"Nak, Bibi mohon hentikan kegilaanmu sebelum kamu melangkah terlalu jauh," peringat bibi Nindi."Bibi tak perlu terlalu ikut campur masalahku. Bibi hanya perlu menampungku di sini sampai keadaan kembali aman," bantah Mayra.Bibi Nindi menghembuskan nafasnya kasar, keponakannya ini memang sangat keras kepala. "Ya sudah terserah kau mau berbuat apa, asal kau harus ingat jika penyesalan selalu datang terlambat, Nak!" "Aku tak pernah menyesal atas apa yang sudah aku lakukan!" ***Sementara di seberang sana, Fatma menangis tersedu sedu setelah mendengar percakapan Mayra dengan Nindi. Dia sengaja menelepon Nindi saat sedang bersama Mayra. "Aku gagal mendidik anak, aku gagal," ucapnya dalam kepiluan.Tiba tiba sang suami datang menghampirinya."Bun, kamu kenapa menangis seperti ini?" tanya Bekti sambil merangkul Fatma untuk duduk di sofa."Yah, kita gagal mendidik anak kita Yah. Anak kita sekarang salah jalan dan itu semua terjadi akibat kita memanjakannya.""Sudahlah, jangan disesali. K
Baik Revan maupun Anjani tak segera menjawab pertanyaan Hendra. Bagaimana mereka bisa memikirkan bulan madu kalau merasakan malam pertama saja belum mereka lakukan. Tiba tiba Linda datang dan memotong pembicaraan mereka. "Halah perut udah besar ngapain pakai bulan madu segala. Buang buang duit tahu nggak," ujar Linda ketus."Ma, uang Revan itu nggak akan habis walau mereka bulan madu keliling dunia. Lagian Papa tanyanya ke mereka kenapa Mama yang sewot?" ujar Hendra."Ihh siapa juga yang sewot. Dari pada buat bulan madu meningan noh sumbangjn buat panti asuhan. Lagian modelan miskin Anjani tuh nggak pantas diajak bulan madu," cerca Linda."Linda ...""Mah ... " ucap Hendra, Vina dan Revan bersamaan.Anjani yang sudah terbakar emosi langsung menyahut Linda. " Nyonya Linda yang terhormat, saya memang orang miskin. Saya juga tidak pantas untuk menginjakkan kaki di rumah semewah ini sebagai menantu anda, dan saya cukup sadar diri dengan posisi saya. Tapi maaf semiskin miskinnya saya, say
Sepanjang perjalanan Anjani hanya diam menyandarkan kepalanya ke belakang. Matanya tak henti menatap arah jalanan yang sudah lengang. Revan tahu Anjani sangat sedih dengan perkataan pedas mamanya. "Kita mampir ke taman sebentar mau nggak Jan?" tawar Revan."Ngapain?" tanya Anjani."Cuci mata bentar hehe ... ""Terserah kamu aja."Akhirnya mereka memutuskan mampir ke taman. Sesampainya di taman, mereka duduk di sebuah kursi bersisian. Mereka saling diam belum ada yang membuka percakapan."Aku pengen makan cilok!"Revan langsung menatap ke arah Anjani. "Coba ulangi sekali lagi kamu pengen apa?" tanya Revan mengulang."Aku pengen makan cilok Mas. Tolong cariin ya," ujar Anjani dengan mode puppy eyes."Kamu tahu nggak? Sebenarnya aku sangat membenci cilok tapi demi kamu dan calon bayi kita," ujar Revan mengelus perut Anjani."Jangan lupa yang pedas ya Mas hehe ... "Setelah beberapa saat akhirnya makanan yang diinginkan Anjani tiba. Dengan lahap dia memakan cilok itu hingga membuat Revan
Mata Anjani membelalak, dia ketakutan melihat kedatangan orang itu. "Dika, bukannya kamu sudah ditangkap polisi? Kenapa kamu masih berkeliaran di sini?" tanya Anjani kaget. "Tentu saja aku bisa bebas karena ada yang menjaminku Anjani. Jadi aku bisa terus mengejarmu," ujar Dika menyeringai. Tiba tiba dia dipanggil untuk masuk ke ruangan. Anjani bergegas meninggalkan sendirian di ruang tunggu. Setelah selesai memeriksakan kandungan, dia bergegas pulang. "Semoga Dika nggak ngikutin aku lagi,"gumamnya. Dia diantar oleh sopir utusan Revan. Di perjalanan, dia mengabari Revan kalau Dika sudah bebas. [Mas, tadi aku ketemu Dika waktu periksa. Katanya ada yang menjamin kebebasannya. Aku takut Mas!] [Kamu tenang saja Dek, biar aku yang mengurusnya. Kamu jangan banyak pikiran ya, miss you!] *** Sementara jauh di sana, Revan mengepalkan tangannya setelah tahu Dika bebas. "Kurang ajar, siapa yang berani membebaskan bajingan itu? Aku harus memperketat penjagaan di rumah Anjani." Dia bergeg
Anjani terkekeh mendengar tuduhan Dika. Dia sangat ingin mengikat mulut lemes Dika dengan karet jika dia bisa."Kau itu dari dulu tidak pernah berubah ya Dika, pandai sekali mengarang cerita. Kalau aku memang hanya menginginkan harta, pasti sudah dari dulu aku menjeratmu. Sayangnya aku bukan wanita picik yang gila harta semata." Dika kalah telak mendengar jawaban Anjani. Dia bungkam karena nyatanya Anjani memang wanita baik baik."Dan karena itulah aku menyesal pernah menduakanmu, jika anak dalam perutmu itu yang menjadi penghalangnya bersatunya kita maka aku akan melenyapkan anakmu itu. Tunggu saja waktunya tiba!" ancam Dika menyeringai."Jangan macam macam dengan anakku, Dika. Walau dia hadir karena sebuah tragedi yang tidak kami kehendaki, tapi aku menyayangi darah dagingku. Lebih baik kau pergi dari sini sekarang. Pak, usir dia menjauh dari sini!" Anjani lalu bergegas masuk ke dalam rumah.***Sedangkan Revan hari ini mengunju
Hari itu Linda sengaja ingin mengunjungi rumah Anjani mumpung Revan nggak ada di rumah. Linda mengomel ketika Anjani tidak segera membukakan pintu."Maaf Ma, tadi aku di dapur bikin makanan dan nggak bisa jalan cepat," tukas Anjani."Alah kamu tuh alasan aja bisanya. Bilang aja sebenarnya kamu nggak mau bukain pintu," ucap Linda sambil nyelonong masuk tanpa dipersilahkan yang punya rumah. Dia nggak datang sendiri melainkan mengajak Vina.Dia langsung duduk menyilangkan kakinya bagai nyonya di rumah. "Mama haus, tolomg buatin Mama minum," perintahnya."Iya Ma sebentar ya," ujar Anjani berlalu.Vina yang melihat sikap mamanya mencoba menegurnya. "Ma, jangan gitu dong sama Anjani. Ini tuh rumah dia Ma, Anjani juga lagi hamil besar dia pasti kesulitan beraktivitas. Mama jangan nyalahin Anjani terus dong, kasihan!" tegur Vina."Udah kamu meningan diam aja kalau nggak tahu apa apa, perempuan kayak Anjani tuh nggak boleh terlalu dimanja takutnya nanti nglunjak!" bantah Vina."Terserah Mama a
Anjani tersenyum mendengar cercaan mertuanya. Dia amat tergelitik dengan sikap mertuanya yang selalu mencari pembelaan saat sudah terpojok. "Bagaimana mungkin aku tidak menjadi durhaka sama mertua kalau mertuaku saja mengajariku untuk menjadi menantu durhaka?" "Kukira kau akan mudah ditindas, ternyata aku salah besar!" desis Linda. "Lalu anda berharap saya bagaimana Ibu Mertua?" "Kau ternyata seperti bunglon ya, pura pura lemah saat ada Revan," ujar Linda."Saya tidak harus berpura pura lemah untuk mendapatkan perlindungan Ma.""Aahhh sudahlah, pokoknya jangan sampai kamu menghamburkan uang anakku!" "Rencananya kami malah ingin melaksanakan bulan madu keliling eropa setelah melahirkan nanti," ujar Anjani terus memantik api.Linda yang ingin nyerocos kembali ditahan oleh Vina. "Ma sudahlah Ma, dari tadi Mama selalu saja berusaha menyudutkan Anjani. Mama jangan gitu dong, Mama boleh nggak suka sama Anjani tapi jangan gitu juga dong Ma!" tegur Vina kesal. Linda mendengus pasrah. Dia
Sore hari Anjani berencana ke supermarket terdekar untuk membeli perlengkapan mandi karena sudah hampir habis. Namun saat pulang dari dari supermarket, dia hampir diserempet pengendara motor."Astaghfirullah, untung nggak apa apa." Anjani sangat kaget, beruntung dia tidak sampai jatuh. Dia segera mengumpulkan kembali barang belanjaannya yang berceceran. "Ternyata begini akibat kalau mau ke luar nggak bilang suami," gumam Anjani. Dia segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, dia diberi kabar asistennya jika untuk sementara waktu akan digantikan dengan asisten rumah tangga yang lain. "Ya udahlah nggak apa apa, dari pada ngerjain pekerjaan rumah tangga sendirian nanti juga pasti juga kesulitan," gumamnya sendiri. Tak lupa dia juga membicarakannya pada Revan dan Revan menyetujuinya.***Pagi harinya, asisten pengganti sudah datang untuk mulai bekerja beberap hari ke depan. Dia bekerja dengan sewajarnya. Namun ketika Anjani sedang di kamarnya, Ina sang asisten baru itu bergegas menuan