"Mama nggak mau tahu, pokoknya kamu nggak boleh menikahi perempuan Mama tidak akan pernah menyetujuinya."
"Walau Mama menolak pun aku akan tetap menikahi Anjani, Ma. Aku lebih tahu mana yang terbaik untukku!"
"Mama lebih setuju kamu menikah dengan Raisa dari pada dengan yang tidak jelas itu!"
"Nyatanya Mama yang lebih tidak jelas, menginginkan aku segera menikah tapi tidak mendukung dengan pilihanku."
Revan segera bangkit dari tempat duduknya untuk bersiap menuju perusahaan. Dia meninggalkan Linda sendirian. Sementara Linda memanggil Revan dengan suara yang kencang.
"Revaaaannnnnn ... "
***
Sepanjang perjalanan Revan terus termenung dalam lamunan. Dia sangat menyayangkan sikap mamanya yang terkesan egois dan tidak pernah mengerti perasaan anak anaknya. Dia terkenang dengan memori dua puluh sembilan tahun tahun lalu ketika ibunya memutuskan pergi.
***
Flashback
"Mama ... Mama ... jangan pergi Ma ... Rev
"Emm sebenarnya ini cuma inisiatifku saja sih Van, kebetulan tadi di rumah masak banyak jadi sekalian aja aku bekalin buat kamu. Semoga kamu suka ya Van. Kalau kamu suka dengan masakanku, aku nggak keberatan kok kalau setiap hari ke sini bawain kamu bekal." "Aku masih kenyang. Tolong segera bereskan semua makanan yang kamu bawa dan segera pergi dari sini!" ucap Revan datar. "Van, kamu kenapa nggak bisa menghargai aku sedikit saja sih? Aku udah capek capek nyiapin ini demi kamu loh Van. Aku bahkan mengorbankan jari jari tanganku yang lentik ini demi kamu Van!" Revan hanya melihat Raisa sekilas lalu kembali menatap layar laptopnya, "Aku tidak menyuruhmu untuk melakukan semua ini. Jadi kau tidak perlu repot repot membawakanku bekal. Oh ya kalau kau merasa tidak terima dengan perlakuanku, berhentilah mengganggu hidupku!" ucap Revan penuh penekanan. "Tidak Van, aku tidak akan pergi sebelum makanan ini habis!" tutur Raisa teguh pada pendiriannya. "Baik kalau itu maumu." Revan memencet
Raisa lalu membisikkan sesuatu ke Linda. Linda mengangguk dan tersenyum puas dengan rencana Linda."Aku yakin rencana kita pasti berhasil Tante, aku bisa jamin itu," ujarnya penuh percaya diri. "Iya Sa, terus kapan kita mulainya?" "Lebih cepat lebih baik Tante, pokoknya nanti Tante pura pura aja di depan Revan dan Anjani." "Tenang itu bisa diatur, yang pasti kita harus cari waktu yang tepat. Nanti deh Tante coba mampir ke perusahaan Revan dulu." "Iya Tante!"Raisa pamit pulang setelah perbincangan mereka usai."Hati hati di jalan ya Sa," ucapnya sambil cipika cipiki."Iya, Tante juga hati hati ya di jalan."Setelah Raisa pergi, Linda memulai sandiwaranya. Dia menghubungi Revan.Tutt tutt[Van, kamu ada di mana sekarang?][Lagi di perusahaan Ma!][Yaudah Mama ke sana sekarang!][Mau ngapain Mama ke sini? Kalau cuma mau ngajak ribut meningan nggak usah Ma. Revan butuh ketenangan buat kerja!][Enggak kok Van Mama cuma mau mampir kok, nggak mau cari ribut beneran deh!][Yaudah langsun
Linda mencebik mendengar pertanyaan Revan."Kamu kok gitu sih Van, Mama tuh cuma mau mengenal Anjani lebih dekat aja kan sebentar lagi dia bakalan jadi menantu Mama."Dia lalu melanjutkan bicaranya, "Mama pengen deh bantuin acara pernikahan kalian, boleh nggak Van?" tanya mama Linda penuh harap."Mama kesambet apa sih hari ini? Ini nggak biasanya lho. Bukannya Mama paling menentang ya selama ini?" ucap Revan penuh selidik."Van, niat Mama itu baik lho kamu itu jangan berburuk sangka teruslah sama Mama," protes mama Linda kesal."Iya iya yaudah kalau maunya Mama begitu Revan nggak masalah.""Nah gitu dong. Nanti kalau hari libur ajakin Anjani main ke rumah ya, mau ngobrol ngobrol sama dia!""Iya nanti Revan usahain Ma."***Sepulangnya dari kantor Revan tidak langsung menuju apartemennya melainkan ke rumah Anjani. Dia ingin menyampaikan kabar gembira ini ke Anjani. Dia menghampiri Anjani yang tengah memasak untuk maka
DeegggJantung Linda berdetak hebat.'Sialan siapa yang berani mengirim pesan ancaman ini?' batin Linda.Linda hanya mengabaikan pesan ancaman itu."Apa jangan jangan dia-""Dia siapa Ma?" ujar Hendra.Linda tersentak karena Hendra tiba tiba datang dan menimpali ucapannya."Eh eng-enggak kok Pa, ini lho aku tadi pas buka sosial media terus ada yang lewat di beranda kayaknya aku kenal.""Kirain apa, yaudah Papa mau bersih bersih setelah itu kita makan malam.""Iya Pa aku siapin baju ganti ya!"'Sialan, hampir aja ketahuan. Aku harus segera mencari tahu pengirim pesan ini,' batin Linda.Dia segera membuka lemari untuk mengambilkan baju untuk suaminya. Saat dia sedang menunggu suaminya yang sedang mandi, dia mendapat pesan ancaman lagi.'Sialan, siapa sebenarnya orang ini? Bukankah dia sudah pergi jauh dari negara ini?' ***Di seberang sana, Revan yang baru saja tiba di apartemen juga mendapat teror.Ting [Yang kamu lihat baik belum tentu baik dan yang di depanmu baik belum tentu dia
Linda tersentak dengan penolakan Hendra. Menurutnya Hendra masih cukup gagah dan kuat jika untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Dia tidak bisa menyalurkan hasratnya pada Alex karena pria itu sekarang sedang di luar negeri mengurus pekerjaan."Kenapa nggak bisa Pa? Kamu sudah lama nggak menyentuhku lho Pa. Aku rindu sentuhanmu!" rengek Linda memprotes."Aku impoten Ma." Linda terkejut dengan pengakuan suaminya."Apa? Kamu impoten? Sejak kapan?" tanya Linda lemas."Sudah lama sekali Ma, makanya aku tidak pernah menyentuhmu," tutur Hendra menghela nafas panjang."Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang Pa? Kenapa nggak dari dulu?" "Maafkan aku Ma, aku terpaksa!"Linda mendengus kesal, "Huh yaudah deh kalau gitu Mama mau tidur aja!"Linda tidur membelakangi Hendra sementara Hendra nampaknya tidak terlalu peduli. Hati Linda sangat dongkol karena saat ini dia sangat ingin berhubungan namun suaminya menolaknya karena ternyata impoten.'Alex aku butuh sentuhanmu,' jerit Linda dalam hati. *
Mayra membaca dengan hati-hati pesan yang dia terima. "Nomor siapa ini? Kenapa tiba-tiba orang ini mengirim pesan seperti ini? Apa jangan sampai dia ingin melihat kehancuranku? Tapi siapa?" Mayra lalu mengabaikannya. Dia termenung mengenang masa lalu sebelum dia berselingkuh. Bayangan demi bayangan kebersamaan mereka selalu terngiang di benak Mayra Kilas balik. "Ra, kalau kita nikah kamu mau konsep pernikahan seperti apa?" tanya Revan. "Aku pengennya sih kita ngadain pernikahan di ruang yang terbuka aja Van. Di tepi pantai dan menyatu dengan alam bebas," pinta Mayra. "Sesuai keinginan Tuan Putri," ujar Revan bercanda. *** Dua minggu sebelum acara pernikahan berlangsung, Revan mendapat kabar jika Anjani menghilang. Dia mencoba menghubungi Mayra namun sayang ponselnya pun tidak bisa aktif. Mayra menghilang menjelma ditelan bumi. Dia seperti sengaja ingin pergi dari hidup Revan. "Kurang ajar, kemana Mayra pergi? Kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi? Bahkan media sosialnya pun ti
"Apa katamu? Dijebak? Tapi nyatanya yang kulihat kalian saling menikmati permainan ini, lalu kau sekarang mengatakan jika dirimu dijebak?" ujar Revan tak habis pikir.Gibran yang sedari tadi hanya diam menyimak akhirnya ikut menimpali, "Mayra sayang bukankah kita melakukannya secara sadar? Bukankah katamu kau tidak sabar ingin segera meninggalkan lelakimu itu dan menikah denganku lalu kita hidup bahagia?" ujarnya."Diam kamu Gibran jangan memperumit masalah yang ada," sentak Mayra.Revan langsung menuju ke arah Gibran dan memberinya bogem mentah.Bugghhh"Ini untuk pengkhianat!"Bughh "Ini untuk pendusta!"Bughh"Ini untuk sahabat yang suka menusuk dari belakang!""Aaaaaaaaa ... Revan hentikan Revan kamu bisa membunuhnya, sudah cukup Revan," ujar Mayra yang lalu menengok ke arah Reno dan Andre. "Kalian kenapa diam saja cepat hentikan Revan!" Namun sayangnya semua orang hanya diam tanpa berniat mau melerainya.BughBughBugh "Dan ini untuk bajingan sepertimu!" teriak Revan.Gibran me
"Apaan kamu Mayra? Kamu sudah berani terang terangan menunjukkan kepedulianmu dengan bajingan itu di depan Ayah?" murka Bekti. "Ayah aku juga mencintai Gibran Yah tolong jangan sakiti dia lagi!" mohon Mayra. "Berdiri kamu sekarang! Tidak pantas seorang wanita yang sebentar lagi akan menikah malah membela lelaki lain," sentak Bekti. "Tidak mau Yah, aku tidak akan meninggalkan Gibran." Mayra lalu menengok ke arah Revan, "Sudah puas kamu bikin Ayah jadi murka denganku? Puas kamu Van? Gara gara kamu Gibran sampai babak belur seperti ini!" Revan tersenyum miring, "Kamu begitu tidak terima ketika selingkuhanmu ini terluka, tapi kamu lupa jika di sini aku yang lebih terluka karena pengkhianatanmu. Bahkan luka yang kamu buat di hatiku masih berlipat lebih sakit dari pada yang kamu rasakan selingkuhanmu saat ini. Jadi, berhentilah menyalahkanku seolah aku yang menjadi penyebab kekacauan ini. Andai kamu tidak bermain serong di belakangku mungkin hari ini tidak akan pernah terjadi peristiwa