Home / Fantasi / Halte Cafe / Tamu Tidak di Undang

Share

Tamu Tidak di Undang

Author: Wino La
last update Last Updated: 2021-06-12 10:23:59

Chapter 5

Elea memilih kembali ke apartemen. Tempat di mana ia dibesarkan oleh Nat, sejak ia berusia 6 tahun. Elea yatim piatu dan Nat telah mengadopsinya saat itu. 

Tetapi, wanita itu tidak ingin dipanggil ibu oleh Elea. Dia lebih suka dipanggil kakak, sebagai saudara perempuan. Awalnya Elea keberatan soal itu. Namun, ia memilih mengikuti kemauan Nat.

Seiring berjalannya waktu, Elea kecil mulai terbiasa dengan hal tersebut. Hari-harinya bersama Nat selalu penuh kebahagiaan. Nat selalu memanjakan Elea hingga wanita itu tidak pernah merasa kekurangan.

Hingga suatu hari, Elea tidak ingat kapan peristiwa itu terjadi. Ia tahu-tahu terbangun di ranjang rumah sakit dengan mata kanan yang telah diperban. Lalu Nat yang juga terbaring tidak sadarkan diri di sampingnya.

Elea menghela napas berat. Ingatannya tentang kejadian tersebut selalu menimbulkan sesak di dalam kalbu. Ia memantapkan diri, bahwa masa lalu yang pahit tidak perlu di kenang.

Di hari minggu, baskara bersinar dengan cerah. Elea sengaja bangun lebih awal untuk menyusuri area kota tua. Dia perlu kembali ke Halte Cafe, tempat di mana Yuya berada.

Lamun, sudah tiga kali ia berjalan memutar. Akan tetapi, Elea sama sekali tidak bisa menemukan cafe tersebut. Padahal, ia dengan jelas mengingat bahwa ia menemukan bangunan tersebut di sekitar area kota tua.

Karena tungkainya sudah lelah untuk berjalan. Ia pun memutuskan untuk duduk di salah satu bangku panjang yang terdapat tidak jauh dari kota tua.

Sengatan baskara ia abaikan. Toh, sudah lama ia tidak merasakan cahaya matahari. Elea terdiam dengan beribu-ribu pertanyaan dalam benaknya. Di mana lagi, ia bisa mencari Halte Cafe.

Ia agak penasaran tentang beberapa hal. Nat sedang keluar kota karena ada urusan bisnis yang ia jalani. Jangan tanya apa bisnis Nat pada Elea.

Bahkan, sejak menginjak usia 24 tahun. Elea sama sekali tidak tahu, bisnis apa yang sang Kakak jalankan. Toh, Elea pernah bertanya dan Nat hanya menjawab singkat 'hanya sesuatu yang disukai perempuan'. Jawaban yang ambigu dan sekaligus menekankan bahwa Elea tidak perlu tahu apa yang ia kerjakan.

Elea yang sedang sibuk memandang lalu lalang orang yang berjalan di hadapannya. Terhenyak begitu melihat Kavin sedang berlari di hadapannya.

"Oyyy!" teriak Elea. Walakin, yang dipanggil tidak merasa. Tentu saja, Elea tidak tahu siapa nama Kavin. Tidak ada seorang pun yang akan merasa dipanggil.

Dengan cepat, Elea pun bergegas mengikuti Kavin dari belakang. Pria itu nampak berlari-lari kecil. Elea berusaha sekuat mungkin menjaga jarak mereka berdua. Tidak terlalu jauh, dan juga tidak terlalu dekat.

Kavin terus berlari, bahkan tanpa menyadari Elea yang mengikuti dari belakang. Hingga pada akhirnya, Kavin menghentikan tungkainya di depan sebuah bangunan bergaya vintage dan sontak saja. Elea seakan menabrak dinding transparan yang menghadangnya di depan.

"Auwww!" erang Elea, begitu ia terjatuh. Kavin yang samar-samar mendengar suara tersebut pun menoleh.

Manik matanya pun sekonyong-konyong terbelalak lebar melihat Elea yang ingin melewati batas sihir yang dibuat Halte Cafe.

"Manusia ini," desis Kavin. "Apa yang dia lakukan? Jangan-jangan dia penguntit gue? Wah, bahaya ini."

Kavin segera menoleh ke arah Halte Cafe. Ia ingin memastikan bahwa Yuya tidak melihat kedatangan Elea. Tentu saja, wanita itu tidak di undang. Makanya, ia tidak bisa menembus dinding sihir yang dibuat sebelumnya.

"Kenapa?" ujar Elea pada dirinya sendiri. Matanya menatap sekitar. 

Tidak ada apapun di sana. Walakin, ia merasa seperti ada dinding tak kasat mata di depan. Lamun, bagaimana bisa? Elea tidak tahu alasannya.

Kavin yang melihat raut kebingungan dari wajah Elea. Sekonyong-konyong mendapatkan sebuah gagasan untuk mengerjai Elea. Mungkin, bagi Elea yang terjadi padanya akibat oleh hantu dan karena hal tersebut. Kavin ingin memanfaatkannya.

"Hihihihi." Kavin membuat suara ketawa lirih yang dibuat-buat. Mendadak bulu kuduk Elea meremang.

"Tidak mungkin! Ini masih jam 9 pagi. Gue pasti salah dengar." 

Elea mencoba bangkit. Dia ingat, Kavin tadi berjalan lurus di depannya. Lamun, saat ini justru ia tidak bisa melihat apapun. Apa mungkin ia salah lihat.

"Hihihihi," seru Kavin dengan suara lirih kembali. Ia memainkan jari-jarinya untuk menimbulkan kabut asap tipis yang mulai merayap naik ke tubuh Elea.

"Akhhh! Apa-apaan ini?!" Elea menjerit ketakutan. Dan Kavin benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Ia pun tertawa terbahak-bahak melihat wajah Elea.

"Kavin, apa yang kau lakukan?" 

Mendadak, tawa keras Kavin lenyap. Dirinya membeku dan wajahnya yang tadi nampak bahagia. Kini, berubah menjadi pucat pasi setelah tertangkap basah oleh suara yang ia dengar.

"Eum, Yuya." Kavin menoleh dengan cengegesan. "Ngapain di sini?"

"Buang sampah." Lalu netranya bergerak ke arah Elea yang masih sibuk mengusir kabut dari tubuhnya. "Lo membawanya ke sini? Di hari minggu ini?"

"Etooo ... sebenarnya." Kavin segera memutar otak mencari alasan. "Dia penguntit gue," lanjut Kavin dengan suara lirih. Lamun, sepertinya Yuya tidak mempercayainya.

"Jangan menipu gue. Hentikan permainan lo. Dia terlihat ketakutan," titah Yuya.

Kavin pun merespon malas. Disingkapnya kabut tersebut dari tubuh Elea dan ia kembali menahan tawa melihat perubahan wajah Elea yang seperti orang linglung.

"Dia terlihat ingin kembali," komentar Yuya seraya memasukkan tangan kanannya dalam saku celana. "Apa yang diinginkan wanita itu?"

"Menurutmu apa?" komentar Kavin. "Lihat! Dia seperti ingin menerobos."

Benar, Elea kini seakan meraba-raba dalam udara hampa. Ia terus maju dengan gerakan penuh kehati-hatian. Hingga tiba-tiba tubuhnya kembali terpental beberapa meter ke arah belakang.

"Ini mustahil," seru Elea pada dirinya sendiri. Ia kini yakin bahwa ada dinding tak kasat mata di hadapannya sekarang.

Ia pun menoleh ke sekitar. Mungkin saja,ia bisa menemukan orang lain yang bisa membantunya menembus dinding tersebut. Walakin, percuma saja. Area di sekitar itu, nampak sepi. Tidak ada satu pun pejalan kaki yang bisa ia temui.

"Apa yang harus kita lakukan Yuya?" tanya Kavin. "Sepertinya ia merencanakan sesuatu. Apa gara-gara peristiwa kemarin? Jika dia berusaha mengungkapkan misteri tentang diri kita. Ini akan berbahaya dan sekaligus menjadi ancaman bagi dunia sihir."

Raut wajah Kavin berubah panik. Elea terlihat kembali mencoba untuk mendekati dinding.

"Yuya! Katakan sesuatu!" desak Kavin. "Atau lo mau membiarkan dia seperti itu?"

"Ada yang aneh," gumam Yuya. Sorot matanya mengarah tajam pada Elea. "Wanita itu memang non magus. Tetapi, dia memiliki aura yang aneh. Gue rasa, ini ada hubungannya dengan kemampuannya melihat bunga sihir. Jika ia memiliki mana sihir secara alami. Tentu saja, dia pasi bisa melewati pembatas. Tetapi yang ini ... seolah ada manipulasi energi sihir."

Yuya pun menoleh ke arah Kavin dengan raut wajah serius. 

"Gue ingin menyelidiki ini, Kavin," terang Yuya.

___///___////_____

bersambung... 

Related chapters

  • Halte Cafe   Penyelidikan

    Chapter 6Lonceng kecil dibalik pintu berdenting nyaring. Tatkala seseorang mendorongnya dari luar. Elea nampak terengah-rengah. Seolah-olah dia baru saja menyelesaikan marathon.Sorot matanya menelisik tajam pada Yuya yang sebenarnya berpura-pura sibuk dibalik meja kasir. Sedangkan, Kavin mencoba stay cool dengan pura-pura membaca buku."Tempat ini sarang sihir," seru Elea.Kavin terbatuk-batuk saking kagetnya ia. Luntur sudah, pose yang ia buat."Lo!" tunjuk Elea pada Kavin. Kavin sendiri malah menunjuk balik dirinya sendiri."Gue?""Iya lo! Kalian berdua itu memainkan sihir, 'kan? Gue tahu itu," ucapnya seraya kembali menoleh pada Yuya. Pria itu berpura-pura memasang wajah terkejut."Ini hanya cafe biasa, Nona. Mengapa Anda mengatakan hal seperti itu?" sanggah Yuya."Hah!" bentak Elea. Ia lalu berjalan menghampiri Yuya. "Gue perlu penjelasan dari lo berdua. Mengapa lo berdua ngikutin gue?"Kavin kembali t

    Last Updated : 2021-06-13
  • Halte Cafe   Dandelion Flower Syrup

    Chaprer 7Gue keceplosan, Yuya membatin. Raut wajahnya sekonyong-konyong memerah. Ia pun jadi salah tingkah. Seharusnya ia tidak mengatakan siapa dirinya pada Elea."Oh, nama lo Yuya? Salken, gue Elea Noir," balas Elea.Tertengun, Yuya pikir Elea mungkin saja akan meledek atau mengancamnya, Apapun itu. Yuya agak terkejut dengan sikap Elea yang tidak terpikirkan olehnya.Elea yang nampak sibuk memperhatikan wadah mug jar di hadapannya. Seketika merasa begitu haus. Dandelion Flower Syrup terlihat begitu menggiurkan. Dan tahu-tahu saja, ia sudah menegak minuman tersebut dalam satu tarikan napas.Bunyi pantat mug jar yang agak sedikit dihempaskan pada meja, seketika mengangetkan lamunan Yuya. Kini, minuman tersebut sudah tinggal separuhnya saja."Sirup apa ini? Apa gue harus membayarnya juga? Rasanya enak," puji Elea. "Baru kali ini gue meminum rasa yang seperti ini.""Dandelion Flower Syrup," sahut Yuya."Hah?"

    Last Updated : 2021-06-14
  • Halte Cafe   Hilangnya Kemampuan Sihir Dapur

    Chapter 8"Apa yang lo lakukan di sini?" geram Yuya dengan gemas. Elea sudah dua kali menginjakkan kakinya pada tempat tidak di undang."Emm, gue cuma mau bilang. Apa lo baik-baik saja?""Apa gue terlihat baik-baik sekarang?"Elea menggeleng pelan."Gue gak yakin. Tapi ... gue khawatir sama lo. Soal yang tadi--""Jangan membahasnya lagi," potong Yuya cepat. "Bisa gak? Lo keluar dari dapur gue sekarang? Gue mau kerja dan tolong pergi."Elea kembali mengganguk. Lalu berbalik arah meninggalkan dapur. Di cafe, suara ibu-ibu yang berbicara cukup menimbulkan polusi suara bagi Elea.Ia juga tidak ingat, mengapa tadi bisa mampir ke Halte Cafe. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.Sementara itu, cafe telah ditutup. Kavin telah kembali setelah Yuya meneleponnya dengan perasaan frustasi. Ini terjadi setelah Yuya memulangkan semua pelanggannya.Setibanya Kavin di dapur. Kondisi tempat tersebut telah berubah menjadi

    Last Updated : 2021-06-15
  • Halte Cafe   Sihir Itu Nyata

    Chaprer 9 Nat termanggu di hadapan Elea. Adik angkatnya itu sudah tidak bisa lagi membendung kegelisahan hatinya. Jadi, setibanya Nat dari perjalanan bisnisnya. Elea langsung menceritakan semuanya. "Kak, tolong jawab dengan jujur. Ini semua karena sihir, 'kan? Gue sudah mulai merasa aneh, saat kita berdua melakukan transplatasi mata. Bunga-bunga aneh, tempat-tempat aneh, bahkan orang-orang aneh yang kadang berseliweran di jalan." Nat masih terdiam dan itu membuat Elea semakin merasa gemas dengan kakaknya. "Elea," ujar Nat, "semua hal itu biasa. Di dunia ini tidak ada sihir." "Lalu gelas ini?" tukas Elea "Apa yang lo maksud dengan gelas itu?" "Ada tornado di dalamnya!" Elea menunjuk gelas yang di maksud tanpa menyentuhnya. Alis Nat bertaut bingung. "Tidak ada apapun di sana Elea. Lihatlah baik-baik. Gue mau istirahat Elea. Terima kasih atas ceritamu." Nat bangkit dari kursinya. Elea sendii tercengang dengan apa y

    Last Updated : 2021-06-20
  • Halte Cafe   Mengembalikan sihir

    Chapter 10 Elea menarik napas dalam. Dirinya syok tentu saja. Dia lalu menatap nanar pada Yuya. Elea juga kemudian bingung. Setelah mengetahui semuanya, dia seperti kehilangan arah. Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia seharusnya bersyukur atau tidak. Tatapannya mengarah ke bawah. Ditatapnya sepatu kets hitam yang tengah dikenakannya. Lalu beralih mendongak menatap Yuya. "Aku minta maaf soal sihirmu. Tetapi aku tidak tahu bagaimana sihirmu bisa berpindah padaku. Aku tidak keberatan jika kau mau mengambilnya lagi. Karena memang, aku ingin kau mengambil kekuatanmu ini. Yuya tersenyun tipis pada Elea. Lalu tubuhnya bergerak menepi dan bersandar pada daun pintu. "Masuk. Aku akan mengambil apa yang menjadi milikku." Elea mengganguk takzim. Lalu melangkah masuk ke dalam halte cafe. *** Di depan meja, Elea dan Yuya duduk saling berhadapan. Kavin sendiri berdiri di tengah-tengah mereka berdua. Seluruh tirai dalam cafe telah ditur

    Last Updated : 2021-11-01
  • Halte Cafe   Hot Butterbeer Sunflower

    Chapter 1 Udara sekonyong-konyong mengalami penurunan suhu, sejak seminggu terakhir Jakarta diguyur dengan hujan terus-menerus. Elea, yang kebetulan pulang saat melewati kota tua dikejutkan dengan sebuah plakat toko bertuliskan 'Halte Cafe' di salah satu sisi jalan. Ia pun tertawa kecil begitu membacanya.Nama toko yang aneh, pikir Elea. Ia yang sudah sedikit kebasahan dalam rintik kecil air hujan pun memutuskan untuk singgah ke tempat itu sebentar. Lagipula, tampilan bangunan cafe tersebut terasa vintage ala-ala abad pertengahan. Rasanya rugi, jika melewatkan diri untuk berkunjung. Ketika pintu berkayu ek didorong Elea dari luar. Bunyi lonceng dari balik pintu berdenting nyaring. Hingga membuat seorang pria mendongakkan kepala ke arah pintu masuk. "Selamat siang. Selamat datang di Halte Cafe," sambut Yuya sang Owner cafe. Mata pria itu sedikit menyipit tatkala melihat warna kelabu berpendar keluar dari tubuh Elea. Wanita dengan rambu

    Last Updated : 2021-06-10
  • Halte Cafe   Bahan Sihir

    Chapter 2Kavin yang tadi sempat hilang dalam dapur, kini muncul dengan setoples kacang almond dalam dekapan dada."Kavin!" cecar Yuya. Lalu merampas toples tersebut dengan cepat. "Gue udah bilang jangan sembarangan makan, makanan cafe!""Cewek tadi tidak akan menanggapi serius, 'kan?" ujar Kavin yang langsung mengalihkan pembicaraan."Gue rasa tidak. Ya, gue harap," tutur Yuya dengan berjalan memasuki dapur. Kavin mengekor di belakangnya."Eksperimen gue gagal. Dan gue gak berhasil membuat hujan menjadi reda. Kita hanya bisa membiarkan semuanya berjalan."Setelah meletakkan toples tersebut ke tempat asalnya. Yuya pun menghela napas berat. Lalu berbalik menatap Kavin dengan wajah gusar."Berhati-hatilah dengan non magus. Manusia-manusia itu menakutkan. Gue gak mau terlibat dengan mereka. Hari minggu besok, temani gue mencari bahan sihir.""Hah?! Tapi Yuya! Lo tahu, 'kan? Gue itu benci banget kalau ke pasar. Lo bisa sendiri kan?

    Last Updated : 2021-06-10
  • Halte Cafe   Bertanya Pada Kavin

    Chapter 3 Setelah menurunkan semua belanjaan ke dalam dapur, bahkan tanpa merapikannya terlebih dahulu. Yuya bergegas menuju lantai dua dan langsung saja menerobos kamar yang memiliki dua ranjang di tiap sisinya. "Kavin bangun! Gue perlu bicara sama lo!" tukas Yuya seraya mengguncang-guncang tubuh sang Sahabat. Kavin yang merasa terusik, membuka kelopak matanya dengan malas. "Apaan sih, Yu? Ini hari libur," keluh Kavin. "Lo bersyukur hari ini cuma mendung doang. Kalau gue bangun. Jakarta hujan lebat lagi. Lo mau tanggung jawab, heuh?" "Buruan bangun! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Yuya yang masih mencoba menarik Kavin dari tempat tidur. Tubuh pria itu seperti batu. Tidak mau bergerak sama sekali. "Bulan jatuh dari langit?" ngawur Kavin "Bintang jatuh udah biasa. Jadi bulan jatuh gitu?" "Dasar aneh. Bukan itu! Lo harus bangun dan dengerin gue ngomong dulu." Dipaksanya Kavin bangun. Entah dengan cara apa. Di

    Last Updated : 2021-06-11

Latest chapter

  • Halte Cafe   Mengembalikan sihir

    Chapter 10 Elea menarik napas dalam. Dirinya syok tentu saja. Dia lalu menatap nanar pada Yuya. Elea juga kemudian bingung. Setelah mengetahui semuanya, dia seperti kehilangan arah. Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia seharusnya bersyukur atau tidak. Tatapannya mengarah ke bawah. Ditatapnya sepatu kets hitam yang tengah dikenakannya. Lalu beralih mendongak menatap Yuya. "Aku minta maaf soal sihirmu. Tetapi aku tidak tahu bagaimana sihirmu bisa berpindah padaku. Aku tidak keberatan jika kau mau mengambilnya lagi. Karena memang, aku ingin kau mengambil kekuatanmu ini. Yuya tersenyun tipis pada Elea. Lalu tubuhnya bergerak menepi dan bersandar pada daun pintu. "Masuk. Aku akan mengambil apa yang menjadi milikku." Elea mengganguk takzim. Lalu melangkah masuk ke dalam halte cafe. *** Di depan meja, Elea dan Yuya duduk saling berhadapan. Kavin sendiri berdiri di tengah-tengah mereka berdua. Seluruh tirai dalam cafe telah ditur

  • Halte Cafe   Sihir Itu Nyata

    Chaprer 9 Nat termanggu di hadapan Elea. Adik angkatnya itu sudah tidak bisa lagi membendung kegelisahan hatinya. Jadi, setibanya Nat dari perjalanan bisnisnya. Elea langsung menceritakan semuanya. "Kak, tolong jawab dengan jujur. Ini semua karena sihir, 'kan? Gue sudah mulai merasa aneh, saat kita berdua melakukan transplatasi mata. Bunga-bunga aneh, tempat-tempat aneh, bahkan orang-orang aneh yang kadang berseliweran di jalan." Nat masih terdiam dan itu membuat Elea semakin merasa gemas dengan kakaknya. "Elea," ujar Nat, "semua hal itu biasa. Di dunia ini tidak ada sihir." "Lalu gelas ini?" tukas Elea "Apa yang lo maksud dengan gelas itu?" "Ada tornado di dalamnya!" Elea menunjuk gelas yang di maksud tanpa menyentuhnya. Alis Nat bertaut bingung. "Tidak ada apapun di sana Elea. Lihatlah baik-baik. Gue mau istirahat Elea. Terima kasih atas ceritamu." Nat bangkit dari kursinya. Elea sendii tercengang dengan apa y

  • Halte Cafe   Hilangnya Kemampuan Sihir Dapur

    Chapter 8"Apa yang lo lakukan di sini?" geram Yuya dengan gemas. Elea sudah dua kali menginjakkan kakinya pada tempat tidak di undang."Emm, gue cuma mau bilang. Apa lo baik-baik saja?""Apa gue terlihat baik-baik sekarang?"Elea menggeleng pelan."Gue gak yakin. Tapi ... gue khawatir sama lo. Soal yang tadi--""Jangan membahasnya lagi," potong Yuya cepat. "Bisa gak? Lo keluar dari dapur gue sekarang? Gue mau kerja dan tolong pergi."Elea kembali mengganguk. Lalu berbalik arah meninggalkan dapur. Di cafe, suara ibu-ibu yang berbicara cukup menimbulkan polusi suara bagi Elea.Ia juga tidak ingat, mengapa tadi bisa mampir ke Halte Cafe. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.Sementara itu, cafe telah ditutup. Kavin telah kembali setelah Yuya meneleponnya dengan perasaan frustasi. Ini terjadi setelah Yuya memulangkan semua pelanggannya.Setibanya Kavin di dapur. Kondisi tempat tersebut telah berubah menjadi

  • Halte Cafe   Dandelion Flower Syrup

    Chaprer 7Gue keceplosan, Yuya membatin. Raut wajahnya sekonyong-konyong memerah. Ia pun jadi salah tingkah. Seharusnya ia tidak mengatakan siapa dirinya pada Elea."Oh, nama lo Yuya? Salken, gue Elea Noir," balas Elea.Tertengun, Yuya pikir Elea mungkin saja akan meledek atau mengancamnya, Apapun itu. Yuya agak terkejut dengan sikap Elea yang tidak terpikirkan olehnya.Elea yang nampak sibuk memperhatikan wadah mug jar di hadapannya. Seketika merasa begitu haus. Dandelion Flower Syrup terlihat begitu menggiurkan. Dan tahu-tahu saja, ia sudah menegak minuman tersebut dalam satu tarikan napas.Bunyi pantat mug jar yang agak sedikit dihempaskan pada meja, seketika mengangetkan lamunan Yuya. Kini, minuman tersebut sudah tinggal separuhnya saja."Sirup apa ini? Apa gue harus membayarnya juga? Rasanya enak," puji Elea. "Baru kali ini gue meminum rasa yang seperti ini.""Dandelion Flower Syrup," sahut Yuya."Hah?"

  • Halte Cafe   Penyelidikan

    Chapter 6Lonceng kecil dibalik pintu berdenting nyaring. Tatkala seseorang mendorongnya dari luar. Elea nampak terengah-rengah. Seolah-olah dia baru saja menyelesaikan marathon.Sorot matanya menelisik tajam pada Yuya yang sebenarnya berpura-pura sibuk dibalik meja kasir. Sedangkan, Kavin mencoba stay cool dengan pura-pura membaca buku."Tempat ini sarang sihir," seru Elea.Kavin terbatuk-batuk saking kagetnya ia. Luntur sudah, pose yang ia buat."Lo!" tunjuk Elea pada Kavin. Kavin sendiri malah menunjuk balik dirinya sendiri."Gue?""Iya lo! Kalian berdua itu memainkan sihir, 'kan? Gue tahu itu," ucapnya seraya kembali menoleh pada Yuya. Pria itu berpura-pura memasang wajah terkejut."Ini hanya cafe biasa, Nona. Mengapa Anda mengatakan hal seperti itu?" sanggah Yuya."Hah!" bentak Elea. Ia lalu berjalan menghampiri Yuya. "Gue perlu penjelasan dari lo berdua. Mengapa lo berdua ngikutin gue?"Kavin kembali t

  • Halte Cafe   Tamu Tidak di Undang

    Chapter 5Elea memilih kembali ke apartemen. Tempat di mana ia dibesarkan oleh Nat, sejak ia berusia 6 tahun. Elea yatim piatu dan Nat telah mengadopsinya saat itu.Tetapi, wanita itu tidak ingin dipanggil ibu oleh Elea. Dia lebih suka dipanggil kakak, sebagai saudara perempuan. Awalnya Elea keberatan soal itu. Namun, ia memilih mengikuti kemauan Nat.Seiring berjalannya waktu, Elea kecil mulai terbiasa dengan hal tersebut. Hari-harinya bersama Nat selalu penuh kebahagiaan. Nat selalu memanjakan Elea hingga wanita itu tidak pernah merasa kekurangan.Hingga suatu hari, Elea tidak ingat kapan peristiwa itu terjadi. Ia tahu-tahu terbangun di ranjang rumah sakit dengan mata kanan yang telah diperban. Lalu Nat yang juga terbaring tidak sadarkan diri di sampingnya.Elea menghela napas berat. Ingatannya tentang kejadian tersebut selalu menimbulkan sesak di dalam kalbu. Ia memantapkan diri, bahwa masa lalu yang pahit tidak perlu di kenang.Di

  • Halte Cafe   Bunga Naphel

    Chapter 4Setelah memutar balik mobil dalam keadaan cepat. Yuya dan Kavin bergegas menghampiri Elea. Wanita itu beringsut saat melihat dua orang pria mendekat padanya dengan wajah panik luar biasa.Mengenali salah satu dari mereka. Sontak membuat tubuh Elea untuk merespon dengan gerakan melarikan diri."Woy tunggu!" teriak Kavin. "Yuya! Ayo kejarrr!" Ia berlagak seperti seorang superhero dengan tangan mengepal ke udara.Yuya melirik sekilas ke arah Kavin. Tatapan matanya seolah berkata 'Oh apa yang sedang di lakukan pria ini?' Tetapi dia tetap memilih mengejar Elea. Wanita itu melarikan diri dengan cepat. Kavin dan Yuya membututi dari belakang."Sial! Kenapa gue bisa ketemu mereka lagi sih?!" batin Elea. Tungkainya terus bergerak cepat. Ia berlari sepanjang trotoar. Lalu berbelok pada sebuah jalan.Kavin dan Yuya semakin mempercepat gerak mereka. Hingga pada saatnya, ujung jari-jemari Yuya menggapai ujung kerah hoodie merah marrun Elea dari

  • Halte Cafe   Bertanya Pada Kavin

    Chapter 3 Setelah menurunkan semua belanjaan ke dalam dapur, bahkan tanpa merapikannya terlebih dahulu. Yuya bergegas menuju lantai dua dan langsung saja menerobos kamar yang memiliki dua ranjang di tiap sisinya. "Kavin bangun! Gue perlu bicara sama lo!" tukas Yuya seraya mengguncang-guncang tubuh sang Sahabat. Kavin yang merasa terusik, membuka kelopak matanya dengan malas. "Apaan sih, Yu? Ini hari libur," keluh Kavin. "Lo bersyukur hari ini cuma mendung doang. Kalau gue bangun. Jakarta hujan lebat lagi. Lo mau tanggung jawab, heuh?" "Buruan bangun! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Yuya yang masih mencoba menarik Kavin dari tempat tidur. Tubuh pria itu seperti batu. Tidak mau bergerak sama sekali. "Bulan jatuh dari langit?" ngawur Kavin "Bintang jatuh udah biasa. Jadi bulan jatuh gitu?" "Dasar aneh. Bukan itu! Lo harus bangun dan dengerin gue ngomong dulu." Dipaksanya Kavin bangun. Entah dengan cara apa. Di

  • Halte Cafe   Bahan Sihir

    Chapter 2Kavin yang tadi sempat hilang dalam dapur, kini muncul dengan setoples kacang almond dalam dekapan dada."Kavin!" cecar Yuya. Lalu merampas toples tersebut dengan cepat. "Gue udah bilang jangan sembarangan makan, makanan cafe!""Cewek tadi tidak akan menanggapi serius, 'kan?" ujar Kavin yang langsung mengalihkan pembicaraan."Gue rasa tidak. Ya, gue harap," tutur Yuya dengan berjalan memasuki dapur. Kavin mengekor di belakangnya."Eksperimen gue gagal. Dan gue gak berhasil membuat hujan menjadi reda. Kita hanya bisa membiarkan semuanya berjalan."Setelah meletakkan toples tersebut ke tempat asalnya. Yuya pun menghela napas berat. Lalu berbalik menatap Kavin dengan wajah gusar."Berhati-hatilah dengan non magus. Manusia-manusia itu menakutkan. Gue gak mau terlibat dengan mereka. Hari minggu besok, temani gue mencari bahan sihir.""Hah?! Tapi Yuya! Lo tahu, 'kan? Gue itu benci banget kalau ke pasar. Lo bisa sendiri kan?

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status