri akan tidur di rumah Agung.
Sementara di sudut lain, Arya dan Raisa tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan yang akan mereka selenggarakan dua bulan lagi. Hari ini keduanya mengunjungi toko perhiasan untuk mencari cincin.Setelah salah satu karyawan menyodorkan beberapa pilihan warna, Arya menyuruh Raisa untuk memilih."Kamu suka yang model mana?" tanya Arya lembut."Aku pilih yang ini saja," jawab Raisa sambil menunjuk cincin yang berdesain simpel namun elegan.Setelah mencari cincin mereka lanjut ke butik untuk mencari kebaya akad. Mereka mengunjungi butik Tante Retno."Halo Tan," sapa Raisa saat sampai di butik."Halo Sayang, lama banget kamu enggak ke sini sama Mama kamu. Eh ini siapa Nak? Gebetan baru ya?" goda Retno.Raisa tersipu, “Ini Mas Arya Tan calon suami Raisa.”Retno terheboh, “Calon suami? Wah lama nggak ada kabar kok tiba-tiba sudah mau menikah kamu Nak?”“He he he iya
Dahi Revan mengernyit kala mendengar aduan ibu sambungnya. “Lalu masalahnya apa dengan Revan, Ma? Bukankah itu memang sudah seharusnya Papa lakukan? Mengingat Mama sudah bukan istri Papa lagi!” tegas Revan sambil melirik Anjani yang masih tertidur pulas.“A-apa maksudmu Revan? Apakah?” “Ya, aku sudah mengetahui semuanya Ma. Aku pun sudah mengetahui sepak terjang Mama Linda selama ini. Oh iya, maaf jika mulai detik ini aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan ‘Mama’ lagi. Terima kasih sudah mau merawat Revan selama ini Tante, walau aku tahu Tante selalu membedakanku dengan anak Tante yang lain.”Degggg“Revan, aku ini Ibu kandungmu Revan. Aku yang telah merawatmu sedari kecil, bagaimana bisa kamu menganggap aku hanya Ibu sambungmu?” pekik Linda di seberang sana.“Tak perlu lagi Anda bersandiwara, Tante Linda! Aku sudah mengetahui semuanya sejak lama. Selama ini aku diam karena masih menghargaimu sebagai istri Papa dan juga aku tidak ingin membuat Papaku bersedih dan kecewa!” ucap Re
Revan langsung menjauhi sop buatan pelayannya setelah melihat istrinya mual mual. Dia panik karena Anjani lemas setelah memuntahkan cairan kuning."Sayang kamu kenapa? Saya panggilkan Dokter saja ya?" kata Revan.Namun bukannya merespons Anjani malah mendorong tubuh Revan agar menjauh darinya."Mas jangan mendekatiku, kamu bau. Aku nggak mau dekat-dekat sama kamu Mas!" ucap Anjani sambil menutup hidungnya.Revan kembali tercengang, baru kali ini Anjani melanggar aneh. "Iya Mas nggak mau mendekat tapi Mas panggilkan Dokter ya Dek?" "Nggak usah Mas, paling cuma masuk angin kok. Mendingan Mas Revan mandi aja deh bau nih!" usir Anjani.Dengan langkah gontai akhirnya Revan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Anjani sudah tertidur pulas ketika Revan baru ke luar dari kamar mandi.“Cepat banget tidurnya,” gumamnya. Revan segera turun ke bawah untuk sarapan.Kali ini dia sarapan sendiri tanpa ditemani Anjani. Saat pelayannya sedang membereskan sisa makanan, dia melihat tuan