"Apa katamu? Dijebak? Tapi nyatanya yang kulihat kalian saling menikmati permainan ini, lalu kau sekarang mengatakan jika dirimu dijebak?" ujar Revan tak habis pikir.Gibran yang sedari tadi hanya diam menyimak akhirnya ikut menimpali, "Mayra sayang bukankah kita melakukannya secara sadar? Bukankah katamu kau tidak sabar ingin segera meninggalkan lelakimu itu dan menikah denganku lalu kita hidup bahagia?" ujarnya."Diam kamu Gibran jangan memperumit masalah yang ada," sentak Mayra.Revan langsung menuju ke arah Gibran dan memberinya bogem mentah.Bugghhh"Ini untuk pengkhianat!"Bughh "Ini untuk pendusta!"Bughh"Ini untuk sahabat yang suka menusuk dari belakang!""Aaaaaaaaa ... Revan hentikan Revan kamu bisa membunuhnya, sudah cukup Revan," ujar Mayra yang lalu menengok ke arah Reno dan Andre. "Kalian kenapa diam saja cepat hentikan Revan!" Namun sayangnya semua orang hanya diam tanpa berniat mau melerainya.BughBughBugh "Dan ini untuk bajingan sepertimu!" teriak Revan.Gibran me
"Apaan kamu Mayra? Kamu sudah berani terang terangan menunjukkan kepedulianmu dengan bajingan itu di depan Ayah?" murka Bekti. "Ayah aku juga mencintai Gibran Yah tolong jangan sakiti dia lagi!" mohon Mayra. "Berdiri kamu sekarang! Tidak pantas seorang wanita yang sebentar lagi akan menikah malah membela lelaki lain," sentak Bekti. "Tidak mau Yah, aku tidak akan meninggalkan Gibran." Mayra lalu menengok ke arah Revan, "Sudah puas kamu bikin Ayah jadi murka denganku? Puas kamu Van? Gara gara kamu Gibran sampai babak belur seperti ini!" Revan tersenyum miring, "Kamu begitu tidak terima ketika selingkuhanmu ini terluka, tapi kamu lupa jika di sini aku yang lebih terluka karena pengkhianatanmu. Bahkan luka yang kamu buat di hatiku masih berlipat lebih sakit dari pada yang kamu rasakan selingkuhanmu saat ini. Jadi, berhentilah menyalahkanku seolah aku yang menjadi penyebab kekacauan ini. Andai kamu tidak bermain serong di belakangku mungkin hari ini tidak akan pernah terjadi peristiwa
Revan menoleh ke arah spion dan benar saja ada mobil yang sedang mengikuti mereka. Dia segera menghubungi Reno saat itu juga. [Reno, segera susul saya ada mobil yang mengikuti saya dari belakang!] [Baik Tuan.] Anjani gelisah karena mobil itu tak juga berhenti mengikuti. Sedangkan Revan berusaha mencari jalan lain dengan cara sedikit ngebut agar mereka tidak mengikutinya lagi. Tiba tiba dari belakang beberapa mobil mengepung mobil yang mengikuti Revan. "Sepertinya itu anak buah Reno," gumamnya. Revan berhenti dan mengajak Anjani turun. Penguntit Revan dan Anjani sudah dikepung oleh anak buah Reno. Dia tidak bisa berkutik karena kalah jumlah. "Bawa dia ke markas, sementara kalian utus dulu saya mau ke kota sebelah mengantar calon istri saya!" "Baik Tuan." Setelah itu mereka berdua melanjutkan perjalanan. Revan berinisiatif mampir ke salah satu toko perlengkapan sekolah untuk membeli beberapa tas dan alat untuk belajar. Sesampainya di panti, mereka disambut oleh anak anak dan ju
Ratin naik pitam mendengar ucapan Anjani. Dia benar benar murka karena Anjani berusaha menghalangi niatnya untuk menikahkan Dina pada juragan Darno.“Apa kamu bilang? Adik katamu? Kalau kamu memang menganggap Dina itu adikmu harusnya kamu mau berkorban untuknya. Bukan malah pergi dan tidak mau tahu tentang masalah keluarga ini. Kalau saja kamu mau menikah dengan Juragan Darno tidak mungkin ibu memaksa Dina untuk menikah!” pekik Ratin.Anjani mendadak teringat sesuatu, “Tunggu sebentar, bukankah kemarin Ibu bilang Dina kecelakaan? Lalu kenapa Ibu masih memaksa Dina untuk menikah?” tanya Anjani menyelidik.“Y-ya, Dina memang kecelakaan saat mencoba kabur. Dan sekarang karena ulahnya itu kami harus mencari biaya untuk operasinya. Semua ini gara gara kamu!” ujar Ratin sedikit gugup.“Sekarang di mana Dina, Bu? Aku mau bertemu dengannya.”“Untuk apa kamu mau ketemu sama Dina? Masih peduli sama adikmu itu?” ujar Ratin sengit.Belum sampai Anjani menjawab tiba tiba Dina datang.“Assalamualai
Di seberang sana, Raisa yang baru saja pulang dari salon mendadak mengamuk setelah mendapat laporan dari seseorang. [Apa? Kok bisa? Kalian itu gimana sih kerjanya kok nggak becus?] [Kami dikepung anak buah Reno, Bos. Untung saja saya bisa segera kabur.] [Pokoknya kalau sampai misi yang saya berikan gagal, gaji kalian nggak akan turun!] Tuttt Raisa mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dia marah besar karena mata mata yang dia utus untuk mengikuti Revan ketahuan. Prangg “Aaaarrrgghhh sial sial sial ... kurang ajar si Reno, berani beraninya dia mencampuri urusanku, aku harus melakukan sesuatu.” Raisa membanting vas bunganya ke lantai sampai pecah. Widya yang mendengar bunyi barang pecah segera menghampiri kamar putrinya. “Nak, kamu kenapa memecahkan vas bunga Nak? Ada apa, ayo cerita sama Mama!” “Rencanaku gagal Ma, berantakan. Revan pasti sudah tahu kalau semua kerjaanku!” ungkap Raisa penuh amarah.Widya mengeryitkan keningnya, “Memangnya apa yang sedang kamu rencanaka
POV REVANMenghamili seorang wanita suci yang bahkan tidak kukenal sebelumnya adalah hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Karena pengaruh obat yang diberikan oleh rekan bisnisku malam itu, kini akhirnya perempuan malang itu harus mengandung benihku. Ah andai waktu bisa terulang rasanya aku ingin membatalkan saja rencana kerja sama itu karena ternyata itu hanya jebakan semata.Pucuk dicinta ulam pun tiba. Setelah beberapa bulan aku mengerahkan orang untuk mencari perempuan itu akhirnya Tuhan mempertemukan kami dengan cara yang tidak biasa. Ternyata dia bekerja di perusahaanku dan yang lebih membuatku terkejut ternyata dia sudah hamil besar. Saat itu aku merasa takdir tidak berpihak padaku dan perempuan itu karena setelah peristiwa malam itu aku harus buru buru meninggalkan negara ini untuk mengurus bisnis di luar negeri. Tanpa basa basi aku langsung memanggilnya ke ruanganku.“Andre, apakah menurutmu perempuan itu akan memaafkanku? Aku ini lelaki yang sangat bejat dan tidak b
Sedangkan di rumah Hendra, Linda sengaja menelepon Raisa agar datang.“Akhirnya kamu datang juga sayang. Ayo sini duduk dekat Tante,” ujar Linda sambil menunjuk sofa yang ada di dekatnya. “Ah iya ini calon istrinya Revan juga ada di sini lho tadi Tante suruh Revan anterin,” ujar Linda pada Raisa. Raisa memindai penampilan Anjani yang menurutnya selalu menyaingi Raisa.“Iya Tante, hai Anjani kita ketemu lagi,” ucapnya penuh seringai.“Iya Mbak-“ Anjani menjeda kalimatnya.“Raisa,” sahut Linda memperkenalkan Raisa.“Jadi kalian sudah saling mengenal ya rupanya? Tante kira belum,” tanya Linda memulai pembicaraan.“Iya Tante, kami tidak sengaja bertemu di toko perhiasan waktu itu,” ujar Raisa.“Jadi gitu ceritanya. Anjani, Raisa ini teman Revan sejak kecil. Sebenarnya kami ada rencana menjodohkan keduanya karena mereka itu udah cocok dan juga sepadan dengan kami. Tapi ya mau bagaimana lagi jodoh nggak ada yang tahu,” ucap Linda dengan nada yang sengaja dibuat buat. “Nggak apa apa kok Ta
“Ya karena di sini masih kosong Van jadi aku tempatin,” ujar Raisa berkelit.“Kursi lain masih banyak yang kosong, kalau kau tidak mau pindah biar aku saja yang pindah!” Revan lalu berpindah ke kursi sebelah Anjani. Linda tak berani menegur karena takut anaknya itu marah lagi. Saat Anjani ingin mengambilkan nasi untuk Revan Raisa langsung menyerobot.“Biar aku saja yang mengambilkan nasi untuk Revan Jani, kasihan kamu lagi hamil besar nanti kerepotan!” ujar Raisa dengan senyum penuh kepalsuan.“Maaf Raisa aku rasa mengambilkan nasi untuk calon suamiku bukanlah pekerjaan yang berat, aku masih bisa melakukannya sendiri. Terima kasih bantuannya.” Revan tersenyum samar sementara Raisa mengepalkan tangannya di bawah meja.Sebenarnya nafsu makan Revan sudah hilang namun demi menghargai Anjani dia tetap memaksakan makan. Dan setelah acara makan siang selesai, Revan langsung mengajak Anjani pulang.“Van, bisa nggak kalau sekalian kamu antar Raisa? Seingat Mama tujuan kalian searah deh,” tany