Revan langsung menarik kerah baju Valdi. Dia sedikit terpancing emosi Valdi."Kau jangan mencoba mempermainkanku Valdi! Aku tahu kau tidak menyukaiku tapi jangan kau libatkan Mama dalam rencana rencanamu!" tukas Revan.Valdi melepas cengkraman tangan Revan, "Santai aja dong Kak jangan ngegas gitu dong. Kalau aku tidak melihat sendiri mana mungkin aku berani memberi tahumu. Jauh sebelum tanggal pernikahan kalian ditentukan aku pernah mendengar Tante Linda berbicara dengan seseorang," ujar Valdi.Revan masih mengatur emosinya yang hampir meledak. Dia tidak boleh gegabah dan terpancing lagi agar bisa dapat informasi."Apa yang mereka bicarakan?""Aku sedikit lupa tapi inti dari pembicaraan itu Tante Linda ingin memisahkan kamu dengan Mayra!" ujar Valdi."Apakah perkataanmu bisa dipertanggung jawabkan?" ucap Revan sedikit ragu."Lebih baik Kakak segera menyelidikinya. Aku tahu Kak Revan sering bertengkar dengan Tante belakangan ini
Aku tergagap mendengar pertanyaan Revan. Aku harus segera memutar otak untuk mencari alasan yang tepat agar Revan tidak bertanya lagi. Sial, kenapa Revan selalu datang di saat yang tidak tepat."Emm Mama ada urusan mendadak Van, Mama pergi dulu ya. Bye sayang!" "Nggak diantar sopir aja Ma? Atau mau aku antar?" tawar Revan padaku."Tidak usah Van, Mama pergi sendiri aja. Lagian sopirnya juga nggam ada kayaknya. Kamu istirahat aja kan baru sampai, kasihan pasti kamu lelah," ucapku sambil berlalu ke dalam mobil.Aku segera menginjak gas agar Revan tidak menodongku lagi. Aku memilih untuk menyetir sendiri alih alih diantar sopir agar tidak ada yang mengetahui tujuanku. Aku tak ingin rahasiaku selama ini gagal. Setelah sampai di hotel aku bergegas bertanya ke resepsionis bookingan atas nama Alex. Setelah aku mendapatkan kunci aku segera meluncur ke ruang yang sudah dibooking Alex. Saat aku sampai di dalam ruangan ternyata Alex sedang bersantai di ranjang sambil memainkan ipadnya."Sudah
Sementara itu, Revan yang sengaja pulang ke rumah utama langsung mencari keberadaan mbok Sum. Dia menuju dapur karena mbok Sum sedang mempersiapkan bahan untuk memasak."Mbok Sum lagi ngapain?" Mbok Sum yang terkejut refleks melakukan gerakan pencak silat yang membuat Revan tertawa terpingkal pingkal."Aduhhh Tuan Revan ini bikin kaget Mbok Sum saja deh," ucapnya lalu mengelus dada."Maaf Mbok, sengaja hihihi. Eh iya Mbok aku mau tanya sesuatu sama Mbok Sum boleh nggak?" "Mau tanya apa Tuan?" "Mbok Sum dulu kerja ikut Papa udah berapa lama?" "Udah lamaaaa banget Tuan. Jauh sebelum Tuan Hendra dan Nyonya Mila menikah ehh." Mbok Sum langsung menutup mulutnya karena keceplosan. "Mila itu siapa Mbok?" tanya Revan penasaran. "Emmm nggak tahu Tuan, udah dulu ya Tuan Mbok mau masak dulu keburu malam," ucapnya mengalihkan pembicaraan.'Sepertinya ada yang disembunyikan Mbok Sum dariku!' batin Revan."Mbok tolong buatkan saya kopi dan antarkan ke ruang kerja saya!" ucap Revan sambil mela
Revan terdiam agak lama, dia masih belum sepenuhnya bisa menerima informasi yang baru saja dia terima. Benang kusut yang dia urai belum menemukan dasar solusinya. Dia sampai bingung bagaimana caranya membujuk mbok Sum agar mau bercerita. Terlintas ide di kepala Revan.'Aku harus melakukan tes DNA secara diam-diam!' batin Revan."Ayolah Mbok katakan yang sejujurnya di mana Ibu kandungku, apa Mbok Sum tidak kasihan denganku? Lihat Mbok selama ini Mama selalu memperlakukanku berbeda dengan Vina!" katanya memelas.Mbok Sum mendesah, "Saya tidak tahu pasti di mana Ibu kandung Tuan Revan, yang saya tahu dulu sewaktu Tuan Revan masih bayi dan Tuan Hendra mengadakan perjalanan bisnis ke luar negeri, saya mendengar Nyonya Besar ingin menyingkirkan Nyonya Kamila dan menggantikannya dengan Nyonya Linda. Dan kebetulan saat itu Tuan Hendra sempat mengalami kecelakaan sampai hilang ingatan Tuan. Hanya itu yang saya tahu karena saat itu saya hampir ketahuan, sebaiknya Tuan tanya saja langsung sama T
"Jaga bicaramu Dika, aku memutuskan hubungan denganmu bukan karena aku menjadi istri simpanan tapi karena aku tidak mau menjalin hubungan dengan pengkhianat yang berani berselingkuh di belakangku. Selain itu kami juga pasti sudah menyadari jika keluargamu juga tidak menyetujui hubungan kita bukan? Orang tuamu saja bahkan dengan terang terangan menghinaku di depan orang banyak. Aku sungguh sakit hati dengan perlakuan kalian Dika!" jawab Anjani lantang."Aku menyesal Anjani, maafkan aku. Saat ini aku datang ingin mengajakmu untuk kembali merajut asmara bersamaku lagi Anjani. Aku akan berusaha untuk membahagiakanmu dan aku tidak akan mengecewakanmu lagi, dan aku akan memastikan mereka tidak menyakitimu lagi," bujuk Revan."Apa kamu pikir aku ini sendal yang bisa kamu pakai dan lepas sesukamu? Tidak, aku tidak mau!" "Apa karena kamu sudah mendapatkan yang lebih baik dariku? Jangan bangga kamu karena jadi simpanan Om Om, lebih baik sini bersamaku, aku siap menerima anak yang kamu kandung!
Revan mungkin tidak menyadari papanya jika dia mendapatkan sedikit informasi ini dari mbok Sum. Kasihan mbok Sum."Hanya tebak saja, tidak tahunya beneran!" ujar Revan sekenanya.Hendra menarik napas panjang, "Apa kamu tidak keberatan jika Papa menceritakan kejadian yang sebenarnya?""Tidak Pa, memang lebih baik Papa ceritakan saja pada Revan biar Revan tahu!" "Dulu, Papa sangat mencintai Mama kandungmu dan selalu mengejar cintanya. Dia wanita energik yang selalu membangkitkan gelora di dada Papa. Papa masih ingat, dulu Nenekmu sempat menolak memberi restu pada Papa dan Mama karena menurut Nenek, Mamamu bukan orang berada meski akhirnya mereka tetap memberikan lampu hijau untuk kami menikah. Foto yang ada di album itu adalah foto sebelum Papa pergi ke luar negeri karena urusan bisnis. Tapi saat Papa kembali ternyata Mamamu sudah pergi, kata Nenekmu dia meninggalkan Papa dan kamu," ucapnya getir.Revan masih terus menyimak semua yang diceritakan Hendra. "Papa terus mencarinya meski N
"Jika Mila masih bersedia menerima Papa kembali bersama Papa maka Papa tidak keberatan Van, tapi jika dia sudah tidak ingin membina hubungan kembali Papa akan menerimanya karena dari awal semua kesalahan berawal dari Papa. Ohh iya tumben Mamamu itu tidak menguping, biasanya kan daun telinganya selalu menempel di depan pintu... " ucap Hendra tergelak.Revan menjawab sambil terkekeh, "Nggak tahu katanya tadi ada urusan mendadak Pa.""Urusan mendadak apa sih? Kok Mamamu sekarang sering main rahasia sama Papa, Papa jadi curiga deh."“Udahlah Pa, Mama kan juga udah mau tua, udah ada cucu juga mana mungkin main serong,” ujar Revan menenangkan."Kalau sampai Mamamu berani berbuat serong lagi Papa bakal buang itu perempuan!" ucap Hendra sambil mengepalkan tangan. "Memangnya Mama pernah bermain serong Pa?" tanya Revan."Pernah, saat itu kamu masih kecil. Dulu Papa memberikan kesempatan karena Papa masih memikirkan kamu, Papa nggak mau kamu hidup tanpa kasih sayang seorang Ibu. Tapi ternyata k
"Lho Papa kok udah sampai rumah? Bukannya kemarin Papa bilang mau ketemu sama sahabat Papa ya hari ini? Biasanya kan Papa kalau udah ketemu sama teman teman bisa sampai larut pulangnua," ucap Linda sedikit panik. "Anu ta-tadi tuh Mama ada urusan mendadak Pa terus kelarnya udah malam banget," ujar Linda beralasan."Urusan sepenting apa sampai larut begini baru pulang? Jangan lupa, kamu juga tidak meminta izin padaku ketika mau ke luar. Dan perlu kamu tahu aku sudah pulang sejak kepergianmu tadi!" ucap Hendra menekan.'Sial, kenapa Mas Hendra pakai acara nggak jadi pulang telat sih. Aku kan jadi ketahuan!' batin Linda.Respon Linda yang hanya diam saja membuat Hendra naik pitam. "Jawab Linda!" "A-aku tadi sempat menelepon kamu Mas tapi handphone kamu nggak aktif jadinya aku kirim pesan kalau aku mau ada urusan mendadak," cicitnya berharap Hendra percaya.Namun bukan Hendra namanya kalau langsung percaya dengan alasan Linda. Dia langsung membuka handphonenya dan mencari pesan dan pangg