POV RevanHari ini aku sengaja meninggalkan istriku di rumah Mama agar mereka bisa saling mengenal. Bukan aku tak mau ikut bersama mereka, tapi pekerjaan mengharuskan pergi. Kebetulan sekali aku melakukan meeting dengan klien di restoran chinese. Namun saat kami selesai melakukan meeting, hal tak terduga mencuri perhatianku.Aku melihat istriku sedang bertengkar dengan seorang lelaki. Jika boleh jujur rasanya hatiku ingin meledak melihat istriku kembali diganggu oleh bajingan itu.Namun aku tak ingin gegabah, aku yang saat itu sedang bersama Andre terus memperhatikan gerak gerik Dika. Samar kudengar jika Anjani terus memojokkan Dila yang sudah terlanjur percaya diri."Anjani, kenapa sih kamu begitu naif sekali? Harusnya kamu itu berkaca, kamu nggak pantas bersanding dengan Revan yang sudah jelas punya segalanya. Kamu itu siapa? Dia itu menikahimu hanya karena terpaksa. Dia menikahimu karena dia telah menghamili kamu, aku ya
"Tidak aku tidak tahu apa pun. Sudahlah aku pergi saja!" Dika terkesan menghindari Revan dan berlalu dari tempat itu."Sayang kamu nggak kenapa-napa kan?" tanya Revan sambil mengelus kepala Anjani."Enggak, Mas aman. Aku bisa mengatasi lelaki itu," ucap Anjani tersenyum. Namun Revan bisa melihat raut wajah Anjani yang masih sedikit ketakutan."Ya sudah lanjutkan makan siang kalian setelah itu langsung pulang ya Ma, Dek!" "Iya Sayang siap!" ucap Mila.Anjani dan Mila segera memakan makanan pesanan mereka yang sudah diantar pelayan dengan ditunggu Revan. Setelah selesai menyelesaikan makan siang mereka, Revan mengajak Anjani dan mamanya pulang. ***Malam harinya, mereka bertiga berangkat menuju kediaman Agung. Baik Revan maupun Anjani tidak mengetahui kalai ternyata Agung juga mengundang Hendra untuk ikut makan malam di sana. Sesampainya di rumah, mereka disambut oleh sang tuan rumah."Mila, benarkah ini kamu?" pekik Nurma kala mengetahui jika Mila datang."Nurma, aku sangat merinduka
Mila berpikir sejenak, dia ingin sekali kembali berkumpul dengan anak dan suaminya tapi di sisi lain dia pun tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang, dia sadar diri dengan posisinya saat ini."Tapi, bukankah kamu masih sah sebagai suami Linda? Aku tidak ingin orang menilaiku sebagai perusak rumah tangga orang, Mas!" "Aku sudah menceraikan Linda!" ucap Hendra membuat semua orang tercengang."Apa? Sejak kapan Papa menceraikan Mama Linda?" tanya Revan menyela."Papa sudah menalak Linda beberapa hari yang lalu. Papa sudah lelah dengan semua ulahnya, dan kalian tidak perlu repot lagi untuk memanggil Linda dengan sebutan 'Mama' karena dia bukan Ibu kandungmu Revan!" tegas Hendra.Revan dan Anjani mengangguk setuju. Nurma dan Agung kemudian mengajak mereka untuk makan malam. Seusai melaksanakan makan malam, mereka berbincang mengenang masa lalu hingga hari hampir larut. Mila pulang diantar oleh Hendra atas paksaan Revan. Sementara Revan dan Anjani sendiri akan tidur di rumah Agung.
Sementara di sudut lain, Arya dan Raisa tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan yang akan mereka selenggarakan dua bulan lagi. Hari ini keduanya mengunjungi toko perhiasan untuk mencari cincin.Setelah salah satu karyawan menyodorkan beberapa pilihan warna, Arya menyuruh Raisa untuk memilih."Kamu suka yang model mana?" tanya Arya lembut."Aku pilih yang ini saja," jawab Raisa sambil menunjuk cincin yang berdesain simpel namun elegan.Setelah mencari cincin mereka lanjut ke butik untuk mencari kebaya akad. Mereka mengunjungi butik Tante Retno."Halo Tan," sapa Raisa saat sampai di butik."Halo Sayang, lama banget kamu enggak ke sini sama Mama kamu. Eh ini siapa Nak? Gebetan baru ya?" goda Retno.Raisa tersipu, “Ini Mas Arya Tan calon suami Raisa.”Retno terheboh, “Calon suami? Wah lama nggak ada kabar kok tiba-tiba sudah mau menikah kamu Nak?”“He he he iya
Dahi Revan mengernyit kala mendengar aduan ibu sambungnya. “Lalu masalahnya apa dengan Revan, Ma? Bukankah itu memang sudah seharusnya Papa lakukan? Mengingat Mama sudah bukan istri Papa lagi!” tegas Revan sambil melirik Anjani yang masih tertidur pulas.“A-apa maksudmu Revan? Apakah?” “Ya, aku sudah mengetahui semuanya Ma. Aku pun sudah mengetahui sepak terjang Mama Linda selama ini. Oh iya, maaf jika mulai detik ini aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan ‘Mama’ lagi. Terima kasih sudah mau merawat Revan selama ini Tante, walau aku tahu Tante selalu membedakanku dengan anak Tante yang lain.”Degggg“Revan, aku ini Ibu kandungmu Revan. Aku yang telah merawatmu sedari kecil, bagaimana bisa kamu menganggap aku hanya Ibu sambungmu?” pekik Linda di seberang sana.“Tak perlu lagi Anda bersandiwara, Tante Linda! Aku sudah mengetahui semuanya sejak lama. Selama ini aku diam karena masih menghargaimu sebagai istri Papa dan juga aku tidak ingin membuat Papaku bersedih dan kecewa!” ucap Re
Revan langsung menjauhi sop buatan pelayannya setelah melihat istrinya mual mual. Dia panik karena Anjani lemas setelah memuntahkan cairan kuning."Sayang kamu kenapa? Saya panggilkan Dokter saja ya?" kata Revan.Namun bukannya merespons Anjani malah mendorong tubuh Revan agar menjauh darinya."Mas jangan mendekatiku, kamu bau. Aku nggak mau dekat-dekat sama kamu Mas!" ucap Anjani sambil menutup hidungnya.Revan kembali tercengang, baru kali ini Anjani melanggar aneh. "Iya Mas nggak mau mendekat tapi Mas panggilkan Dokter ya Dek?" "Nggak usah Mas, paling cuma masuk angin kok. Mendingan Mas Revan mandi aja deh bau nih!" usir Anjani.Dengan langkah gontai akhirnya Revan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Anjani sudah tertidur pulas ketika Revan baru ke luar dari kamar mandi.“Cepat banget tidurnya,” gumamnya. Revan segera turun ke bawah untuk sarapan.Kali ini dia sarapan sendiri tanpa ditemani Anjani. Saat pelayannya sedang membereskan sisa makanan, dia melihat tuan
Revan terdiam cukup lama mencerna kalimat dokter tersebut, sejurus kemudian tersadar dan bersorak gembira karena istrinya sedang hamil. Setelah dokter tersebut pergi, dia langsung menghampiri Anjani yang masih berbaring di ranjang."Sayang kamu ingin apa sekarang?" tanya Revan lembut."Kamu jahat Mas, hidung aku nggak bermasalah tapi kamu emang bau huhuhuhuhu.""Iya iya Sayang maaf Mas memang bau. Sekarang kamu mau makan apa Sayang? Makan ya, dari tadi perutmu belum terisi apa pun!" bujuk Revan."Aku mau ke menara Eifel Mas," rengek Anjani.Revan menghela nafas, Anjani menjadi lebih manja sejak hamil. Dia berusaha memakluminya apa lagi dulu saat kehamilan pertama Anjani dia tidak ada di sampingnya."Iya nanti kita ke sana ya, tapi sekarang kamu makan dulu. Kasihan bayi kita kalau kamu nggak makan Sayang," kata Revan."Bayi kita? Jadi aku hamil lagi Mas?" tanya Anjani tidak percaya."Iya Sayang kamu hamil. Dijaga ya Sayang, aku nggak mau kamu dan calon anak kita kenapa napa."Anjani te
Rasanya senang sekali bisa kembali pulang ke tanah kelahiran setelah satu bulan lebih diajak berkeliling Eropa. Apa lagi kali ini kami pulang bertiga. Ahh bahagianya, berangkat honeymoon berdua pulangnya bawa oleh-oleh momongan."Dek, nanti kita pulang ke rumah kita sendiri atau ke rumah Papa Agung?" tanya suamiku ketika kami sudah di bandara."Kita ke rumah Mama Mila saja ya Mas," jawabku dan diangguki suamiku.Bukan tanpa alasan aku mengajak Mas Revan pulang ke rumah Mama Mila terlebih dahulu karena walau bagaimana pun beliaulah yang menghadiahi kami paket bulan madu ini. Aku juga paham pasti beliau masih sangat merindukan dan masih ingin lebih lama bersama anak lelakinya ini setelah lama terpisah karena aku pun juga pernah merasakan apa yang Mas Revan rasakan.Namun sayangnya saat kami datang, rumah Mama sedang tidak kondusif. Tampaknya sedang terjadi keributan di dalam, siapa lagi penyebabnya kalau b