Setelah mempersilahkan perempuan itu masuk dan membuatkannya minuman, Ratin kembali bertanya, “Siapa anda sebenarnya? Seingat saya, saya tidak mengenal anda.”Dia tak langsung menjawab pertanyaan Ratin. Dia berdehem memulai pembicaraan.“Perkenalkan saya Widya dan anda sudah tentu memang tidak mengenal saya karena saya juga bukan berasal dari sini, saya masih satu daerah dengan Anjani."Ratin terperanjat karena Widya datang membawa nama Anjani. Dia segera menguasai dirinya dan meneruskan pembicaraan."Dari mana anda tahu alamat rumah saya?" “Saya mengetahui alamat anda dari seorang kenalan,” jawab Widya.“Lalu apa tujuan anda datang ke sini?” tanya Ratin to the poin.“Apakah anda orang tua Anjani?” “Iya benar, saya memang ibunya. Ada apa?” selidik Ratin.“Saya dengar dia hamil sebelum menikah ya? Apa itu benar?” "Ya, itu memang benar. Tapi tunggu, kenapa anda sampai harus jauh jauh ke sini hanya untuk mencari tahu informasi tentang Anjani?” sahut Ratin menyipit.“Saya hanya ingin m
Sementara di kota lain, setelah mengantar Raisa pulang, Anjani meminta Revan untuk mengantarkannya berbelanja kebutuhan dapur."Kita beli di supermarket dekat rumah saja ya," ajak Revan.Sesampainya di supermarket Anjani langsung bergegas mencari bahan makanan untuk persediaan di kulkas. Setelah selesai mencari sayur dan daging dia bergegas ke stand buah buaha. Namun saat sedang asyik memilih buah,secara tak sengaja Anjani di tabrak oleh seseorang.Brukkk"Maaf Mbak saya nggak sengaja," ucap penabrak itu sambil membantu Anjani bangun. "Aduh hati hati dong Mas, kalau kandungan kenapa kenapa memangnya situ mau tanggung jawab?" Namun saat Anjani mendongak ternyata yang menabraknya adalah Valdi."Lho Anjani, ternyata kamu. Akhirnya kita bertemu lagi. Kamu ke mana aja selama ini? Kok nomor kamu juga udah nggak aktif?" tanya Valdi dengan raut wajah sumringah."Hehe iya Val, emm aku habis pulang kampung. Eh udah dulu ya aku mau lanjut belanja dulu," ucap Anjani menghindar."Mau aku temanin
Sementara itu Revan tidak kembali ke perusahaan melainkan langsung mengajak Valdi untuk bertemu. Dia mengirim pesan pada Valdi sebelum berangkat.[Temui aku di kafe bintang sekarang!]"Aku tidak boleh lengah. Takkan kubiarkan Valdi leluasa mendekati Anjani apapun alasannya!" gumamnya sambil melajukan mobil.Mereka janjian di sebuah kafe bintang. Sesampainya di sana, Revan langsung memesan minuman sambil menunggu Valdi yang belum datang.Setengah jam berlalu belum ada tanda tanda kedatangan Valdi."Sial, anak itu selalu saja membuang buang waktuku!" desisnya.Akhirnya Valdi datang setelah beberapa saat."Oh Kakakku sayang, apakah kau sudah lama menungguku? Maaf aku terlambat, kamu tahu sendiri jalanan sangat macet ha ha ha!" ujarnya sambil duduk.Revan hanya berdehem, Valdi langsung memesan minum untuk menghilangkan dahaga. Dia melirik Revan yang masih sibuk dengan ponselnya memutuskan untuk menunggu Revan menyelesaikan pekerjaan. Setelah pesanan Valdi datang dia langsung meminumnya."
Revan langsung menarik kerah baju Valdi. Dia sedikit terpancing emosi Valdi."Kau jangan mencoba mempermainkanku Valdi! Aku tahu kau tidak menyukaiku tapi jangan kau libatkan Mama dalam rencana rencanamu!" tukas Revan.Valdi melepas cengkraman tangan Revan, "Santai aja dong Kak jangan ngegas gitu dong. Kalau aku tidak melihat sendiri mana mungkin aku berani memberi tahumu. Jauh sebelum tanggal pernikahan kalian ditentukan aku pernah mendengar Tante Linda berbicara dengan seseorang," ujar Valdi.Revan masih mengatur emosinya yang hampir meledak. Dia tidak boleh gegabah dan terpancing lagi agar bisa dapat informasi."Apa yang mereka bicarakan?""Aku sedikit lupa tapi inti dari pembicaraan itu Tante Linda ingin memisahkan kamu dengan Mayra!" ujar Valdi."Apakah perkataanmu bisa dipertanggung jawabkan?" ucap Revan sedikit ragu."Lebih baik Kakak segera menyelidikinya. Aku tahu Kak Revan sering bertengkar dengan Tante belakangan ini
Aku tergagap mendengar pertanyaan Revan. Aku harus segera memutar otak untuk mencari alasan yang tepat agar Revan tidak bertanya lagi. Sial, kenapa Revan selalu datang di saat yang tidak tepat."Emm Mama ada urusan mendadak Van, Mama pergi dulu ya. Bye sayang!" "Nggak diantar sopir aja Ma? Atau mau aku antar?" tawar Revan padaku."Tidak usah Van, Mama pergi sendiri aja. Lagian sopirnya juga nggam ada kayaknya. Kamu istirahat aja kan baru sampai, kasihan pasti kamu lelah," ucapku sambil berlalu ke dalam mobil.Aku segera menginjak gas agar Revan tidak menodongku lagi. Aku memilih untuk menyetir sendiri alih alih diantar sopir agar tidak ada yang mengetahui tujuanku. Aku tak ingin rahasiaku selama ini gagal. Setelah sampai di hotel aku bergegas bertanya ke resepsionis bookingan atas nama Alex. Setelah aku mendapatkan kunci aku segera meluncur ke ruang yang sudah dibooking Alex. Saat aku sampai di dalam ruangan ternyata Alex sedang bersantai di ranjang sambil memainkan ipadnya."Sudah
Sementara itu, Revan yang sengaja pulang ke rumah utama langsung mencari keberadaan mbok Sum. Dia menuju dapur karena mbok Sum sedang mempersiapkan bahan untuk memasak."Mbok Sum lagi ngapain?" Mbok Sum yang terkejut refleks melakukan gerakan pencak silat yang membuat Revan tertawa terpingkal pingkal."Aduhhh Tuan Revan ini bikin kaget Mbok Sum saja deh," ucapnya lalu mengelus dada."Maaf Mbok, sengaja hihihi. Eh iya Mbok aku mau tanya sesuatu sama Mbok Sum boleh nggak?" "Mau tanya apa Tuan?" "Mbok Sum dulu kerja ikut Papa udah berapa lama?" "Udah lamaaaa banget Tuan. Jauh sebelum Tuan Hendra dan Nyonya Mila menikah ehh." Mbok Sum langsung menutup mulutnya karena keceplosan. "Mila itu siapa Mbok?" tanya Revan penasaran. "Emmm nggak tahu Tuan, udah dulu ya Tuan Mbok mau masak dulu keburu malam," ucapnya mengalihkan pembicaraan.'Sepertinya ada yang disembunyikan Mbok Sum dariku!' batin Revan."Mbok tolong buatkan saya kopi dan antarkan ke ruang kerja saya!" ucap Revan sambil mela
Revan terdiam agak lama, dia masih belum sepenuhnya bisa menerima informasi yang baru saja dia terima. Benang kusut yang dia urai belum menemukan dasar solusinya. Dia sampai bingung bagaimana caranya membujuk mbok Sum agar mau bercerita. Terlintas ide di kepala Revan.'Aku harus melakukan tes DNA secara diam-diam!' batin Revan."Ayolah Mbok katakan yang sejujurnya di mana Ibu kandungku, apa Mbok Sum tidak kasihan denganku? Lihat Mbok selama ini Mama selalu memperlakukanku berbeda dengan Vina!" katanya memelas.Mbok Sum mendesah, "Saya tidak tahu pasti di mana Ibu kandung Tuan Revan, yang saya tahu dulu sewaktu Tuan Revan masih bayi dan Tuan Hendra mengadakan perjalanan bisnis ke luar negeri, saya mendengar Nyonya Besar ingin menyingkirkan Nyonya Kamila dan menggantikannya dengan Nyonya Linda. Dan kebetulan saat itu Tuan Hendra sempat mengalami kecelakaan sampai hilang ingatan Tuan. Hanya itu yang saya tahu karena saat itu saya hampir ketahuan, sebaiknya Tuan tanya saja langsung sama T
"Jaga bicaramu Dika, aku memutuskan hubungan denganmu bukan karena aku menjadi istri simpanan tapi karena aku tidak mau menjalin hubungan dengan pengkhianat yang berani berselingkuh di belakangku. Selain itu kami juga pasti sudah menyadari jika keluargamu juga tidak menyetujui hubungan kita bukan? Orang tuamu saja bahkan dengan terang terangan menghinaku di depan orang banyak. Aku sungguh sakit hati dengan perlakuan kalian Dika!" jawab Anjani lantang."Aku menyesal Anjani, maafkan aku. Saat ini aku datang ingin mengajakmu untuk kembali merajut asmara bersamaku lagi Anjani. Aku akan berusaha untuk membahagiakanmu dan aku tidak akan mengecewakanmu lagi, dan aku akan memastikan mereka tidak menyakitimu lagi," bujuk Revan."Apa kamu pikir aku ini sendal yang bisa kamu pakai dan lepas sesukamu? Tidak, aku tidak mau!" "Apa karena kamu sudah mendapatkan yang lebih baik dariku? Jangan bangga kamu karena jadi simpanan Om Om, lebih baik sini bersamaku, aku siap menerima anak yang kamu kandung!
"Makanya buruan nikah Val, biar Mama punya banyak cucu," celetuk Nurma. "Ahh bentar lah Ma, masih pengen sendiri dulu. Biar bebas nggak ada yang melarang," jawab Valdi santai. "Padahal nikah itu enak lho Val, keperluan apapun sudah ada yang menyiapkan, mau makan tinggal minta di masakin. Malamnya juga dapat servis, rugi lho kalau nunda-nunda," ujar Revan memprovokasi. "Gampanglah ntar kalau udah ada calonnya pasti nikah kok. Secara iparmu yang ganteng kan juga jadi incaran para Mama mertua, jadi tinggal pilih aja kalau udah kepingin menikah" ucap Valdi percaya diri. "Huu dasar kepedean!" sahut Anjani dan Arya. "Eh bentar, ini anak kalian mau dinamai siapa?" tanya Mila tiba-tiba. Semua yang ada di ruangan itu menepuk keningnya karena lupa jika bayinya belum di beri nama. "Emm, sesuai kesepakatan kami berdua, anak yang kami yang cowok kami namai Kalandra Adi Purnomo dan yang cewek namanya Alindra Putri Purnomo," jawab Revan. *** Setelah beberapa waktu mereka semua pamit undur di
Revan memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia ingin segera sampai di rumah sakit secepatnya."Ayolah kenapa mereka lemot sekali? Nggak tahu orang lagi darurat apa?" gerutunya sambil berusaha menyalip kendaraan di depannya.Sesampainya di rumah sakit, dia bergegas menuju ruang operasi. Dia meminta izin pada dokter agar diperbolehkan menemani istrinya yang sedang berjuang."Boleh Tuan, tapi harap jangan mengganggu jalannya operasi ya, Tuan!" kata dokter."Baik, Dok."Revan segera memakai baju steril yang sudah disediakan dan segera masuk ke ruang operasi."Mas Revan," sapa Anjani dengan lirih dan lemah.Revan segera mendekat dan menciumi Anjani yang sedang berbaring di meja operasi."Sayang, kamu harus kuat demi aku dan kedua anak kita," ucap Revan menguatkan Anjani.Revan tidak beranjak dari sisi Anjani selama operasi. Saat bayi pertama berhasil di keluarkan, Revan sempat mematung mendengar suara tangis bayinya."Anakku," ucapnya lirih.Disusul ke luarnya bayi kedua
Alex akhirnya ditangkap oleh anak buah mertuanya sendiri dan sekarang sedang diberi pelajaran oleh Pranoto. Pranoto benar-benar merampas semua aset milik Alex hingga Alex jatuh miskin. Tidak hanya itu dia juga terjerat dengan pasal berlapis. Dia tidak bisa berkutik lagi karena semua hartanya habis tak bersisa.Suami Vina berinisiatif mengajak Vina menjenguk Alex ke lapas. Bagaimana pun juga, Alex merupakan ayah kandung Vina. Alex sangat terkejut dengan kedatangan Vina dan suaminya."Nak, kamu datang menjenguk Ayah, Nak?" tanya Alex berkaca. Kini dia sadar jika keluarga lebih berarti dari segalanya."Aku datang atas permintaan suamiku. Ini aku bawakan makanan untukmu, perbaikilah dirimu dan bertobatlah. Walau bagaimana pun kau tetap ayah kandungku, meskipun kehadiranku mungkin tidak kau harapkan!" ucap Vina tanpa menoleh ke arah Alex sedikit pun. "Maafkan Ayah, Vina. Ayah sudah menoreh luka terlalu dalam di hidupmu, aku tidak pantas disebut ayah," ucap Alex tergugu. "Setidaknya aku
Revan menghentikan gerakannya sejenak dan menatap Anjani dengan lekat."Ada angin apa tiba-tiba kamu ingin mengajak Mayra bertemu, hm?" tanya Revan lembut."Aku ingin berbicara dari hati ke hati dengan Mayra, Mas. Rasanya aku masih punya beban karena bahagia di atas derita orang lain," jawab Anjani.Revan hanya menanggapi ocehan Anjani dengan senyuman. Dalam hatinya sangat bangga dengan sifat istrinya yang masih memedulikan orang lain walau sudah menyakitinya secara fisik dan mental."Kamu yakin? Tapi kan dia yang sudah membunuh anak pertama kita, Sayang. Apa kamu nggak takut dia akan kembali melakukannya?" tanya Revan hati-hati."Kan ada kamu, Mas. Aku yakin kamu nggak akan membiarkanku dan anak-anak kita dalam bahaya," jawab Anjani dengan mantap."Terima kasih sudah percaya padaku Sayang. Tapi kamu harus tahu kalau Mayra sekarang berada di rumah sakit jiwa. Dan aku tidak mau mengambil risiko kalau kamu tetap ngotot ingin menemuinya.
DeggggPengakuan Gibran membuat Linda menjadi terkejut. Dia sama sekali tidak mengira jika Gibran akan menaruh hati pada Mayra."Kalau kau memang mencintai Mayra, kenapa kau mau menuruti perintahku untuk menghancurkan hidupnya dan menjauhinya?" tanya Linda nanar."Apa Tante sudah melupakan sesuatu?" tanya Gibran balik.Flashback On"Tante, apa tidak sebaiknya aku menikahi Mayra saja? Aku rasa sepertinya aku sudah terlanjur mencintainya. Aku berjanji tidak akan pernah membiarkannya kembali mengejar Revan, Tante!" ujar Gibran meminta pertimbangan."Tidak, kau tidak boleh menikahinya. Mayra harus menderita karena sudah berani menentangku dan terus berhubungan dengan Revan. Awas saja kalau sampai kau berani menikahi Mayra, Gibran. Di sini, akulah yang berhak memutuskan segalanya. Dan kamu hanya harus tunduk di bawah perintahku!" Flashback off"Dengan pongahnya kau memintaku meninggalkan Mayra di saat aku sudah mulai mencintainya. Apa kau pikir itu tidak menyakitkan bagiku, Tante Linda?"
Sementara di sisi lain, kondisi Mayra semakin mengenaskan setelah dia ke luar dari tempat penyiksaan. Anak buah Reno sengaja menyiksa mental Mayra hingga dia berubah menjadi tidak waras. Dia sering menangis dan tertawa dengan tiba-tiba."Revan, coba lihat anak kita cantik sekali ya seperti aku. Kamu nggak mau gendong dia Van? Coba deh Van lihat anak kita," ucap Mayra sambil menggendong boneka dan menyodorkannya pada penjaga. Kedua orang tua Mayra sengaja memperkerjakan penjaga untuk menjaga Mayra agar tidak kabur. "Pa, bagaimana ini Pa? Anak kita seperinya sudah gila, Pa? Segera lakukan sesuatu Pa, aku tidak bisa melihatnya seperti ini lebih lama," ucap Fatma sambil menangis."Tidak ada cara lain lagi Ma, kita harus membawa Mayra ke rumah sakit jiwa."Mau tidak mau akhirnya Fatma harus rela jika Mayra dibawa ke rumah sakit jiwa. Polisi juga tidak menangkap Mayra kembali dengan alasan Mayra sakit jiwa. Setiap hari Mayra selalu meracau dan menganggap setiap lelaki yang melintas di de
Ucapan wanita itu seketika menarik perhatian khalayak. Mereka segera mendekat untuk menyaksikan perseteruan yang terjadi."Anda ini siapa kok main menuduh istri saya? Apa tidak mali berteriak di muka umum?" tanya Revan."Asal kamu tahu, saya calon istri Dika. Kami akan menikah sebentar lagi atas perjodohan yang dilakukan oleh Kakek Pranoto. Tapi gara-gara kamu," ucapnya sambil menunjuk Anjani. "Pernikahan saya gagal!" teriaknya."Oh, bukannya kamu yang jadi selingkuhan Dika dulu ya?" tanya Anjani santai.Muka wanita itu makin memerah saat Anjani menyebutnya selingkuhan. "Heh jaga ucapanmu ya, jalang. Asal kamu tahu, jauh sebelum kalian menjalin hubungan, Kakekku dan Kakek Pranoto sudah sepakat untuk menjodohkan kami. Tapi gara-gara kehadiranmu, Dika lebih memilih kamu alih-alih menikah denganku." "Tapi kenyataannya di belakangku kalian juga tetap menjalin hubungan spesial bukan? Lalu di mana letak kesalahanku? Ingat ya, semenjak Dika memutuskan untuk menduakanku, di saat itu pula ak
Walau sedikit terkejut dengan kedatangan wanita itu, Nurma tetap bersikap tenang dan mempersilahkannya untuk duduk. "Maaf ada angin apa tiba-tiba Anda ke mari, Jeng Linda?" Linda menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Nurma. Dia sadar betul kalau Nurma sedikit kurang nyaman dengan kehadirannya ini."Begini Jeng, kehadiran saya ke sini karena saya ingin bertemu dengan Revan dan Anjani," jelas Linda."Maaf, ada perlu apa ya? Kalau kehadiran Anda hanya untuk menyakiti hati menjatuhkan mental putri saya, maaf saya tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!" ucap Nurma menimpali."Oh tidak, Jeng Nurma tenang saja saya tidak akan menyakiti hati mereka. Justru kedatangan saya ke sini ingin meminta maaf," jawab Linda.Nurma melongo mendengar penuturan Linda."Apa aku tidak salah dengar?" tanya Nurma memastikan."Iya, kamu tidak salah dengar, Jeng. Kedatanganku ke sini karena aku ingin meminta maaf pada mereka berdua. Aku sudah menyadari semua kesalahanku pada mereka, terutama Anjani."
Mbok Sum segera mematikan kompor agar cabai yang digoreng Revan berhenti meletup.“Aduh, Tuan makanya kalau mau goreng cabai itu diiris dulu biar nggak jadi bom,” keluh mbok Nem. “Udah sini biar Mbok Nem aja yang masak Tuan!” ucap mbok Nem ingin membantu.Tapi Revan menolak, dia kekeh ingin memasak sendiri demi memenuhi permintaan Anjani. Dia melanjutkan acara memasaknya sambil melihat tutorial di yukyup. Dan setelah dua jam bertempur dan membuat dapur berantakan akhirnya Revan bisa menyelesaikan masakannya dan menyajikannya di meja makan.“Sayang, aku sudah selesai memasak sesuai pesananmu!” ucap Revan semringah.“Wah benarkah, Mas? Coba sini aku mau langsung mencicipinya,” ucap Anjani antusias.“Hmm penampilannya cukup menarik,” sambung Anjani lagi.“Ayo dong dicoba bagaimana rasanya?” pinta Revan.Anjani segera mengambil nasi dan menyendokkan lauknya ke piring. Dia mulai menyuapkan nasi dan lauk itu ke mulutnya. Namun gerakannya terhenti dan dia langsung menatap Revan lalu memberik