"Selamat pagi, Rumput!"
Keysa melambai pada rumput halaman dengan senyum lebar, tangannya memegang tali tas, kakinya melangkah ringan sambil melompat kecil. "Yeay, yeay, sekolah!"
"Cie, yang mau sekolah."
Terlonjak karena suara itu, dia menoleh dan semakin tersenyum lebar, Keysa berlari membuka gerbang rumahnya, berdiri di depan seorang laki-laki yang juga sebaya dengannya.
"Kayvi, akhirnya Keysa sekolah juga!"
Kayvi tersenyum melihat Keysa. Ia membuka pintu mobil pada gadis itu untuk masuk. Kayvi segera berlari menuju kemudi dan melaju bergabung dengan kendaraan lain.
"Awas giginya kering, Key!"
Keysa semakin tertawa. "Keysa senang bisa sekolah lagi."
"Seneng aja atau seneng banget?" tanya Kayvi dengan alis terangkat—menggoda.
"Banget, banget, banget, banget!" seru Keysa semangat.
Kayvi terkekeh.
"Coba aja dari dulu Kayvi ngomong sama mama papa, Keysa nggak perlu home schooling."
"Keysa kerja, 'kan? Kalau nggak, aku pasti ngomong dari dulu sama Tuan dan Nyonya Jennifer."
Keysa memayunkan bibirnya dengan anggukan kecil.
"Kok, jadi sedih?" tanya Kayvi.
"Ah, nggak, tuh." Keysa membelalakan matanya menunjukkan pada Kayvi yang langsung mendelik dan menjauhkan wajahnya dengan telunjuk.
"Key, coba buka dashboardnya!" ujar Kayvi.
"Nggak mau," tolak Keysa, seraya memalingkan wajahnya.
"Buka dulu, di situ ada earphone-ku."
Keysa melipat tangan, menggeleng tegas membuat Kayvi geram dan memaksanya agar membuka dashboard. Ia dengan kesal akhirnya menurut, keningnya langsung mengerut melihat box kecil di dalam sana.
Kayvi tersenyum manis dan mengangguk, Keysa tanpa pikir panjang mengambil kotak itu. "Jam?" tanya Keysa dengan alis terangkat.
"Iya, hadiah hari pertama Keysa sekolah biar makin semangat."
Keysa langsung memakai jam itu dan menjulurkan tangannya ke luar kaca.
Kayvi mengeram kesal, menarik tangan gadis itu, memberikan tatapan tajam sementara Keysa malah tersenyum menunjukkan nama "ay.ay keysa" di dalam jam.
"Khusus buat Keysa," ucap Kayvi.
Keysa mengusap jam tangan itu, tak henti-hentinya melihat dan tersenyum.
"Ini hadiah hari pertama Keysa?"Kayvi mengangguk.
"Berarti besok ada lagi, dong."
Kayvi mengerutkan keningnya.
"Ini untuk hari pertama, 'kan? Masih ada hari kedua, ketiga, keempat, kelima dan seterusnya!" seru Keysa.
Kayvi menatap gadis itu lagi dengan jengkel. Keysa tertawa, menyalakan radio menggoyangkan tubuhnya mengikuti beat musik.
"Kayvi, nanti di sekolah Keysa pasti punya banyak temen, 'kan?"
Kayvi mengangguk.
"Iya dong, nanti Kayvi jangan cemburu, ya, kalau Keysa main sama teman baru."
Kayvi mendelik membuat Keysa tertawa lagi. Mobil berbelok masuk ke dalam kawasan sekolah dan memarkirkan mobilnya. Keysa semakin semangat melihat lapangan sekolah yang sangat luas.
"Kay, ini persis sama yang Keysa lihat di film-film."
Kayvi tersenyum. Dia keluar dan segera membukakan pintu untuk Keysa.
"Keysa!"
Keysa tersenyum melihat banyak orang langsung mengerumuni dan memanggilnya.
"Key, gue ngefans sama lo." Seorang laki-laki menerobos dan memberikan Keysa paperbag.
Keysa menerimanya dengan senyum manis, lalu banyak orang berebutan memberikan hadiah membuatnya semakin kewalahan, untung saja Kayvi langsung mengambil semua hadiah untuk dipegang.
"Key, boleh minta foto nggak?"
Keysa mengangguk, mengambil posisi berdiri di tengah kerumunan itu, memberikan isyarat pada Kayvi yang berdecak. Dia meletakkan paperbag yang dipegangnya, lalu mengambil ponsel yang diberikan salah satu dari mereka.
Ckrek.
"Lagi-lagi!"
Kayvi semakin kesal saja karena banyak oang yang memberikan ponsel padanya.
Ckrek, ckrek, ckrek, ckrek.
Kayvi mengambil beberapa foto dan malah semakin banyak yang memberikannya ponsel. "Udah-udah." Dia mengembalikan ponsel itu dan memegang paperbag lagi, menarik Keysa agar berjalan di depannya sementara ia bersusah payah menjauhkan orang-orang yang berdesakan pada Keysa.
Nasib menjadi seorang bodyguard.
"Key, nanti ke kantin, ya."
Keysa mengangguk kecil, melambai sebelum akhirnya ia menaiki tangga. Sesekali ia tersenyum lagi saat ada yang menyapa dan mengambil fotonya lalu masuk ke dalam kelas.
DOR!
Keysa terlonjak memegang dadanya mendengar suara meledak saat ia membuka pintu.
"WELCOME, KEYSA!"
Keysa mengerjap melihat dua orang perempuan dan seorang laki-laki menghampirinya.
"Welcome, Keysa Jennifer, seorang model terkenal. Kami semua nerima lo dengan senang hati," ucap salah satu seorang perempuan tersenyum padanya.
Keysa masih mengerjap.
"Key."
Dia tersadar karena suara itu dan membungkuk kecil. "Terima kasih, senang bergabung dengan kalian," ucapnya dengan senyum manis.
Beberapa orang langsung salah tingkah, berbisik dan heboh sendiri.
"Gue Anetta." Perempuan itu menjulurkan tangan sebagai perkenalan diri.
Keysa menerima uluran tangan itu.
"Senang bertemu denganmu, Anetta.""Key, gue Aletta."
Keysa menerima uluran tangan itu lagi.
"Ekhem, ekhem, ekhem, Keysa ...."
Keysa menaikkan alisnya melihat seorang laki-laki dengan gaya so(k) menjulurkan tangan padanya.
"Gue Albi."
Keysa mengangguk kecil, melirik Kayvi yang balas mengangguk, dan langsung membalas uluran tangan itu.
Albi langsung memegang dadanya dengan dramatis, ia berpura-pura pingsan membuat semua orang tertawa.
"Permisi."
Keysa dan yang lain langsung menoleh.
Kayvi terdiam, seketika mematung melihat seorang perempuan yang berdiri di depannya. "Helen ...."
***
"Apa kita masih perlu perkenalan diri lagi?" tanya seorang guru yang memasuki kelas 11 IPA 1.
"Iya, Bu, 'kan, ada anak baru di kelas kita."
"Baiklah, perkenalkan diri kalian. Mulai dari kamu, Albi!"
Albi berdiri dari duduknya, tersenyum pada Keysa yang sempat meliriknya.
"Perkenalkan nama Saya Albivaran Loxie, biasa dipanggil Albi atau Mas Ganteng." Ia mengibaskan rambutnya ke belakang."Huek!"
Albi mendelik melihat Aletta yang keluar dari kursi dan berpura-pura mual. Keysa langsung tertawa melihat itu, matanya tak sengaja melirik Kayvi yang terus menoleh ke sudut seberang membuatnya sedikit bingung.
"Albi, silakan duduk. Aletta, cepat perkenalan dirimu!"
Aletta langsung berdiri tegak.
"Perkenalkan, nama Saya Aletta Loxie. Biasa dipanggil Noleh."Semua penghuni kelas menatap Aletta heran.
"'Dipanggil harus noleh dong nanti dibilang sombong," jelas Aletta melihat kebingungan itu.
Lalu tawa pecah memenuhi ruang kelas. Guru itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Anetta langsung berdiri.
"Perkenalkan, Saya Anetta Loxie biasa dipanggil Anet atau Anetta. Terima kasih." Tanpa dipersilahkan Anetta langsung duduk.
"Albi, Aletta, tiru saudara kalian—Anetta. Dia tegas dan berbicara secukupnya, tidak seperti kalian yang terus membual."
Keduanya mencebikkan bibirnya membuat mereka mendapat tatapan tajam dari sang guru.
"Iya, Bu." Keduanya pasrah menjawab.
"Selanjutnya."
"Saya Sandi."
"Saya Putri."
"Kayvi." Keysa mendekat, berbisik pada telinga Kayvi.
Kayvi langsung mengalihkan perhatiannya dengan alis terangkat.
"Keysa perlu perkenalan lagi?"
Kayvi mengangguk.
"Tapi, 'kan, semua orang udah kenal sama Keysa."
Kayvi mendelik.
"Perkenalkan nama saya Ester Helen."
Kayvi langsung menoleh ke seberang lagi, senyumnya mengembang saat mata mereka bertemu walau hanya beberapa detik karena perempuan di seberang sana yang sedari tadi menarik perhatiannya langsung memutuskan kontak mata dengannya.
"Saya biasanya dipanggil Ester dan saya ingin memberitahu jika saya tidak suka dipanggil dengan nama Helen, untuk itu saya mohon tidak memanggil saya dengan nama itu, terima kasih." Ester memberikan senyum kecil lalu duduk.
"Perkenalkan nama saya Clarissa."
"Kayvi."
Kayvi kembali mengalihkan perhatiannya, menaikkan alisnya menatap Keysa kesal.
"Kayvi suka sama Ester, ya?"
Kayvi membelalak, lalu menggeleng. Kaki kursinya ditendang membuatnya semakin melotot melihat Albi yang santainya menunjuk sang guru. Ia berbalik lagi dan segera berdiri.
"Perkenalkan nama saya Kayvi Abasta, biasanya saya dipanggil Kayvi dan saya senang dipanggil dengan nama Abas." Kayvi tersenyum melirik Ester yang juga melihatnya, tetapi lagi-lagi perempuan itu langsung mengalihkan pandangannya membuat Kayvi tertawa.
Keysa menarik napasnya, melirik Kayvi yang sudah duduk, dengan ragu ia berdiri.
"P-perkenalkan nama saya Key-Keysa.""Keysa, jangan gugup!"
Keysa mengangguk. "Perkenalkan nama saya Keysa Jennifer, saya biasanya dipanggil dengan nama Keysa. Senang bergabung dengan kalian." Ia membungkuk kecil dan duduk, menghembuskan napasnya dengan sangat panjang.
Kayvi terkekeh, mengusap punggung tangan Keysa dengan anggukan kecil. "Keysa melakukannya dengan baik"
"Terima kasih, Kayvi."
***
Teng Nong, Teng Nong.
"Keysa tunggu di sini ya, Kayvi bicara sama Ester sebentar."
Keysa memayunkan bibirnya, menatap Kayvi yang sudah lebih dulu pergi.
"Key, ayo ke kantin."
Keysa menggeleng dengan senyum kecil, masih terus memperhatikan Kayvi yang masih diam berdiri di depan Ester.
"Kayvi kayaknya lama deh, nanti keburu bel nggak bisa ke kantin lagi, Key."
"Tapi-"
"Udah ayo, ah!"
Keysa pasrah ditarik keluar kelas.
•
"Helen!" Kayvi memanggil dengan suara pelan sementara yang dipanggil malah sibuk sendiri. "Helen!"
Kayvi dengan cepat menahan Ester untuk tidak pergi. "Helen!"
"Nama gue, Ester."
"Kamu marah?" Ester menggeleng, memalingkan wajahnya dengan melipat tangan.
"Helen—"
"Ester," geram Ester menahan kesalnya.
"Oke, Ester. Aku punya alasan kenapa aku—"
"Ester!"
Ester terlonjak kaget mendengar teriakan itu, cepat-cepat ia memberikan jarak saat melihat siapa yang memanggilnya.
"Ray—"
"Siapa laki-laki ini? Lo berduaan sama dia di kelas kosong?!"
"Aku bisa jelaskan, Ray. Sekarang kita pergi dulu!" Ester menarik Rayhan untuk pergi, tetapi tangannya kembali ditarik.
"Sialan!"
"Ray, Ray, dia anak baru," lerai Ester.
"Gue nggak peduli dia anak baru atau nggak, lo cewek gue, dan dia gangguin lo!"
Ester menggeleng, memohon pada Kayvi agar melepaskan tangannya.
"Urusan kita belum selesai." Rayhan dengan marah menarik tangan Ester lalu pergi.
•
"Key, mau pesan apa?"
"Apa yang ada, deh."
"Gue, mau?"
Plak.
"Keysa gak napsu sama lo."
Keysa tertawa melihat Albi mengejar Aletta yang lari setelah memberikan pukulan. Tersenyum kecil saat rombongan di meja lain melambai padanya lalu suasana canggung.
Sejak mereka sampai di kantin, Anetta terus diam melihat Keysa, membuat gadis itu berulang kali melirik Albi dan Aletta dengan gelisah.
"Siomay dan jus apel datang!"
Keysa menatap makanan itu, menarik satu piring padanya.
"Lo pasti gak pernah makan siomay, 'kan?"
Keysa mengangguk memotong siomay lalu memakannya, menatap Aletta dan Albi yang juga menatapnya sedari tadi dengan lekat. Ia tersenyum dan mengangguk semangat.
"Ini enak." Keysa dengan semangat memakan siomaynya membuat yang lain tertawa terkecuali—Anetta.
"Lo, kok, mau sekolah di sini?"
Keysa menaikkan alisnya melirik Albi.
"Lo, 'kan, model nih, terkenal, biasanya artis-artis sekolahnya di sekolah privat tapi lo malah pilih sekolah di sini."
"Hm, biar bisa ketemu kalian." Keysa tertawa melihat Aletta dan Albi yang mendelik.
"Key, lo pernah tinggal di Bandung?" Anetta akhirnya membuka suara, masih menatap Keysa dengan lekat.
"Pernah."
"Berapa lama?"
"Setengah tahun. Waktu aku kecil, aku tinggal di sana dengan mama, papa."
Aletta dan Albi mengerut melihat Anetta yang menatap Keysa lekat. Menyenggol Anetta dengan alis terangkat dan hanya mendapat gelengan dari Anetta.
"Si Kayvi lama, ya."
Keysa langsung berhenti makan.
"Aku susul, deh.""Nggak usah, Key, bentar lagi juga Kayvi datang."
"Menurut lo, apa yang lagi Kayvi bicarakan sama Ester?"
"Ya elah, lo kayak nggak tahu aja. Ester cewek cantik, nggak kayak lo."
Aletta hampir melempar sendoknya jika Anetta tidak langsung menatapnya.
"Awas aja lo!" ancamnya, seraya memakan siomaynya dengan brutal.Ester menutup hidungnya saat kepulan asap keluar dari mulut Rayhan dengan sangat tebal. Dia duduk risi, mendengar pembicaraan yang terlalu menjijikkan untuk didengar seorang perempuan sepertinya.Ia sedang berada di kantin belakang luar sekolah, dan jujur saja setiap kali Rayhan membawanya ke sana, ia selalu merasa takut. Takut guru akan memergoki mereka. Berulangkali ia terbatuk, mencoba menarik perhatian Rayhan yang malah memberikannya air tanpa menoleh ke arahnya."HELEN!"Tubuhnya menegang mendengar suara itu, matanya menangkap sosok yang memanggilnya dengan wajah marah."Abas," lirihnya menelan ludah.Kayvi tanpa ragu mendekat dan menarik tangan Ester."Woy!" Rayhan dengan marah menarik Ester lagi, matanya berubah tajam dengan rahang yang mengeras."Lepasin pacar gue!""P
Bab 3.Kayvi membukakan pintu untuk Ester, dia membungkuk, lalu menjulurkan tangannya."Thanks, ma bodyguard."Kayvi mendelik membuat Ester tertawa. Tangannya ditarik paksa untuk mengikut."Kamu ingin aku bertemu dengan calon mertuaku?" tanya Kayvi."Cih." Ester mendecih, dia memasang wajah kesal, berbalik dengan bibir yang berkedut tertahan dan membuka pintu. "Papa!" panggilnya."Papa di sini.""Lihat, siapa yang datang?""Siapa?"Ester bergeser bersaman dengan pria tua itu muncul, terkejut melihat Kayvi yang tertawa."Kayvi!""Tuan Sergio!"Keduanya berpelukan, melompat-lompat girang seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan. Mereka pastinya sangat senang dipertemukan kembali."WOW, nak Kayvi kamu sangat tinggi
Drrrtd ... Drrrtd ... Drrrtd. Albi menggeram kesal, menggerakkan tangannya meraih ponsel lalu menerima panggilan yang masuk. "Kalian sudah menemukan kelemahan Keysa?" tanya dari seberang. Albi dengan malas membuka matanya mendengar pertanyaan itu."Belum, Pa." "Aish, kenapa kalian sangat lama untuk misi ini? Jangan sampai kalian mengidolakan anak sialan itu!" Albi hanya berdeham, menggaruk pipinya dengan mata yang setengah terbuka. "Lalu di mana Aletta?" "Sedang bersiap ke sekolah," jawab Albi malas. "Katakan untuk menelpon papa, papa sangat merindukan dia." Albi berdeham lagi dan melempar ponselnya dengan malas, dia kembali memejamkan matanya. Tok, tok, tok. Tidak ada jawaban. Tok, tok, tok
"Stavy, Stava, kak Ester datang," ucap seorang wanita. Dua anak kecil itu langsung berlari meninggalkan pekerjaan, mereka terdiam melihat seseorang yang berdiri di samping sang kakak. "Papa Kayvi!" Kayvi tertawa mendengar panggilan itu, berjongkok merentangkan tangannya dan kedua gadis kecil itu langsung menubruknya. "Papa Kayvi sudah kembali lagi!" Kayvi semakin tertawa, berdiri menggendong kedua gadis kecil disisi kanan kirinya, mencium mereka dengan gemas membuat gadis kecil itu tertawa geli. "Papa Kayvi ke mana aja? Stavy sama Stava nungguin Papa pulang," keduanya cemberut. "Maafin papa ya, Sayang. Papa cari uang di sini," ucap Kayvi dengan senyum kecil. Ketiganya
Terlihat bermesraan dengan seorang pria, Keysa Jennifer ternyata sudah memiliki pacar sejak lama. "Kita harus tulis apa Let?" "Ini aja, Keysa Jennifer terlibat hubungan dengan seorang pria yang mesum dan sering—" "Ya!" teriak Albi kesal, hampir melayangkan pukulan pada gadis di depannya itu. "Apa? Lo tanya pendapat gue, 'kan?" "Tapi gak itu juga, cowok ini, 'kan, gue, Let!" geram Albi. "Ya, tapikan mukanya bukan lo." "Tetap aja ...." Albi seketika tersenyum dan mulai mengetik. Aletta di sampingnya hanya diam, membaca ketikan Albi membuatnya tersenyum puas. "Gue setuju!" "Siapa dulu dong yang punya ide?"
"Siapa yang telpon?"Keysa menoleh, tersenyum melihat Kayvi yang sudah berganti pakaian lebih santai."Keysa, siapa yang telpon tadi?" tanya Kayvi lagi."Ah, Albi.""Ngapain nelpon?" Kayvi duduk di tepi bed, menatap Keysa dengan wajah kesal."Cuma nanya kenapa Keysa gak sekolah.""Terus Keysa jawab apa? Keysa bilang lagi di rumah sakit?"Keysa langsung menggeleng membuat kepalanya sakit."Cih, Keysa juga ngapain ngangkat telpon dia? Udah tau dia yang buat—""Kayvi, mereka baik kok," lirih Keysa."Baik apanya? Mereka tau Keysa model dan seharusnya mereka gak bawa Keysa ke tempat seperti itu." kesal Kayvi."Tapi mereka jagain—""Mereka jagain Keysa dari orang-orang yang ada di sana, t
"Keysa, ayo makan sayang."Keysa yang baru turun dari kamarnya mengerjap mendengar perkataan itu, matanya menatap Ny. Mira di meja makan sedang menuangkan air mineral ke gelas."Kok, bengong? Ayo makan!"Keysa tersadar dan mengangguk kecil, dengan ragu ia melangkah menuju meja makan dan duduk. Masih dengan wajah bingung melihat sepiring nasi goreng di hadapannya. Bunyi kursi yang bergeser menyadarkannya lagi."Ayo dimakan."Keysa masih ragu, tetapi tetap menurut. Ia memegang sendok dan mulai menyuap ke dalam mulutnya."Enak?"Keysa tersenyum dan mengangguk kecil."Itu mama yang bikin khusus buat putri semata wayang mama."
"Abas."Kayvi menoleh—melihat siapa yang memanggil, ia langsung menarik Ester masuk ke sebuah ruangan.Gelap dan pengap.Ester melihat sekelilingnya lalu menatap Kayvi yang hanya mengedikkan bahunya."Tidak ada tempat selain ini, kecuali kamu ingin Rayhan melihat kita," ucap Kayvi.Ester mengangguk cepat, mengambil duduk di atas meja menatap sang kekasih yang tersenyum padanya."Aku sudah punya pekerjaan untukmu."Keningnya berkerut sementara Kayvi malah semakin tersenyum. "Pekerjaan apa?""Model."Ester langsung turun dengan mata yang membelak. "Aku akan membunuhmu jika bermain-main dengan cita-citaku!"
"Kita istirahat sebentar," ucap fotografer berpindah tempat.Prok, prok, prok.Ny. Mira bertepuk tangan, tersenyum dengan sangat lebar pada ketiga gadis yang baru saja melakukan pemotretan itu. "WOW, kalian seperti model profesional, benar-benar berbakat, bahkan lebih berbakat dibanding Keysa!"Mereka hanya tersenyum canggung mendengar pujian itu."Sepertinya Keysa jauh lebih profesional, Nyonya," ucap Anetta tersenyum kecil. "Permisi," pamitnya mengambil ponsel dan keluar dari ruangan itu.Anetta melangkah cepat memasuki salah satu bilik toilet. Fokusnya langsung tertuju pada ponsel—menelpon seseorang dan langsung tersambung. "Halo, Stef," sapanya tidak sabar. "Gimana keadaan di sana?""Udah mulai baik. Keysa ada pemotre
"Key, lo gak mau bareng kita aja?" tanya Aletta menunjuk mobil mereka.Keysa menggeleng. "Aku ada pemotretan di perusahaan papa," ucapnya.Aletta mengangguk-angguk. Yang lain sudah masuk, menyisakan mereka berdua di sisi mobil yang lagi-lagi berdampingan. "Key, nanti kalau gue gajian, gue traktir siomay segerobak, ya!"Keysa tertawa kecil dan mengangguk. "Aku tunggu." Ia mengedipkan sebelah matanya membuat Aletta ikut berkedip genit. Keduanya seketika tertawa.Tit, tit."Aku duluan, ya," pamit Keysa masuk ke dalam mobil."Semangat, Key!" teriak Aletta seketika berdecak, melayangkan pukulan udara dan berdecih melihat mobil itu pergi begitu saja."Cepetan, woy!" Albi yang sudah kesal berteriak
Keysa bangun dari tidurnya dan melakukan peregangan dengan uapan lebar. Ia mengerutkan dahinya saat sadar ia tidak tidur di kasur, melainkan di kursi meja belajarnya. Menutup matanya dengan tangan, sesekali mengucek membuatnya langsung meringis.Beranjak menuju meja rias dan berdiri di depan cermin, Keysa menatap pantulan wajah. Menyentuh matanya yang ternyata bengkak dan merah.Ting.Keysa melirik ponselnya dengan malas mengabaikan notifikasi itu. Ia membuka lemari es dan mengambil air mineral dingin lalu kembali duduk di meja belajar. Meraih sapu tangan dari laci dan mulai membasahi dengan air mineral, ia memposisikan diri untuk bersandar untuk meletakkan sapu tangan itu di atas matanya.Ting.Keysa masih tak tertarik dengan ponselnya.
"Cut!"Keysa mencium botol minumannya sebagai akhir dari rekaman iklan yang sedang dikerjakan."Semua boleh istirahat. Keysa, ikut saya."Keysa menghela napasnya. Baru saja ia ingin menjatuhkan diri di sofa, tetapi sang papa sudah menyuruhnya lagi."Keysa!""Iya, Tuan," ucapnya segera berdiri dan mengikuti Tuan Jennifer.Keysa hanya bisa bertanya dalam hati alasan dari sang papa membawanya ke cafetaria. Ini terlalu mengherankan. Bahkan, orang-orang yang berada di sana melihat mereka dengan heran."Duduk, biar saya pesankan."Keysa menatap Tuan Jennifer dengan penuh kebingungan, tetapi ia tetap duduk sesuai dengan perintah. Menatap ke bawah, melihat pa
Queen Helen 👸[Bicara dengan Keysa, aku masih ada urusan ke ruang guru]Kayvi berdecak membaca pesan dari kekasihnya itu. Ia melipat tangan di depan dada dan melirik Keysa yang ada di sampingnya. Gadis itu sedari tadi tak lelah menunduk dan meremas tangannya sendiri."Kamu tidak mau menjelaskan tentang artikel itu?" tanya Kayvi dengan suara datar menatap ke depan.Keysa berdehem pelan. "Aku ... Keysa tidak bermaksud pergi ke sana.""Kamu mengaku pergi ke sana?" tanya Kayvi menatap Keysa dengan tangan yang terkepal pada stir mobil.Keysa menunduk dan mengangguk kecil."Kenapa kamu harus ke sana? Tidak ada tempat selain tempat sialan itu?"Keysa semakin merapat pada pin
Keysa menuruni tangga dengan semangat dan senyum lebar yang menghiasi wajahnya. Namun, langkahnya melambat menuruni anak tangga terakhir dan berhenti. Plak. "Anak sialan!" Keysa meringis merasakan goresan perih di lehernya karena pukulan dari tas yang penuh dengan mainan emas. "Kenapa kamu selalu membuat masalah?" "Ma-masalah apa, Ma?" tanya Keysa menatap Ny. Mira yang semakin marah. "Kamu masih bertanya? Lihat ini!" Keysa mengambil iPad itu, matanya mengerjap melihat artikel yang dengan fotonya saat di arena balap dan seseorang yang menariknya. "Siapa laki-laki itu?" tanya Ny. Mira mencengkram lengan Keysa yang sudah menunduk lagi.
Keysa menunduk melihat majalah barunya yang baru saja terbit, mulutnya sesekali mengunyah buah dan terus memperhatikan fotonya. "Menurut Kayvi, Keysa lebih cantikan di sini atau yang di sini?" tanyanya memperlihatkan majalah itu pada Kayvi.Namun, tidak ada jawaban. Keysa menatap Kayvi dengan dahi yang mengerut, kepalanya miring lalu mengikuti arah pandang bodyguardnya itu. "Kayvi?" panggilnya lagi.Tetap tidak ada jawaban. Keysa melambaikan tangannya dan tetap tidak ada respon membuatnya kesal lalu menampar pipi Kayvi pelan hingga laki-laki itu tersadar."Ah, kenapa Helen?" tanya Kayvi menatap Keysa dengan mata yang mengerjap.Keysa menaikkan alisnya, ia terdiam sebentar lalu tertawa kecil dan kembali memfokuskan diri pada majalahnya.Kayvi menggaruk tengkuknya menyadari
Kayvi mengeram merenggangkan otot, merubah posisi menjadi duduk dan matanya langsung menangkap Keysa yang masih tidur menghadapnya. Ia tersenyum, beranjak dari sofa menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelahnya, ia membuka lemari es dan mengeluarkan nasi, nuggets dan sosis.Sementara Kayvi sibuk di dapur, Keysa yang sudah bangun hanya diam di kasur. Sesekali matanya terpejam lalu tersentak kaget dan kembali bangun. Mulutnya menguap, tetapi ia memaksa untuk duduk dan bersandar di kepala kasur, berusaha untuk mengembalikan kesadaran lalu berdiri membuka jendela."Key, sarapan dulu."Keysa menoleh ke belakang, tersenyum melihat Kayvi yang balas tersenyum padanya. "Kayvi gak usah repot—""Siapa yang repot?" tanya Kayvi langsung menatap Keysa dengan wajah datar dan gadis itu langsung tertawa lalu masuk ke
"Let, ngomong gih sama Anet."Aletta mendelik kesal, hampir memukul Albi yang mendorongnya dengan paksa, tetapi memilih menahannya. Ia menggeser pintu kaca terbuka, mengambil duduk di samping sang kakak yang sedang menenggelamkan kaki di dalam air kolam. Anetta hanya melirik lalu mengalihkan pandangannya lagi."Net, lo marah ya?"Anetta menaikkan alisnya dan menggeleng. "Kenapa gue harus marah?""Karena kita gak ngomong dulu sama lo sebelum nyusun rencana."Anetta menggeleng lagi."Net, coba deh cerita sama gue. Gue bakal berusaha ngerti kenapa lo gak kayak biasanya."Anetta diam. Ia hanya menatap lurus ke depan dengan kaki yang ia goyangkan."Anet?"