Beranda / Fantasi / Halte Cafe / Dandelion Flower Syrup

Share

Dandelion Flower Syrup

Penulis: Wino La
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-14 21:31:01

Chaprer 7

Gue keceplosan, Yuya membatin. Raut wajahnya sekonyong-konyong memerah. Ia pun jadi salah tingkah. Seharusnya ia tidak mengatakan siapa dirinya pada Elea.

"Oh, nama lo Yuya? Salken, gue Elea Noir," balas Elea.

Tertengun, Yuya pikir Elea mungkin saja akan meledek atau mengancamnya, Apapun itu. Yuya agak terkejut dengan sikap Elea yang tidak terpikirkan olehnya.

Elea yang nampak sibuk memperhatikan wadah mug jar di hadapannya. Seketika merasa begitu haus. Dandelion Flower Syrup terlihat begitu menggiurkan. Dan tahu-tahu saja, ia sudah menegak minuman tersebut dalam satu tarikan napas.

Bunyi pantat mug jar yang agak sedikit dihempaskan pada meja, seketika mengangetkan lamunan Yuya. Kini, minuman tersebut sudah tinggal separuhnya saja.

"Sirup apa ini? Apa gue harus membayarnya juga? Rasanya enak," puji Elea. "Baru kali ini gue meminum rasa yang seperti ini."

"Dandelion Flower Syrup," sahut Yuya.

"Hah?"

"Dandelion Flower Syrup," ulang Yuya kembali. "Itu minuman yang lo minum." 

Elea tertengun ketika mendengarnya.

"Dandelion? Maksud lo bunga Dandelion yang itu?"

Yuya mengganguk.

"Wah," seru Elea takjub. "Seumur-umur gue baru pertama kali minum jus yang dibuat dari sari bunga. Pantas aja, lo gak mau menampilkan susunan menu. Pasti karena lo takut ke saing, 'kan?" tebak Elea

Lekuk bibir Yuya tertarik tipis. Minumannya berhasil mengontrol perasaan Elea. Wanita itu justru lebih santai dalam berbicara. Beda hal-nya dengan tadi.

Yuya pikir, dia perlu menemani Elea berbicara. Maka dari itu, ia menarik kursi kosong di dekatnya dari bawah meja. Lalu duduk tepat di hadapan Elea. 

"Oh, ya. Tadi Kavin bilang apa? Pas mau pergi?" selidik Yuya. Berusaha agar Elea tidak kembali teringat alasannya datang ke cafe.

"Mau mengurus cuaca. Dia kerja di BMKG?" tanya balik Elea. Lalu kembali meneguk Dandelion Flower Syrup hingga tandas.

"Lo bisa menggangapnya begitu," sahut Yuya. Toh, itu ada benarnya. Kavin memang bekerja di BMKG ... BMKG sihir maksudnya.

Sejenak, hening menyelimuti mereka berdua. Yuya kehabisan bahan obrolan. Dia sudah tidak tahu harus berkata apa. Elea, juga mulai kebingungan. Rasanya, tadi ia ingin mengatakan sesuatu. Walakin, semuanya seakan menguap dari dalam benaknya. 

Ting, suara lonceng dibalik pintu berdenting nyaring. Keduanya pun kompak menolehkan kepala ke arah yang sama. Pintu cafe tengah terbuka dari luar. Lalu menampilkan, sekumpulan ibu-ibu berpakaian olahraga  yang sekonyong-konyong masuk ke dalam cafe.

"Yuk, Bu Ajeng di sini aja. Tempatnya bagus kok. Kita bisa foto-foto di sini." Seseorang mengkomando seorang wanita yang sepertinya ketua kelompok tersebut.

Yuya bangkit dari kursi. Raut wajahnya berubah panik. Ini tidak seharusnya terjadi. Dia hanya membuka kabut tipis di luar cafe hanya untuk mengizinkan Elea masuk. Bukan untuk para pengunjung baru. Sial, sihirnya mengalami gangguan. 

"Yuya. Lo mau ke mana?" cegat Elea saat Yuya hendak berjalan menghampiri pintu.

"Lepasin gue. Ada hal yang harus gue urus."

"Oh, tamu? Oke, oke. Silakan."

Elea pun melepaskan genggamannya. Yuya pun bergegas melangkah keluar cafe. Tanpa mempedulikan kericuhan yang terjadi.

"Dek, tolong buku menunya," panggil seorang wanita dengan alis cetar membahana. 

Elea yang terkejut dirinya dipanggil. Malah menunjuk dirinya sendiri.

"Saya, Bu?" tanyanya

"Iya kamu. Saya mau pesan nih. Buruan!"

"Tapi saya bukan--"

"Kan tadi kamu duduk sama cowokmu, 'kan?" 

Elea bingung. Yuya belum kembali. Entah apa yang dilakukannya di luar. Karena di desak terus-menerus, Elea pun terpaksa pergi ke meja kasir. Mencari secarik kertas dan pulpen di sana. Walakin, dia sama sekali tidak menemukannya.

Kemudian dengan tergesa-gesa. Elea mengambil nampan dan tujuh gelas kaca dari rak. Lalu mengisinya dengan air putih dari dispenser. Ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa. Semuanya membuatnya panik.

Saat Elea hendak berjalan mengantar minuman tersebut. Yuya kembali masuk ke dalam cafe. Sorot matanya terlihat tercengang, begitu melihat nampan yang sedang dibawa Elea. Seorang ahli dapur, sangat membenci siapapun yang masuk di dapurnya tanpa permisi.

"Lo!" bentaknya kasar.

Elea yang terkejut, sontak saja menyandung kakinya sendiri. Alhasil, minuman yang ia bawa melayang ke udara. Dan sebelum gelas-gelas tersebut menghasilkan bunyi pecahan saat bertemu di lantai.

Yuya dengan sigap menarik lengan Elea, hingga gadis itu keluar dari wilayah akan adanya pecahan kaca. Tetapi sayang, Elea justru menubruk tubuh Kavin hingga ia jatuh tepat di atasnya.

Saat itu, waktu seolah melambat. Ibu-ibu kompleks yang kebetulan lagi memotret dan merekam aktivitas mereka. Bergerak cepat mengabadikan momen tersebut.

Nyala lampu blitz dari kamera seakan mengantar gelombang listrik pada Elea. Dia seolah merasakan bibirnya mengalami sengatan listrik saat ia menindih bibir Yuya dengan bibirnya. 

Buru-buru, ia menarik dirinya menjauh. Wajahnya mendadak memerah. Perasaannya bercampur aduk. Bunyi pecahan gelas, seolah baru tertangkap indra pendengarannya.

Rasanya, Elea ingin melarikan diri. Tetapi itu tidak mungkin bukan. Ia masih terlalu malu untuk membuat tungkai kakinya bergerak.

"Eh, kalian tidak apa-apa?" ujar seorang ibu-ibu. "Hati-hati pecahan kacanya."

Elea mengganguk kaku. Yuya yang baru bangkit dari lantai. Terlihat masih syok dengan apa yang terjadi. Jarinya tanpa sadar menyentuh bibirnya sendiri.

Bibirnya terasa terbakar. Lalu ia menatap Elea. Bagaimana mungkin kecupan tidak diduga tersebut. Dapat membuat efek seperti orang terkena sengatan listrik. 

Wanita yang tengah ditatapnya itu, kini telah berjongkok mengumpulkan pecahan kaca menggunakan tangan kosong. Sebagai seorang lelaki, Yuya bertindak mengambil sapu dan kantong plastik untuk membersihkannya segera.

"Biarin gue yang membersihkan," usir Yuya. Walakin, Elea menggeleng.

"Gak! Gue saja. Lo bantu siapin pesanan mereka aja."

"Ini cafe gue," tandas Yuya.

Gerakan tangan Elea terhenti. Ia seolah tersadar akan sesuatu. Kepalanya mengganguk kecil. Lalu bergegas berdiri dan mengambil jarak agar Yuya bisa memberikan.

Dia merasa bersalah dan tidak ingin membuat Yuya merasa kerepotan. Walakin, ia masih penasaran. Mengapa Yuya lebih memilih keluar cafe daripada menjamu tamu.

***

Setelah berbenah, Yuya pun kembali menyibukkan diri masuk ke dalam dapur. Sekonyong-konyong, pikirannya seakan tidak bekerja. Tidak ada satu pun resep yang bisa ia pikirkan untuk pengunjung dadakannya. 

"Berpikirlah Yuya."

Ia berbicara pada dirinya sendiri. Tahu-tahu, ia pun berjalan mondar-mandir di dapur dengan gelisah. 

Pikirannya buntu. Entah karena hal yang mana. Kedatangan Elea yang mendadak kah? Atau justru sebuah insiden kecupan tidak sengaja itu.

Merasa frustasi, Yuya pun mengacak-acak rambutnya sendiri. Merasa perlu minum untuk menenangkan diri. Ia pun pergi mengambil sebuah botol mineral dari dalam kulkas.

"Yuya?"

Air yang belum melewati kerongkongan. Mendadak menyembur keluar. Yuya dengan cepat memukul-mukul dadanya dengan keras. Matanya melotot dan seakan ingin melompat keluar, saat melihat kepala wanita tersebut menyundul masuk ke dalam dapur.

Bagi Yuya, Elea benar-benar membawa sial. Belum sehari wanita itu berada di Halte Cafe. Yuya sudah cukup mendapatkan masalah.

__/____///___//____

bersambung

Bab terkait

  • Halte Cafe   Hilangnya Kemampuan Sihir Dapur

    Chapter 8"Apa yang lo lakukan di sini?" geram Yuya dengan gemas. Elea sudah dua kali menginjakkan kakinya pada tempat tidak di undang."Emm, gue cuma mau bilang. Apa lo baik-baik saja?""Apa gue terlihat baik-baik sekarang?"Elea menggeleng pelan."Gue gak yakin. Tapi ... gue khawatir sama lo. Soal yang tadi--""Jangan membahasnya lagi," potong Yuya cepat. "Bisa gak? Lo keluar dari dapur gue sekarang? Gue mau kerja dan tolong pergi."Elea kembali mengganguk. Lalu berbalik arah meninggalkan dapur. Di cafe, suara ibu-ibu yang berbicara cukup menimbulkan polusi suara bagi Elea.Ia juga tidak ingat, mengapa tadi bisa mampir ke Halte Cafe. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.Sementara itu, cafe telah ditutup. Kavin telah kembali setelah Yuya meneleponnya dengan perasaan frustasi. Ini terjadi setelah Yuya memulangkan semua pelanggannya.Setibanya Kavin di dapur. Kondisi tempat tersebut telah berubah menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Halte Cafe   Sihir Itu Nyata

    Chaprer 9 Nat termanggu di hadapan Elea. Adik angkatnya itu sudah tidak bisa lagi membendung kegelisahan hatinya. Jadi, setibanya Nat dari perjalanan bisnisnya. Elea langsung menceritakan semuanya. "Kak, tolong jawab dengan jujur. Ini semua karena sihir, 'kan? Gue sudah mulai merasa aneh, saat kita berdua melakukan transplatasi mata. Bunga-bunga aneh, tempat-tempat aneh, bahkan orang-orang aneh yang kadang berseliweran di jalan." Nat masih terdiam dan itu membuat Elea semakin merasa gemas dengan kakaknya. "Elea," ujar Nat, "semua hal itu biasa. Di dunia ini tidak ada sihir." "Lalu gelas ini?" tukas Elea "Apa yang lo maksud dengan gelas itu?" "Ada tornado di dalamnya!" Elea menunjuk gelas yang di maksud tanpa menyentuhnya. Alis Nat bertaut bingung. "Tidak ada apapun di sana Elea. Lihatlah baik-baik. Gue mau istirahat Elea. Terima kasih atas ceritamu." Nat bangkit dari kursinya. Elea sendii tercengang dengan apa y

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Halte Cafe   Mengembalikan sihir

    Chapter 10 Elea menarik napas dalam. Dirinya syok tentu saja. Dia lalu menatap nanar pada Yuya. Elea juga kemudian bingung. Setelah mengetahui semuanya, dia seperti kehilangan arah. Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia seharusnya bersyukur atau tidak. Tatapannya mengarah ke bawah. Ditatapnya sepatu kets hitam yang tengah dikenakannya. Lalu beralih mendongak menatap Yuya. "Aku minta maaf soal sihirmu. Tetapi aku tidak tahu bagaimana sihirmu bisa berpindah padaku. Aku tidak keberatan jika kau mau mengambilnya lagi. Karena memang, aku ingin kau mengambil kekuatanmu ini. Yuya tersenyun tipis pada Elea. Lalu tubuhnya bergerak menepi dan bersandar pada daun pintu. "Masuk. Aku akan mengambil apa yang menjadi milikku." Elea mengganguk takzim. Lalu melangkah masuk ke dalam halte cafe. *** Di depan meja, Elea dan Yuya duduk saling berhadapan. Kavin sendiri berdiri di tengah-tengah mereka berdua. Seluruh tirai dalam cafe telah ditur

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Halte Cafe   Hot Butterbeer Sunflower

    Chapter 1 Udara sekonyong-konyong mengalami penurunan suhu, sejak seminggu terakhir Jakarta diguyur dengan hujan terus-menerus. Elea, yang kebetulan pulang saat melewati kota tua dikejutkan dengan sebuah plakat toko bertuliskan 'Halte Cafe' di salah satu sisi jalan. Ia pun tertawa kecil begitu membacanya.Nama toko yang aneh, pikir Elea. Ia yang sudah sedikit kebasahan dalam rintik kecil air hujan pun memutuskan untuk singgah ke tempat itu sebentar. Lagipula, tampilan bangunan cafe tersebut terasa vintage ala-ala abad pertengahan. Rasanya rugi, jika melewatkan diri untuk berkunjung. Ketika pintu berkayu ek didorong Elea dari luar. Bunyi lonceng dari balik pintu berdenting nyaring. Hingga membuat seorang pria mendongakkan kepala ke arah pintu masuk. "Selamat siang. Selamat datang di Halte Cafe," sambut Yuya sang Owner cafe. Mata pria itu sedikit menyipit tatkala melihat warna kelabu berpendar keluar dari tubuh Elea. Wanita dengan rambu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Halte Cafe   Bahan Sihir

    Chapter 2Kavin yang tadi sempat hilang dalam dapur, kini muncul dengan setoples kacang almond dalam dekapan dada."Kavin!" cecar Yuya. Lalu merampas toples tersebut dengan cepat. "Gue udah bilang jangan sembarangan makan, makanan cafe!""Cewek tadi tidak akan menanggapi serius, 'kan?" ujar Kavin yang langsung mengalihkan pembicaraan."Gue rasa tidak. Ya, gue harap," tutur Yuya dengan berjalan memasuki dapur. Kavin mengekor di belakangnya."Eksperimen gue gagal. Dan gue gak berhasil membuat hujan menjadi reda. Kita hanya bisa membiarkan semuanya berjalan."Setelah meletakkan toples tersebut ke tempat asalnya. Yuya pun menghela napas berat. Lalu berbalik menatap Kavin dengan wajah gusar."Berhati-hatilah dengan non magus. Manusia-manusia itu menakutkan. Gue gak mau terlibat dengan mereka. Hari minggu besok, temani gue mencari bahan sihir.""Hah?! Tapi Yuya! Lo tahu, 'kan? Gue itu benci banget kalau ke pasar. Lo bisa sendiri kan?

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Halte Cafe   Bertanya Pada Kavin

    Chapter 3 Setelah menurunkan semua belanjaan ke dalam dapur, bahkan tanpa merapikannya terlebih dahulu. Yuya bergegas menuju lantai dua dan langsung saja menerobos kamar yang memiliki dua ranjang di tiap sisinya. "Kavin bangun! Gue perlu bicara sama lo!" tukas Yuya seraya mengguncang-guncang tubuh sang Sahabat. Kavin yang merasa terusik, membuka kelopak matanya dengan malas. "Apaan sih, Yu? Ini hari libur," keluh Kavin. "Lo bersyukur hari ini cuma mendung doang. Kalau gue bangun. Jakarta hujan lebat lagi. Lo mau tanggung jawab, heuh?" "Buruan bangun! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Yuya yang masih mencoba menarik Kavin dari tempat tidur. Tubuh pria itu seperti batu. Tidak mau bergerak sama sekali. "Bulan jatuh dari langit?" ngawur Kavin "Bintang jatuh udah biasa. Jadi bulan jatuh gitu?" "Dasar aneh. Bukan itu! Lo harus bangun dan dengerin gue ngomong dulu." Dipaksanya Kavin bangun. Entah dengan cara apa. Di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Halte Cafe   Bunga Naphel

    Chapter 4Setelah memutar balik mobil dalam keadaan cepat. Yuya dan Kavin bergegas menghampiri Elea. Wanita itu beringsut saat melihat dua orang pria mendekat padanya dengan wajah panik luar biasa.Mengenali salah satu dari mereka. Sontak membuat tubuh Elea untuk merespon dengan gerakan melarikan diri."Woy tunggu!" teriak Kavin. "Yuya! Ayo kejarrr!" Ia berlagak seperti seorang superhero dengan tangan mengepal ke udara.Yuya melirik sekilas ke arah Kavin. Tatapan matanya seolah berkata 'Oh apa yang sedang di lakukan pria ini?' Tetapi dia tetap memilih mengejar Elea. Wanita itu melarikan diri dengan cepat. Kavin dan Yuya membututi dari belakang."Sial! Kenapa gue bisa ketemu mereka lagi sih?!" batin Elea. Tungkainya terus bergerak cepat. Ia berlari sepanjang trotoar. Lalu berbelok pada sebuah jalan.Kavin dan Yuya semakin mempercepat gerak mereka. Hingga pada saatnya, ujung jari-jemari Yuya menggapai ujung kerah hoodie merah marrun Elea dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Halte Cafe   Tamu Tidak di Undang

    Chapter 5Elea memilih kembali ke apartemen. Tempat di mana ia dibesarkan oleh Nat, sejak ia berusia 6 tahun. Elea yatim piatu dan Nat telah mengadopsinya saat itu.Tetapi, wanita itu tidak ingin dipanggil ibu oleh Elea. Dia lebih suka dipanggil kakak, sebagai saudara perempuan. Awalnya Elea keberatan soal itu. Namun, ia memilih mengikuti kemauan Nat.Seiring berjalannya waktu, Elea kecil mulai terbiasa dengan hal tersebut. Hari-harinya bersama Nat selalu penuh kebahagiaan. Nat selalu memanjakan Elea hingga wanita itu tidak pernah merasa kekurangan.Hingga suatu hari, Elea tidak ingat kapan peristiwa itu terjadi. Ia tahu-tahu terbangun di ranjang rumah sakit dengan mata kanan yang telah diperban. Lalu Nat yang juga terbaring tidak sadarkan diri di sampingnya.Elea menghela napas berat. Ingatannya tentang kejadian tersebut selalu menimbulkan sesak di dalam kalbu. Ia memantapkan diri, bahwa masa lalu yang pahit tidak perlu di kenang.Di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • Halte Cafe   Mengembalikan sihir

    Chapter 10 Elea menarik napas dalam. Dirinya syok tentu saja. Dia lalu menatap nanar pada Yuya. Elea juga kemudian bingung. Setelah mengetahui semuanya, dia seperti kehilangan arah. Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia seharusnya bersyukur atau tidak. Tatapannya mengarah ke bawah. Ditatapnya sepatu kets hitam yang tengah dikenakannya. Lalu beralih mendongak menatap Yuya. "Aku minta maaf soal sihirmu. Tetapi aku tidak tahu bagaimana sihirmu bisa berpindah padaku. Aku tidak keberatan jika kau mau mengambilnya lagi. Karena memang, aku ingin kau mengambil kekuatanmu ini. Yuya tersenyun tipis pada Elea. Lalu tubuhnya bergerak menepi dan bersandar pada daun pintu. "Masuk. Aku akan mengambil apa yang menjadi milikku." Elea mengganguk takzim. Lalu melangkah masuk ke dalam halte cafe. *** Di depan meja, Elea dan Yuya duduk saling berhadapan. Kavin sendiri berdiri di tengah-tengah mereka berdua. Seluruh tirai dalam cafe telah ditur

  • Halte Cafe   Sihir Itu Nyata

    Chaprer 9 Nat termanggu di hadapan Elea. Adik angkatnya itu sudah tidak bisa lagi membendung kegelisahan hatinya. Jadi, setibanya Nat dari perjalanan bisnisnya. Elea langsung menceritakan semuanya. "Kak, tolong jawab dengan jujur. Ini semua karena sihir, 'kan? Gue sudah mulai merasa aneh, saat kita berdua melakukan transplatasi mata. Bunga-bunga aneh, tempat-tempat aneh, bahkan orang-orang aneh yang kadang berseliweran di jalan." Nat masih terdiam dan itu membuat Elea semakin merasa gemas dengan kakaknya. "Elea," ujar Nat, "semua hal itu biasa. Di dunia ini tidak ada sihir." "Lalu gelas ini?" tukas Elea "Apa yang lo maksud dengan gelas itu?" "Ada tornado di dalamnya!" Elea menunjuk gelas yang di maksud tanpa menyentuhnya. Alis Nat bertaut bingung. "Tidak ada apapun di sana Elea. Lihatlah baik-baik. Gue mau istirahat Elea. Terima kasih atas ceritamu." Nat bangkit dari kursinya. Elea sendii tercengang dengan apa y

  • Halte Cafe   Hilangnya Kemampuan Sihir Dapur

    Chapter 8"Apa yang lo lakukan di sini?" geram Yuya dengan gemas. Elea sudah dua kali menginjakkan kakinya pada tempat tidak di undang."Emm, gue cuma mau bilang. Apa lo baik-baik saja?""Apa gue terlihat baik-baik sekarang?"Elea menggeleng pelan."Gue gak yakin. Tapi ... gue khawatir sama lo. Soal yang tadi--""Jangan membahasnya lagi," potong Yuya cepat. "Bisa gak? Lo keluar dari dapur gue sekarang? Gue mau kerja dan tolong pergi."Elea kembali mengganguk. Lalu berbalik arah meninggalkan dapur. Di cafe, suara ibu-ibu yang berbicara cukup menimbulkan polusi suara bagi Elea.Ia juga tidak ingat, mengapa tadi bisa mampir ke Halte Cafe. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.Sementara itu, cafe telah ditutup. Kavin telah kembali setelah Yuya meneleponnya dengan perasaan frustasi. Ini terjadi setelah Yuya memulangkan semua pelanggannya.Setibanya Kavin di dapur. Kondisi tempat tersebut telah berubah menjadi

  • Halte Cafe   Dandelion Flower Syrup

    Chaprer 7Gue keceplosan, Yuya membatin. Raut wajahnya sekonyong-konyong memerah. Ia pun jadi salah tingkah. Seharusnya ia tidak mengatakan siapa dirinya pada Elea."Oh, nama lo Yuya? Salken, gue Elea Noir," balas Elea.Tertengun, Yuya pikir Elea mungkin saja akan meledek atau mengancamnya, Apapun itu. Yuya agak terkejut dengan sikap Elea yang tidak terpikirkan olehnya.Elea yang nampak sibuk memperhatikan wadah mug jar di hadapannya. Seketika merasa begitu haus. Dandelion Flower Syrup terlihat begitu menggiurkan. Dan tahu-tahu saja, ia sudah menegak minuman tersebut dalam satu tarikan napas.Bunyi pantat mug jar yang agak sedikit dihempaskan pada meja, seketika mengangetkan lamunan Yuya. Kini, minuman tersebut sudah tinggal separuhnya saja."Sirup apa ini? Apa gue harus membayarnya juga? Rasanya enak," puji Elea. "Baru kali ini gue meminum rasa yang seperti ini.""Dandelion Flower Syrup," sahut Yuya."Hah?"

  • Halte Cafe   Penyelidikan

    Chapter 6Lonceng kecil dibalik pintu berdenting nyaring. Tatkala seseorang mendorongnya dari luar. Elea nampak terengah-rengah. Seolah-olah dia baru saja menyelesaikan marathon.Sorot matanya menelisik tajam pada Yuya yang sebenarnya berpura-pura sibuk dibalik meja kasir. Sedangkan, Kavin mencoba stay cool dengan pura-pura membaca buku."Tempat ini sarang sihir," seru Elea.Kavin terbatuk-batuk saking kagetnya ia. Luntur sudah, pose yang ia buat."Lo!" tunjuk Elea pada Kavin. Kavin sendiri malah menunjuk balik dirinya sendiri."Gue?""Iya lo! Kalian berdua itu memainkan sihir, 'kan? Gue tahu itu," ucapnya seraya kembali menoleh pada Yuya. Pria itu berpura-pura memasang wajah terkejut."Ini hanya cafe biasa, Nona. Mengapa Anda mengatakan hal seperti itu?" sanggah Yuya."Hah!" bentak Elea. Ia lalu berjalan menghampiri Yuya. "Gue perlu penjelasan dari lo berdua. Mengapa lo berdua ngikutin gue?"Kavin kembali t

  • Halte Cafe   Tamu Tidak di Undang

    Chapter 5Elea memilih kembali ke apartemen. Tempat di mana ia dibesarkan oleh Nat, sejak ia berusia 6 tahun. Elea yatim piatu dan Nat telah mengadopsinya saat itu.Tetapi, wanita itu tidak ingin dipanggil ibu oleh Elea. Dia lebih suka dipanggil kakak, sebagai saudara perempuan. Awalnya Elea keberatan soal itu. Namun, ia memilih mengikuti kemauan Nat.Seiring berjalannya waktu, Elea kecil mulai terbiasa dengan hal tersebut. Hari-harinya bersama Nat selalu penuh kebahagiaan. Nat selalu memanjakan Elea hingga wanita itu tidak pernah merasa kekurangan.Hingga suatu hari, Elea tidak ingat kapan peristiwa itu terjadi. Ia tahu-tahu terbangun di ranjang rumah sakit dengan mata kanan yang telah diperban. Lalu Nat yang juga terbaring tidak sadarkan diri di sampingnya.Elea menghela napas berat. Ingatannya tentang kejadian tersebut selalu menimbulkan sesak di dalam kalbu. Ia memantapkan diri, bahwa masa lalu yang pahit tidak perlu di kenang.Di

  • Halte Cafe   Bunga Naphel

    Chapter 4Setelah memutar balik mobil dalam keadaan cepat. Yuya dan Kavin bergegas menghampiri Elea. Wanita itu beringsut saat melihat dua orang pria mendekat padanya dengan wajah panik luar biasa.Mengenali salah satu dari mereka. Sontak membuat tubuh Elea untuk merespon dengan gerakan melarikan diri."Woy tunggu!" teriak Kavin. "Yuya! Ayo kejarrr!" Ia berlagak seperti seorang superhero dengan tangan mengepal ke udara.Yuya melirik sekilas ke arah Kavin. Tatapan matanya seolah berkata 'Oh apa yang sedang di lakukan pria ini?' Tetapi dia tetap memilih mengejar Elea. Wanita itu melarikan diri dengan cepat. Kavin dan Yuya membututi dari belakang."Sial! Kenapa gue bisa ketemu mereka lagi sih?!" batin Elea. Tungkainya terus bergerak cepat. Ia berlari sepanjang trotoar. Lalu berbelok pada sebuah jalan.Kavin dan Yuya semakin mempercepat gerak mereka. Hingga pada saatnya, ujung jari-jemari Yuya menggapai ujung kerah hoodie merah marrun Elea dari

  • Halte Cafe   Bertanya Pada Kavin

    Chapter 3 Setelah menurunkan semua belanjaan ke dalam dapur, bahkan tanpa merapikannya terlebih dahulu. Yuya bergegas menuju lantai dua dan langsung saja menerobos kamar yang memiliki dua ranjang di tiap sisinya. "Kavin bangun! Gue perlu bicara sama lo!" tukas Yuya seraya mengguncang-guncang tubuh sang Sahabat. Kavin yang merasa terusik, membuka kelopak matanya dengan malas. "Apaan sih, Yu? Ini hari libur," keluh Kavin. "Lo bersyukur hari ini cuma mendung doang. Kalau gue bangun. Jakarta hujan lebat lagi. Lo mau tanggung jawab, heuh?" "Buruan bangun! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Yuya yang masih mencoba menarik Kavin dari tempat tidur. Tubuh pria itu seperti batu. Tidak mau bergerak sama sekali. "Bulan jatuh dari langit?" ngawur Kavin "Bintang jatuh udah biasa. Jadi bulan jatuh gitu?" "Dasar aneh. Bukan itu! Lo harus bangun dan dengerin gue ngomong dulu." Dipaksanya Kavin bangun. Entah dengan cara apa. Di

  • Halte Cafe   Bahan Sihir

    Chapter 2Kavin yang tadi sempat hilang dalam dapur, kini muncul dengan setoples kacang almond dalam dekapan dada."Kavin!" cecar Yuya. Lalu merampas toples tersebut dengan cepat. "Gue udah bilang jangan sembarangan makan, makanan cafe!""Cewek tadi tidak akan menanggapi serius, 'kan?" ujar Kavin yang langsung mengalihkan pembicaraan."Gue rasa tidak. Ya, gue harap," tutur Yuya dengan berjalan memasuki dapur. Kavin mengekor di belakangnya."Eksperimen gue gagal. Dan gue gak berhasil membuat hujan menjadi reda. Kita hanya bisa membiarkan semuanya berjalan."Setelah meletakkan toples tersebut ke tempat asalnya. Yuya pun menghela napas berat. Lalu berbalik menatap Kavin dengan wajah gusar."Berhati-hatilah dengan non magus. Manusia-manusia itu menakutkan. Gue gak mau terlibat dengan mereka. Hari minggu besok, temani gue mencari bahan sihir.""Hah?! Tapi Yuya! Lo tahu, 'kan? Gue itu benci banget kalau ke pasar. Lo bisa sendiri kan?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status