Raisa membekap mulutnya tak percaya jika Arya akan melamarnya secepat itu.“Ar, kamu nggak bercanda kan? Kita baru kenal berapa hari?” “Tapi aku sudah yakin denganmu Sa, dan kuharap kamu mau menerima pinanganku. Aku memang bukan orang yang romantis tapi aku akan selalu berusaha untuk membahagiakanmu dengan caraku.”“Apa yang membuatmu memutuskan memilihku Ar? Bukankah kamu tahu sendiri kalau aku?” “Ya Sa, aku tidak melihat kelebihanmu, tapi aku ingin melengkapi kekuranganmu dan kita sama sama berjalan meniti kehidupan ini. Dan aku juga ingin kamu membuka mata dan menyadari jika masih ada lelaki yang jauh lebih tulus menerimamu. Bagaimana? Apa kamu bersedia?”Mata Raisa mengembun, dia terharu dengan setiap ucapan yang ke luar dari mulut Arya. Dia tidak menyangka akan dilamar oleh orang yang bahkan sebelumnya tidak dikenalnya.“Ya Ar, aku menerimanya!” Arya menaikkan sudut bibirnya. Dia lalu menyematkan cincin di jari manis Raisa. Setelahnya mereka melanjutkan acara makan malam romant
Kedua Alis Agung bertaut, tidak biasanya istrinya ini terus membahas Arya. “Nggak tahu Papa, kamu kenapa kok tiba-tiba nanya kayak gitu?” “Ya siapa tahu kalau pulang pulang kita langsung punya mantu ha ha ha…” seloroh Nurma.“Ooh jadi kamu pengen punya mantu nih?”“Ya iya dong Pa, apa lagi kalau anak kita yang satunya udah ketemu, wah pasti rame deh rumah!” ucap Linda.Tak terasa mereka sudah sampai di rumah besar mereka. Sopir membantu menurunkan barang barang mereka sedangkan Nurma langsung melangkah masuk ke dalam rumah.“Rumah ini masih sama seperti dulu ketika kami meninggalkan rumah ini, tidak ada yang berubah” gumam Nurma.“Kenapa kok melamun?” tanya Agung mengagetkan.“Ahh enggak kok Pa. Papa ngagetin aja deh. Eh iya, Arya ke mana ya Pa kok nggak ada?” tanya Nurma.“Paling masih di kantor Ma, ini kan jam kerja.” Nurma sontak melirik jam yang terpampang di dinding kemudian memasang jidatnya.“Mama lupa Pa he he!” Asisten mereka yang kebetulan baru pulang terkejut melihat ked
“Ini lho Pa si Arya bawa calon istri!” ujar Nurma berbinar.“Benarkah itu Arya? Sebaiknya kita persilahkan mereka duduk dulu Ma, kasihan tamu kita masa nggak disuruh duduk malah diomeli?” Seketika Nurma menepuk keningnya. Dia lalu mempersilahkan Raisa dan Arya duduk.“Arya, coba jelaskan sama Papa apa benar yang dikatakan Mamamu kalau kamu mau menikah?” tanya Agung memicingkan mata.“Iya Pa, Arya mau menikahi Raisa.” Sementara Raisa hanya menunduk saja.“Kamu nggak hamilin dia dulu kan Ar?” tanya Agung lagi“Enak aja, ya enggaklah Pa. Mana mungkin aku hamilin dia!” ucap Arya ngegas.“Biasa aja dong Ar. Terus kenapa kamu nggak bilang sama kami kalau mau menikah?”“Sebenarnya Arya mau kasih tahu tapi cari waktu yang tepat dulu Pa. Apa lagi Mama sama Papa kan masih di luar negeri, eh tahu tahu udah ada di rumah aja!”Mbok Ne
Alex yang tengah fokus menyelesaikan pekerjaannya terkesiap mendengar teriakan istrinya yang menggema ke seluruh ruangan kerja. Keningnya berkerut melihat tingkah istrinya yang mengamuk.“Ma, ada apa sih? Kenapa kamu berteriak seperti itu? Apa kamu nggak lihat kalau aku lagi kerja?”“Alex, apa maksud semua ini Lex? Siapa perempuan yang kamu panggil sayang itu?” tanya Rina sesampainya di ruangan kerja Alex.DegggAlex membatu di tempat. ‘Apakah dia sudah mengetahui kalau aku masih berhubungan dengan Linda? Tapi dari mana dia tahu?’ batin Alex.“Apa sih Ma maksud kamu?”“Jelaskan padaku siapa Linda? Kenapa dia sampai mengirimimu pesan mesra seakan akan kalian mempunya hubungan?” tanya Linda sambil menunjukkan ponsel Alex.Alex gelagapan dengan pertanyaan Rina, dia merutuki kebodohannya yang ceroboh menaruh ponsel sembarangan. “Rina, kembalikan ponselku Rin!” “Tidak sebelum kau menjawab pertanyaanku!” tegas Rina.“Emm Linda itu karyawan di kantor Papa, Ma!” ucap Alex gugup. Segagah dan
Dua hari berlalu setelah kepulangan Agung dan Nurma, Hendra mengundang mereka untuk makan malam bersama di rumahnya. Saat Hendra mengutarakan niatnya, Linda sedikit tidak menyetujuinya.“Ma, malam ini keluarga Agung akan datang ke sini untuk memenuhi undangan makan malam dari Papa. Persiapkan dirimu!”“Kenapa sih pakai acara makan malam segala Pa?” tanya Linda mendengus.“Kamu itu kenapa sih kok kayak anti banget sama keluarganya Agung? Mereka salah apa sama kamu?” Hendra bingung dengan sikap istrinya yang seperti tidak menyukai sahabatnya.“Yaa nggak ada sih tapi aku kurang nyaman aja Pa sama mereka!” ujar Linda.“Mah, tolong dong hargai sahabat Papa. Mau bagaimanapun mereka dulu pernah menolong Papa waktu merintis. Apa aku pernah melarangmu pergi bersama teman temanmu itu? Enggak kan? Tolong Ma sedikit saja mengerti aku!” ujar Hendra berlalu. ‘Aduh bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Jangan sampai mereka membuat rahasia besar ini terbongkar!’ batin Linda.Hendra segera membe
DegggAnjani tertegun, dia kembali teringat dengan perkataan Revan jika diberi kesempatan bertemu dengan orang tuanya. Namun dia buru buru menepis pikirannya, bisa saja ini hanya kebetulan.“Maaf Tante, saya tidak bisa menanggapi apapun karena tidak ada bukti yang bisa menguatkan jika saya ini adalah anak Tante,” ucap Anjani.“Anjani, tidakkah kamu menyadari adanya kemiripan wajah kita Nak?” tanya Nurma.Anjani hanya mengangguk lalu menunduk, dia bisa merasakan ikatan batin antara dirinya dengan Nurma.“Kamu tahu nggak kenapa Tante bisa sangat yakin kalau kamu anak Tante?” Anjani hanya menggeleng. “Karena Tante sudah melakukan tes DNA dengan sampel rambut kamu di luar negeri dan hasilnya kamu memang anak biologis Tante.”Anjani membekap mulutnya tak percaya, dari mana Nurma mendapatkan sampel rambutnya.“Tunggu, bukankah kita tidak saling mengenal sebelumnya Tan? Dari mana Tante
Linda terpaku di tempatnya, wajahnya seketika berubah menjadi pias. 'Bagaimana kalau mereka sampai menyelidiki dalang penculikan anak mereka dulu? Itu tidak boleh terjadi!' batin Linda. "Nak Revan, kami kan baru bertemu dengan putri kami. Sudikah kiranya Nak Revan mengizinkan kami membawa Anjani? Kami ingin kangen kangenan dulu sama Anjani," pinta Nurma. "Silahkan Tante, dengan senang hati Revan mengizinkannya. Kalau perlu kami akan pindah ke rumah kalian jika kalian menginginkannya!" ucap Revan. "Alkhamdulillah terima kasih Nak. Mulai sekarang panggil kami Mama dan Papa ya Nak karena kamu sudah jadi menantu kami," ujar Nurma antusias. "Nggak nyangka ya kita akhirnya besanan Hen," seloroh Agung. "Iya, aku juga nggak menyangka kalau jodoh Revan ternyata anak kalian," jawab Hendra tergelak. Mereka segera berpamitan pulang karena hari sudah mulai larut. Anjani dan Revan diminta satu mobil dengan Nurma dan Agung, sedangkan mobil Revan ditinggal di kediaman orang tuanya. Sepanjang
Pagi ini cuaca cerah, burung berkicauan seakan menggambarkan suasana hati Anjani yang sedang bahagia. Pagi pagi sekali setelah sholat subuh dia langsung berkutat di dapurnya. "Eh Nona siapa kok ada di dapur?" ucap Mbok Nem kebingungan. Dia belum tahu kalau Anjani itu anak majikannya karena semalam dia sudah terlelap."Selamat pagi Mbok. Saya Anjani, Mbok anaknya Bu Nurma," jawab Anjani sambil terus melakukan aktivitasnya."Jadi Nona anaknya Nyonya yang hilang dulu?" tanya mbok Nem girang. Anjani hanya mengangguk sambil tersenyum."Sudah lebih baik Nona duduk saja di sana biar Mbok Nem saja yang masak," bujuk Mbok Nem."Nggak apa apa Mbok, saya sudah biasa masak kok. Saya juga ingin memasakkan suami saya," mbok Nem.Tiba tiba Nurma menghampiri ke dapur. "Ada apa ini? Kenapa pagi pagi sudah ribut?" tanya Nurma."Ini Nyonya, Nona Muda memaksa masak Nyonya."Nurma langsung beralih menatap Anjani. "Sayang, kamu nggak perlu repot repot memasak, biarkan Mbok Nem saja yang memasak. Sudah sek