Home / Fantasi / Halte Cafe / Hot Butterbeer Sunflower

Share

Halte Cafe
Halte Cafe
Author: Wino La

Hot Butterbeer Sunflower

Author: Wino La
last update Huling Na-update: 2021-06-10 15:55:55

Chapter 1

Udara sekonyong-konyong mengalami penurunan suhu, sejak seminggu terakhir Jakarta diguyur dengan hujan terus-menerus. Elea, yang kebetulan pulang saat melewati kota tua dikejutkan dengan sebuah plakat toko bertuliskan 'Halte Cafe' di salah satu sisi jalan. 

Ia pun tertawa kecil begitu membacanya.

Nama toko yang aneh, pikir Elea. Ia yang sudah sedikit kebasahan dalam rintik kecil air hujan pun memutuskan untuk singgah ke tempat itu sebentar. Lagipula, tampilan bangunan cafe tersebut terasa vintage ala-ala abad pertengahan. Rasanya rugi, jika melewatkan diri untuk berkunjung.

Ketika pintu berkayu ek didorong Elea dari luar. Bunyi lonceng dari balik pintu berdenting nyaring. Hingga membuat seorang pria mendongakkan kepala ke arah pintu masuk.

"Selamat siang. Selamat datang di Halte Cafe," sambut Yuya sang Owner cafe. Mata pria itu sedikit menyipit tatkala melihat warna kelabu berpendar keluar dari tubuh Elea.

Wanita dengan rambut diikat ke atas itu pun melangkah semakin jauh ke dalam cafe. Manik matanya berpendar ke seluruh ruangan. Dilihatnya, bahwa dindingnya berlapis batu bata cokelat. Tidak ada lampu yang digantung pada langit-langit. Melainkan sebuah tiang lampu minyak seperti London di zaman Jack The Ripper yang menyebar ke segala tempat.

"Silakan pilih meja yang diinginkan. Pesanan Anda akan tiba 15 menit lagi," ucap Yuya secara formal.

"Eh?" Elea yang sedang asyik memperhatikan terhenyak. "Gue bahkan belum memesan apapun." Langkahnya bergerak cepat ke arah bilik kasir yang sekaligus merangkap sebagai meja pesanan.

"Saya tahu apa yang Anda butuhkan," ungkap Yuya lagi.

Kepala Elea meneleng ke samping.

"Apa ini konsep Halte lo? Maksud gue cafe lo? Tapi sudahlah. Gue juga penasaran dengan sajian di sini. Apa ini baru buka?"

Yuya hanya tersenyum sebagai jawaban. Benar-benar tanggapan yang misterius. Sementara sang Owner pergi ke dapur. Elea pergi memilih meja yang menempel di dekat jendela. Tujuannya, adalah agar ia bisa leluasa melihat kondisi pemandangan di luar cafe.

Sementara di dapur, Yuya mengeluarkan sebuah gelas mug jar ukuran sedang di atas kusen. Lalu meraih sebuah buku bersampul kulit berwarna cokelat tua. Kemudian menggunakan sebuah pena bulu yang tersimpan di dalamnya untuk menulis.

9 Juni,

Seorang wanita dengan aura kelabu datang ke Halte saat hujan sedang turun. Y berencana menyajikan Hot Butterbeer Sunflower untuk menghilangkan aura tersebut.

HOT BUTTEBEER SUNFLOWER

Resep :

1 gelas mentega kuning

1 gelas gula halus berwarna cokelat

1 sdm vanila bubuk

1 gelas krim berat

4 gelas susu putih 

Sejumput ekstrak helai bunga matahari

Cara pembuatan:

1. Siapkan alat dan bahan

2. Pertama, lelehkan mentega dalam panci besar di atas api sedang.

3. Tambahkan gula cokelat. Kemudian aduk terus-menerus selama 3 menit.

4. Matikan api. Lalu tuang 1 gelas krim berat ke dalam adonan. Aduk perlahan hingga adonan tercampur rata.

5. Nyalakan kembali kompor dengan api sedang. Lalu tuang 4 gelas susu putih ke dalamnya dalam gerakan mengaduk searah jarum jam.

6. Kegiatan mengaduk terus dilakukan hingga adonan terlihat lumer. Kemudian tambahkan sejumput ekstrak helai bunga matahari hingga warnaya berubah menjadi warna kuning keemasan yang berpendar. Aduk terus hingga terdengar bunyi meletup. Lalu matikan kompor.

7. Sajikan dalam keadaan hangat.

Catatan: Berguna untuk memperbaiki suasana hati yang buruk. Minuman ini cukup mengeyangkan. Tidak dianjurkan minum dua gelas dalam sehari. Kau bisa membuat lemak tubuhmu bertambah subur.

Setelah menuntaskan resep tersebut. Yuya pun mulai membuat Hot Butterbeer SunFlower. Ia mengerjakan semuanya sendiri dalam gerakan yang telaten. Bahkan setelah semuanya siap, ia menyajikan minuman tersebut dengan sepiring cookies cokelat bertabur choco chips di atasnya.

"Kalau boleh tahu. Minuman apa ini?" tanya Elea dengan gerakan memutar gelas.

"Hot Butterbeer Sunflower. Minuman yang cocok diminum saat udara dingin," sahut Yuya.

Elea bergumam pelan. Gelas tersebut tidak memiliki sedotan atau pun sendok kecil yang bisa digunakan untuk memutar isian gelas. Lalu, setelah Yuya berjalan meninggalkannya. Wanita itu pun meneguk sedikit untuk mencoba.

Hmm ... rasanya. Elea membantin. Lalu kembali meneguk untuk yang kedua kali. Begitu mug jar diletakkan kembali di atas meja. Sebuah busa krim berbekas di atas bibir Elea. Gadis itu menyekanya dengan tisu. Lalu kembali mencoba cookies cokelat bertabur choco chips.

Kemudian lanjut meminum Hot Butterbeer Sunflower. Lidahnya mulai mencocokan rasa baru yang ia kecap. Tekturnya seperti Jus Alpukat terasa mengental di lidah. Rasa manis yang dihasilkan seperti perpaduan cokelat batangan yang dilumerkan bersama susu. Sungguh, Elea masih belum puas menjabarkan rasannya. Tetapi setidaknya. Rasa-rasa itu mendekati dengan apa yang ia jabarkan.

Minuman tersebut kini sudah tinggal separuh gelas. Cookies yang disajikan Yuya pun sudah habis. Namun, suasana di luar masih saja kelabu.

Elea membantin. Entah sejak kapan, ia merasa suasana hatinya telah membaik. Padahal sejak pulang kerja. Suasana hatinya buruk. Atasannya terlalu memarahinya untuk masalah yang menurut Elea tidak patut dipersalahkan.

Tetapi dia bisa apa, atasan selalu benar dan ia sebagai staf tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa dilakukannya, berdiri terdiam dengan kepala menunduk.

Jarum jam di tangan kanan Elea telah berada di angka 3. Wanita itu menoleh ke arah Yuya yang sedang duduk sambil membaca buku.

Suasana di tempat tersebut terasa hening namun hangat. Bahkan sejak Elea berkunjung. Tidak ada seorang pun yang datang berkunjung. Pikirnya, mungkin karena hujan masih terus mengguyur.

Merasa ia tidak bisa berlama-lama di tempat itu. Elea pun beranjak ke arah meja kasir.

"Permisi. Gue ingin membayar tagihan, berapa?"

Yuya yang mendengar suara Elea pun. Sontak bangkit dari tempat duduknya. Lalu berjalab ke arah mesin kasir.

"Semuanya 30 ribu rupiah."

Agak mahal sil, wanita itu bergumam. Tetapi ia tetap mengeluarkan lembaran 50 ribuan dan menyerahkannya. Tepat pada saat Yuya memberi kembalian.

Bunyi lonceng dipintu mendadak terdengar. Lalu muncul seorang pria dengan mata sipit yang sedikit tajam.

"Sial! Yu! Gue gak berhasil. Kayaknya sebulan ini bakal hujan. Penyihir cuaca---"

Ucapan pria tersebut sekonyong-konyong terhenti. Ia terlihat kaget mendapati Elea tengah menatapnya heran. Rasanya, ia seperti telah mengatakan hal yang salah.

"Ah, maksudku BMKG. Mereka seperti penyihir cuaca. Hahahah." Kavin mencoba berkelakar.

Tetapi karena tidak ada yang menanggapi. Ia bergegas melangkah terus ke arah dapur dan hilang di dalamnya.

"Emm... eheheh. Kalau begitu terima kasih banyak," ucap Elea lalu bergegas pergi.

Tempat ini aneh. Tapi cukup menarik. Apa tadi dia bilang? Penyihir cuaca? Maksudnya hujan di Jakarta ini karena penyihir? 

Elea membantin. Lalu menggeleng-geleng kepalanya. Di teras Halte Cafe, Elea lendongak ke arah langit yang perlahan menggelap mengikuti cahaya senja.

"Jika di dunia ini ada Penyihir. Gue mau ketemu satu dari mereka. Berharap, meminta sedikit mantra untuk hidup gue yang dah runyam ini."

___///___///____

Bersambung

Kaugnay na kabanata

  • Halte Cafe   Bahan Sihir

    Chapter 2Kavin yang tadi sempat hilang dalam dapur, kini muncul dengan setoples kacang almond dalam dekapan dada."Kavin!" cecar Yuya. Lalu merampas toples tersebut dengan cepat. "Gue udah bilang jangan sembarangan makan, makanan cafe!""Cewek tadi tidak akan menanggapi serius, 'kan?" ujar Kavin yang langsung mengalihkan pembicaraan."Gue rasa tidak. Ya, gue harap," tutur Yuya dengan berjalan memasuki dapur. Kavin mengekor di belakangnya."Eksperimen gue gagal. Dan gue gak berhasil membuat hujan menjadi reda. Kita hanya bisa membiarkan semuanya berjalan."Setelah meletakkan toples tersebut ke tempat asalnya. Yuya pun menghela napas berat. Lalu berbalik menatap Kavin dengan wajah gusar."Berhati-hatilah dengan non magus. Manusia-manusia itu menakutkan. Gue gak mau terlibat dengan mereka. Hari minggu besok, temani gue mencari bahan sihir.""Hah?! Tapi Yuya! Lo tahu, 'kan? Gue itu benci banget kalau ke pasar. Lo bisa sendiri kan?

    Huling Na-update : 2021-06-10
  • Halte Cafe   Bertanya Pada Kavin

    Chapter 3 Setelah menurunkan semua belanjaan ke dalam dapur, bahkan tanpa merapikannya terlebih dahulu. Yuya bergegas menuju lantai dua dan langsung saja menerobos kamar yang memiliki dua ranjang di tiap sisinya. "Kavin bangun! Gue perlu bicara sama lo!" tukas Yuya seraya mengguncang-guncang tubuh sang Sahabat. Kavin yang merasa terusik, membuka kelopak matanya dengan malas. "Apaan sih, Yu? Ini hari libur," keluh Kavin. "Lo bersyukur hari ini cuma mendung doang. Kalau gue bangun. Jakarta hujan lebat lagi. Lo mau tanggung jawab, heuh?" "Buruan bangun! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Yuya yang masih mencoba menarik Kavin dari tempat tidur. Tubuh pria itu seperti batu. Tidak mau bergerak sama sekali. "Bulan jatuh dari langit?" ngawur Kavin "Bintang jatuh udah biasa. Jadi bulan jatuh gitu?" "Dasar aneh. Bukan itu! Lo harus bangun dan dengerin gue ngomong dulu." Dipaksanya Kavin bangun. Entah dengan cara apa. Di

    Huling Na-update : 2021-06-11
  • Halte Cafe   Bunga Naphel

    Chapter 4Setelah memutar balik mobil dalam keadaan cepat. Yuya dan Kavin bergegas menghampiri Elea. Wanita itu beringsut saat melihat dua orang pria mendekat padanya dengan wajah panik luar biasa.Mengenali salah satu dari mereka. Sontak membuat tubuh Elea untuk merespon dengan gerakan melarikan diri."Woy tunggu!" teriak Kavin. "Yuya! Ayo kejarrr!" Ia berlagak seperti seorang superhero dengan tangan mengepal ke udara.Yuya melirik sekilas ke arah Kavin. Tatapan matanya seolah berkata 'Oh apa yang sedang di lakukan pria ini?' Tetapi dia tetap memilih mengejar Elea. Wanita itu melarikan diri dengan cepat. Kavin dan Yuya membututi dari belakang."Sial! Kenapa gue bisa ketemu mereka lagi sih?!" batin Elea. Tungkainya terus bergerak cepat. Ia berlari sepanjang trotoar. Lalu berbelok pada sebuah jalan.Kavin dan Yuya semakin mempercepat gerak mereka. Hingga pada saatnya, ujung jari-jemari Yuya menggapai ujung kerah hoodie merah marrun Elea dari

    Huling Na-update : 2021-06-11
  • Halte Cafe   Tamu Tidak di Undang

    Chapter 5Elea memilih kembali ke apartemen. Tempat di mana ia dibesarkan oleh Nat, sejak ia berusia 6 tahun. Elea yatim piatu dan Nat telah mengadopsinya saat itu.Tetapi, wanita itu tidak ingin dipanggil ibu oleh Elea. Dia lebih suka dipanggil kakak, sebagai saudara perempuan. Awalnya Elea keberatan soal itu. Namun, ia memilih mengikuti kemauan Nat.Seiring berjalannya waktu, Elea kecil mulai terbiasa dengan hal tersebut. Hari-harinya bersama Nat selalu penuh kebahagiaan. Nat selalu memanjakan Elea hingga wanita itu tidak pernah merasa kekurangan.Hingga suatu hari, Elea tidak ingat kapan peristiwa itu terjadi. Ia tahu-tahu terbangun di ranjang rumah sakit dengan mata kanan yang telah diperban. Lalu Nat yang juga terbaring tidak sadarkan diri di sampingnya.Elea menghela napas berat. Ingatannya tentang kejadian tersebut selalu menimbulkan sesak di dalam kalbu. Ia memantapkan diri, bahwa masa lalu yang pahit tidak perlu di kenang.Di

    Huling Na-update : 2021-06-12
  • Halte Cafe   Penyelidikan

    Chapter 6Lonceng kecil dibalik pintu berdenting nyaring. Tatkala seseorang mendorongnya dari luar. Elea nampak terengah-rengah. Seolah-olah dia baru saja menyelesaikan marathon.Sorot matanya menelisik tajam pada Yuya yang sebenarnya berpura-pura sibuk dibalik meja kasir. Sedangkan, Kavin mencoba stay cool dengan pura-pura membaca buku."Tempat ini sarang sihir," seru Elea.Kavin terbatuk-batuk saking kagetnya ia. Luntur sudah, pose yang ia buat."Lo!" tunjuk Elea pada Kavin. Kavin sendiri malah menunjuk balik dirinya sendiri."Gue?""Iya lo! Kalian berdua itu memainkan sihir, 'kan? Gue tahu itu," ucapnya seraya kembali menoleh pada Yuya. Pria itu berpura-pura memasang wajah terkejut."Ini hanya cafe biasa, Nona. Mengapa Anda mengatakan hal seperti itu?" sanggah Yuya."Hah!" bentak Elea. Ia lalu berjalan menghampiri Yuya. "Gue perlu penjelasan dari lo berdua. Mengapa lo berdua ngikutin gue?"Kavin kembali t

    Huling Na-update : 2021-06-13
  • Halte Cafe   Dandelion Flower Syrup

    Chaprer 7Gue keceplosan, Yuya membatin. Raut wajahnya sekonyong-konyong memerah. Ia pun jadi salah tingkah. Seharusnya ia tidak mengatakan siapa dirinya pada Elea."Oh, nama lo Yuya? Salken, gue Elea Noir," balas Elea.Tertengun, Yuya pikir Elea mungkin saja akan meledek atau mengancamnya, Apapun itu. Yuya agak terkejut dengan sikap Elea yang tidak terpikirkan olehnya.Elea yang nampak sibuk memperhatikan wadah mug jar di hadapannya. Seketika merasa begitu haus. Dandelion Flower Syrup terlihat begitu menggiurkan. Dan tahu-tahu saja, ia sudah menegak minuman tersebut dalam satu tarikan napas.Bunyi pantat mug jar yang agak sedikit dihempaskan pada meja, seketika mengangetkan lamunan Yuya. Kini, minuman tersebut sudah tinggal separuhnya saja."Sirup apa ini? Apa gue harus membayarnya juga? Rasanya enak," puji Elea. "Baru kali ini gue meminum rasa yang seperti ini.""Dandelion Flower Syrup," sahut Yuya."Hah?"

    Huling Na-update : 2021-06-14
  • Halte Cafe   Hilangnya Kemampuan Sihir Dapur

    Chapter 8"Apa yang lo lakukan di sini?" geram Yuya dengan gemas. Elea sudah dua kali menginjakkan kakinya pada tempat tidak di undang."Emm, gue cuma mau bilang. Apa lo baik-baik saja?""Apa gue terlihat baik-baik sekarang?"Elea menggeleng pelan."Gue gak yakin. Tapi ... gue khawatir sama lo. Soal yang tadi--""Jangan membahasnya lagi," potong Yuya cepat. "Bisa gak? Lo keluar dari dapur gue sekarang? Gue mau kerja dan tolong pergi."Elea kembali mengganguk. Lalu berbalik arah meninggalkan dapur. Di cafe, suara ibu-ibu yang berbicara cukup menimbulkan polusi suara bagi Elea.Ia juga tidak ingat, mengapa tadi bisa mampir ke Halte Cafe. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.Sementara itu, cafe telah ditutup. Kavin telah kembali setelah Yuya meneleponnya dengan perasaan frustasi. Ini terjadi setelah Yuya memulangkan semua pelanggannya.Setibanya Kavin di dapur. Kondisi tempat tersebut telah berubah menjadi

    Huling Na-update : 2021-06-15
  • Halte Cafe   Sihir Itu Nyata

    Chaprer 9 Nat termanggu di hadapan Elea. Adik angkatnya itu sudah tidak bisa lagi membendung kegelisahan hatinya. Jadi, setibanya Nat dari perjalanan bisnisnya. Elea langsung menceritakan semuanya. "Kak, tolong jawab dengan jujur. Ini semua karena sihir, 'kan? Gue sudah mulai merasa aneh, saat kita berdua melakukan transplatasi mata. Bunga-bunga aneh, tempat-tempat aneh, bahkan orang-orang aneh yang kadang berseliweran di jalan." Nat masih terdiam dan itu membuat Elea semakin merasa gemas dengan kakaknya. "Elea," ujar Nat, "semua hal itu biasa. Di dunia ini tidak ada sihir." "Lalu gelas ini?" tukas Elea "Apa yang lo maksud dengan gelas itu?" "Ada tornado di dalamnya!" Elea menunjuk gelas yang di maksud tanpa menyentuhnya. Alis Nat bertaut bingung. "Tidak ada apapun di sana Elea. Lihatlah baik-baik. Gue mau istirahat Elea. Terima kasih atas ceritamu." Nat bangkit dari kursinya. Elea sendii tercengang dengan apa y

    Huling Na-update : 2021-06-20

Pinakabagong kabanata

  • Halte Cafe   Mengembalikan sihir

    Chapter 10 Elea menarik napas dalam. Dirinya syok tentu saja. Dia lalu menatap nanar pada Yuya. Elea juga kemudian bingung. Setelah mengetahui semuanya, dia seperti kehilangan arah. Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia seharusnya bersyukur atau tidak. Tatapannya mengarah ke bawah. Ditatapnya sepatu kets hitam yang tengah dikenakannya. Lalu beralih mendongak menatap Yuya. "Aku minta maaf soal sihirmu. Tetapi aku tidak tahu bagaimana sihirmu bisa berpindah padaku. Aku tidak keberatan jika kau mau mengambilnya lagi. Karena memang, aku ingin kau mengambil kekuatanmu ini. Yuya tersenyun tipis pada Elea. Lalu tubuhnya bergerak menepi dan bersandar pada daun pintu. "Masuk. Aku akan mengambil apa yang menjadi milikku." Elea mengganguk takzim. Lalu melangkah masuk ke dalam halte cafe. *** Di depan meja, Elea dan Yuya duduk saling berhadapan. Kavin sendiri berdiri di tengah-tengah mereka berdua. Seluruh tirai dalam cafe telah ditur

  • Halte Cafe   Sihir Itu Nyata

    Chaprer 9 Nat termanggu di hadapan Elea. Adik angkatnya itu sudah tidak bisa lagi membendung kegelisahan hatinya. Jadi, setibanya Nat dari perjalanan bisnisnya. Elea langsung menceritakan semuanya. "Kak, tolong jawab dengan jujur. Ini semua karena sihir, 'kan? Gue sudah mulai merasa aneh, saat kita berdua melakukan transplatasi mata. Bunga-bunga aneh, tempat-tempat aneh, bahkan orang-orang aneh yang kadang berseliweran di jalan." Nat masih terdiam dan itu membuat Elea semakin merasa gemas dengan kakaknya. "Elea," ujar Nat, "semua hal itu biasa. Di dunia ini tidak ada sihir." "Lalu gelas ini?" tukas Elea "Apa yang lo maksud dengan gelas itu?" "Ada tornado di dalamnya!" Elea menunjuk gelas yang di maksud tanpa menyentuhnya. Alis Nat bertaut bingung. "Tidak ada apapun di sana Elea. Lihatlah baik-baik. Gue mau istirahat Elea. Terima kasih atas ceritamu." Nat bangkit dari kursinya. Elea sendii tercengang dengan apa y

  • Halte Cafe   Hilangnya Kemampuan Sihir Dapur

    Chapter 8"Apa yang lo lakukan di sini?" geram Yuya dengan gemas. Elea sudah dua kali menginjakkan kakinya pada tempat tidak di undang."Emm, gue cuma mau bilang. Apa lo baik-baik saja?""Apa gue terlihat baik-baik sekarang?"Elea menggeleng pelan."Gue gak yakin. Tapi ... gue khawatir sama lo. Soal yang tadi--""Jangan membahasnya lagi," potong Yuya cepat. "Bisa gak? Lo keluar dari dapur gue sekarang? Gue mau kerja dan tolong pergi."Elea kembali mengganguk. Lalu berbalik arah meninggalkan dapur. Di cafe, suara ibu-ibu yang berbicara cukup menimbulkan polusi suara bagi Elea.Ia juga tidak ingat, mengapa tadi bisa mampir ke Halte Cafe. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.Sementara itu, cafe telah ditutup. Kavin telah kembali setelah Yuya meneleponnya dengan perasaan frustasi. Ini terjadi setelah Yuya memulangkan semua pelanggannya.Setibanya Kavin di dapur. Kondisi tempat tersebut telah berubah menjadi

  • Halte Cafe   Dandelion Flower Syrup

    Chaprer 7Gue keceplosan, Yuya membatin. Raut wajahnya sekonyong-konyong memerah. Ia pun jadi salah tingkah. Seharusnya ia tidak mengatakan siapa dirinya pada Elea."Oh, nama lo Yuya? Salken, gue Elea Noir," balas Elea.Tertengun, Yuya pikir Elea mungkin saja akan meledek atau mengancamnya, Apapun itu. Yuya agak terkejut dengan sikap Elea yang tidak terpikirkan olehnya.Elea yang nampak sibuk memperhatikan wadah mug jar di hadapannya. Seketika merasa begitu haus. Dandelion Flower Syrup terlihat begitu menggiurkan. Dan tahu-tahu saja, ia sudah menegak minuman tersebut dalam satu tarikan napas.Bunyi pantat mug jar yang agak sedikit dihempaskan pada meja, seketika mengangetkan lamunan Yuya. Kini, minuman tersebut sudah tinggal separuhnya saja."Sirup apa ini? Apa gue harus membayarnya juga? Rasanya enak," puji Elea. "Baru kali ini gue meminum rasa yang seperti ini.""Dandelion Flower Syrup," sahut Yuya."Hah?"

  • Halte Cafe   Penyelidikan

    Chapter 6Lonceng kecil dibalik pintu berdenting nyaring. Tatkala seseorang mendorongnya dari luar. Elea nampak terengah-rengah. Seolah-olah dia baru saja menyelesaikan marathon.Sorot matanya menelisik tajam pada Yuya yang sebenarnya berpura-pura sibuk dibalik meja kasir. Sedangkan, Kavin mencoba stay cool dengan pura-pura membaca buku."Tempat ini sarang sihir," seru Elea.Kavin terbatuk-batuk saking kagetnya ia. Luntur sudah, pose yang ia buat."Lo!" tunjuk Elea pada Kavin. Kavin sendiri malah menunjuk balik dirinya sendiri."Gue?""Iya lo! Kalian berdua itu memainkan sihir, 'kan? Gue tahu itu," ucapnya seraya kembali menoleh pada Yuya. Pria itu berpura-pura memasang wajah terkejut."Ini hanya cafe biasa, Nona. Mengapa Anda mengatakan hal seperti itu?" sanggah Yuya."Hah!" bentak Elea. Ia lalu berjalan menghampiri Yuya. "Gue perlu penjelasan dari lo berdua. Mengapa lo berdua ngikutin gue?"Kavin kembali t

  • Halte Cafe   Tamu Tidak di Undang

    Chapter 5Elea memilih kembali ke apartemen. Tempat di mana ia dibesarkan oleh Nat, sejak ia berusia 6 tahun. Elea yatim piatu dan Nat telah mengadopsinya saat itu.Tetapi, wanita itu tidak ingin dipanggil ibu oleh Elea. Dia lebih suka dipanggil kakak, sebagai saudara perempuan. Awalnya Elea keberatan soal itu. Namun, ia memilih mengikuti kemauan Nat.Seiring berjalannya waktu, Elea kecil mulai terbiasa dengan hal tersebut. Hari-harinya bersama Nat selalu penuh kebahagiaan. Nat selalu memanjakan Elea hingga wanita itu tidak pernah merasa kekurangan.Hingga suatu hari, Elea tidak ingat kapan peristiwa itu terjadi. Ia tahu-tahu terbangun di ranjang rumah sakit dengan mata kanan yang telah diperban. Lalu Nat yang juga terbaring tidak sadarkan diri di sampingnya.Elea menghela napas berat. Ingatannya tentang kejadian tersebut selalu menimbulkan sesak di dalam kalbu. Ia memantapkan diri, bahwa masa lalu yang pahit tidak perlu di kenang.Di

  • Halte Cafe   Bunga Naphel

    Chapter 4Setelah memutar balik mobil dalam keadaan cepat. Yuya dan Kavin bergegas menghampiri Elea. Wanita itu beringsut saat melihat dua orang pria mendekat padanya dengan wajah panik luar biasa.Mengenali salah satu dari mereka. Sontak membuat tubuh Elea untuk merespon dengan gerakan melarikan diri."Woy tunggu!" teriak Kavin. "Yuya! Ayo kejarrr!" Ia berlagak seperti seorang superhero dengan tangan mengepal ke udara.Yuya melirik sekilas ke arah Kavin. Tatapan matanya seolah berkata 'Oh apa yang sedang di lakukan pria ini?' Tetapi dia tetap memilih mengejar Elea. Wanita itu melarikan diri dengan cepat. Kavin dan Yuya membututi dari belakang."Sial! Kenapa gue bisa ketemu mereka lagi sih?!" batin Elea. Tungkainya terus bergerak cepat. Ia berlari sepanjang trotoar. Lalu berbelok pada sebuah jalan.Kavin dan Yuya semakin mempercepat gerak mereka. Hingga pada saatnya, ujung jari-jemari Yuya menggapai ujung kerah hoodie merah marrun Elea dari

  • Halte Cafe   Bertanya Pada Kavin

    Chapter 3 Setelah menurunkan semua belanjaan ke dalam dapur, bahkan tanpa merapikannya terlebih dahulu. Yuya bergegas menuju lantai dua dan langsung saja menerobos kamar yang memiliki dua ranjang di tiap sisinya. "Kavin bangun! Gue perlu bicara sama lo!" tukas Yuya seraya mengguncang-guncang tubuh sang Sahabat. Kavin yang merasa terusik, membuka kelopak matanya dengan malas. "Apaan sih, Yu? Ini hari libur," keluh Kavin. "Lo bersyukur hari ini cuma mendung doang. Kalau gue bangun. Jakarta hujan lebat lagi. Lo mau tanggung jawab, heuh?" "Buruan bangun! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Yuya yang masih mencoba menarik Kavin dari tempat tidur. Tubuh pria itu seperti batu. Tidak mau bergerak sama sekali. "Bulan jatuh dari langit?" ngawur Kavin "Bintang jatuh udah biasa. Jadi bulan jatuh gitu?" "Dasar aneh. Bukan itu! Lo harus bangun dan dengerin gue ngomong dulu." Dipaksanya Kavin bangun. Entah dengan cara apa. Di

  • Halte Cafe   Bahan Sihir

    Chapter 2Kavin yang tadi sempat hilang dalam dapur, kini muncul dengan setoples kacang almond dalam dekapan dada."Kavin!" cecar Yuya. Lalu merampas toples tersebut dengan cepat. "Gue udah bilang jangan sembarangan makan, makanan cafe!""Cewek tadi tidak akan menanggapi serius, 'kan?" ujar Kavin yang langsung mengalihkan pembicaraan."Gue rasa tidak. Ya, gue harap," tutur Yuya dengan berjalan memasuki dapur. Kavin mengekor di belakangnya."Eksperimen gue gagal. Dan gue gak berhasil membuat hujan menjadi reda. Kita hanya bisa membiarkan semuanya berjalan."Setelah meletakkan toples tersebut ke tempat asalnya. Yuya pun menghela napas berat. Lalu berbalik menatap Kavin dengan wajah gusar."Berhati-hatilah dengan non magus. Manusia-manusia itu menakutkan. Gue gak mau terlibat dengan mereka. Hari minggu besok, temani gue mencari bahan sihir.""Hah?! Tapi Yuya! Lo tahu, 'kan? Gue itu benci banget kalau ke pasar. Lo bisa sendiri kan?

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status