Share

Halcyon
Halcyon
Author: hamishio412

Sekolah

"Selamat pagi, Rumput!" 

Keysa melambai pada rumput halaman dengan senyum lebar, tangannya memegang tali tas, kakinya melangkah ringan sambil melompat kecil. "Yeay, yeay, sekolah!"

"Cie, yang mau sekolah."

Terlonjak karena suara itu, dia menoleh dan semakin tersenyum lebar, Keysa berlari membuka gerbang rumahnya, berdiri di depan seorang laki-laki yang juga sebaya dengannya. 

"Kayvi, akhirnya Keysa sekolah juga!"

Kayvi tersenyum melihat Keysa. Ia membuka pintu mobil pada gadis itu untuk masuk. Kayvi segera berlari menuju kemudi dan melaju bergabung dengan kendaraan lain. 

"Awas giginya kering, Key!"

Keysa semakin tertawa. "Keysa senang bisa sekolah lagi."

"Seneng aja atau seneng banget?" tanya Kayvi dengan alis terangkat—menggoda. 

"Banget, banget, banget, banget!" seru Keysa semangat. 

Kayvi terkekeh.

"Coba aja dari dulu Kayvi ngomong sama mama papa, Keysa nggak perlu home schooling."

"Keysa kerja, 'kan? Kalau nggak, aku pasti ngomong dari dulu sama Tuan dan Nyonya Jennifer."

Keysa memayunkan bibirnya dengan anggukan kecil.

"Kok, jadi sedih?" tanya Kayvi.

"Ah, nggak, tuh." Keysa membelalakan matanya menunjukkan pada Kayvi yang langsung mendelik dan menjauhkan wajahnya dengan telunjuk.

"Key, coba buka dashboardnya!" ujar Kayvi.

"Nggak mau," tolak Keysa, seraya memalingkan wajahnya. 

"Buka dulu, di situ ada earphone-ku."

Keysa melipat tangan, menggeleng tegas membuat Kayvi geram dan memaksanya agar membuka dashboard.  Ia dengan kesal akhirnya menurut, keningnya langsung mengerut melihat box kecil di dalam sana.

Kayvi tersenyum manis dan mengangguk, Keysa tanpa pikir panjang mengambil kotak itu. "Jam?" tanya Keysa dengan alis terangkat. 

"Iya, hadiah hari pertama Keysa sekolah biar makin semangat."

Keysa langsung memakai jam itu dan menjulurkan tangannya ke luar kaca.

Kayvi mengeram kesal, menarik tangan gadis itu, memberikan tatapan tajam sementara Keysa malah tersenyum menunjukkan nama "ay.ay keysa" di dalam jam.

"Khusus buat Keysa," ucap Kayvi. 

Keysa mengusap jam tangan itu, tak henti-hentinya melihat dan tersenyum. 

"Ini hadiah hari pertama Keysa?"

Kayvi mengangguk.

"Berarti besok ada lagi, dong."

Kayvi mengerutkan keningnya. 

"Ini untuk hari pertama, 'kan? Masih ada hari kedua, ketiga, keempat, kelima dan seterusnya!" seru Keysa. 

Kayvi menatap gadis itu lagi dengan jengkel. Keysa tertawa, menyalakan radio menggoyangkan tubuhnya mengikuti beat musik. 

"Kayvi, nanti di sekolah Keysa pasti punya banyak temen, 'kan?"

Kayvi mengangguk.

"Iya dong, nanti Kayvi jangan cemburu, ya, kalau Keysa main sama teman baru."

Kayvi mendelik membuat Keysa tertawa lagi. Mobil berbelok masuk ke dalam kawasan sekolah dan memarkirkan mobilnya. Keysa semakin semangat melihat lapangan sekolah yang sangat luas. 

"Kay, ini persis sama yang Keysa lihat di film-film."

Kayvi tersenyum. Dia keluar dan segera membukakan pintu untuk Keysa.

"Keysa!"

Keysa tersenyum melihat banyak orang langsung mengerumuni dan memanggilnya.

"Key, gue ngefans sama lo." Seorang laki-laki menerobos dan memberikan Keysa paperbag.

Keysa menerimanya dengan senyum manis, lalu banyak orang berebutan memberikan hadiah membuatnya semakin kewalahan, untung saja Kayvi langsung mengambil semua hadiah untuk dipegang.

"Key, boleh minta foto nggak?"

Keysa mengangguk, mengambil posisi berdiri di tengah kerumunan itu, memberikan isyarat pada Kayvi yang berdecak. Dia meletakkan paperbag yang dipegangnya, lalu mengambil ponsel yang diberikan salah satu dari mereka.

Ckrek.

"Lagi-lagi!"

Kayvi semakin kesal saja karena banyak oang yang memberikan ponsel padanya.

Ckrek, ckrek, ckrek, ckrek.

Kayvi mengambil beberapa foto dan malah semakin banyak yang memberikannya ponsel. "Udah-udah." Dia mengembalikan ponsel itu dan memegang paperbag lagi, menarik Keysa agar berjalan di depannya sementara ia bersusah payah menjauhkan orang-orang yang berdesakan pada Keysa.

Nasib menjadi seorang bodyguard.

"Key, nanti ke kantin, ya."

Keysa mengangguk kecil, melambai sebelum akhirnya ia menaiki tangga. Sesekali ia tersenyum lagi saat ada yang menyapa dan mengambil fotonya lalu masuk ke dalam kelas.

DOR!

Keysa terlonjak memegang dadanya mendengar suara meledak saat ia membuka pintu.

"WELCOME, KEYSA!"

Keysa mengerjap melihat dua orang perempuan dan seorang laki-laki menghampirinya.

"Welcome, Keysa Jennifer, seorang model terkenal. Kami semua nerima lo dengan senang hati," ucap salah satu seorang perempuan tersenyum padanya.

Keysa masih mengerjap.

"Key." 

Dia tersadar karena suara itu dan membungkuk kecil. "Terima kasih, senang bergabung dengan kalian," ucapnya dengan senyum manis.

Beberapa orang langsung salah tingkah, berbisik dan heboh sendiri.

"Gue Anetta." Perempuan itu menjulurkan tangan sebagai perkenalan diri.  

Keysa menerima uluran tangan itu. 

"Senang bertemu denganmu, Anetta."

"Key, gue Aletta."

Keysa menerima uluran tangan itu lagi. 

"Ekhem, ekhem, ekhem, Keysa ...."

Keysa menaikkan alisnya melihat seorang laki-laki dengan gaya so(k) menjulurkan tangan padanya.

"Gue Albi."

Keysa mengangguk kecil, melirik Kayvi yang balas mengangguk, dan langsung membalas uluran tangan itu. 

Albi langsung memegang dadanya dengan dramatis, ia berpura-pura pingsan membuat semua orang tertawa.

"Permisi."

Keysa dan yang lain langsung menoleh.

Kayvi terdiam, seketika mematung melihat seorang perempuan yang berdiri di depannya. "Helen ...."

***

"Apa kita masih perlu perkenalan diri lagi?" tanya seorang guru yang memasuki kelas 11 IPA 1. 

"Iya, Bu, 'kan, ada anak baru di kelas kita."

"Baiklah, perkenalkan diri kalian. Mulai dari kamu, Albi!"

Albi berdiri dari duduknya, tersenyum pada Keysa yang sempat meliriknya. 

"Perkenalkan nama Saya Albivaran Loxie, biasa dipanggil Albi atau Mas Ganteng." Ia mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Huek!"

Albi mendelik melihat Aletta yang keluar dari kursi dan berpura-pura mual. Keysa langsung tertawa melihat itu, matanya tak sengaja melirik Kayvi yang terus menoleh ke sudut seberang membuatnya sedikit bingung.

"Albi, silakan duduk. Aletta, cepat perkenalan dirimu!"

Aletta langsung berdiri tegak. 

"Perkenalkan, nama Saya Aletta Loxie. Biasa dipanggil Noleh."

Semua penghuni kelas menatap Aletta heran.

"'Dipanggil harus noleh dong nanti dibilang sombong," jelas Aletta melihat kebingungan itu. 

Lalu tawa pecah memenuhi ruang kelas. Guru itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Anetta langsung berdiri.

"Perkenalkan, Saya Anetta Loxie biasa dipanggil Anet atau Anetta. Terima kasih." Tanpa dipersilahkan Anetta langsung duduk.

"Albi, Aletta, tiru saudara kalian—Anetta. Dia tegas dan berbicara secukupnya, tidak seperti kalian yang terus membual."

Keduanya mencebikkan bibirnya membuat mereka mendapat tatapan tajam dari sang guru.

"Iya, Bu." Keduanya pasrah menjawab.

"Selanjutnya."

"Saya Sandi."

"Saya Putri."

"Kayvi." Keysa mendekat, berbisik pada telinga Kayvi.

Kayvi langsung mengalihkan perhatiannya dengan alis terangkat.

"Keysa perlu perkenalan lagi?"

Kayvi mengangguk.

"Tapi, 'kan, semua orang udah kenal sama Keysa."

Kayvi mendelik.

"Perkenalkan nama saya Ester Helen."

Kayvi langsung menoleh ke seberang lagi, senyumnya mengembang saat mata mereka bertemu walau hanya beberapa detik karena perempuan di seberang sana yang sedari tadi menarik perhatiannya langsung memutuskan kontak mata dengannya.

"Saya biasanya dipanggil Ester dan saya ingin memberitahu jika saya tidak suka dipanggil dengan nama Helen, untuk itu saya mohon tidak memanggil saya dengan nama itu, terima kasih." Ester memberikan senyum kecil lalu duduk.

"Perkenalkan nama saya Clarissa."

"Kayvi."

Kayvi kembali mengalihkan perhatiannya, menaikkan alisnya menatap Keysa kesal.

"Kayvi suka sama Ester, ya?"

Kayvi membelalak, lalu menggeleng. Kaki kursinya ditendang membuatnya semakin melotot melihat Albi yang santainya menunjuk sang guru. Ia berbalik lagi dan segera berdiri.

"Perkenalkan nama saya Kayvi Abasta, biasanya saya dipanggil Kayvi dan saya senang dipanggil dengan nama Abas." Kayvi tersenyum melirik Ester yang juga melihatnya, tetapi lagi-lagi perempuan itu langsung mengalihkan pandangannya membuat Kayvi tertawa.

Keysa menarik napasnya, melirik Kayvi yang sudah duduk, dengan ragu ia berdiri. 

"P-perkenalkan nama saya Key-Keysa."

"Keysa, jangan gugup!"

Keysa mengangguk. "Perkenalkan nama saya Keysa Jennifer, saya biasanya dipanggil dengan nama Keysa. Senang bergabung dengan kalian." Ia membungkuk kecil dan duduk, menghembuskan napasnya dengan sangat panjang.

Kayvi terkekeh, mengusap punggung tangan Keysa dengan anggukan kecil. "Keysa melakukannya dengan baik"

"Terima kasih, Kayvi."

***

Teng Nong, Teng Nong.

"Keysa tunggu di sini ya, Kayvi bicara sama Ester sebentar."

Keysa memayunkan bibirnya, menatap Kayvi yang sudah lebih dulu pergi.

"Key, ayo ke kantin."

Keysa menggeleng dengan senyum kecil, masih terus memperhatikan Kayvi yang masih diam berdiri di depan Ester.

"Kayvi kayaknya lama deh, nanti keburu bel nggak bisa ke kantin lagi, Key."

"Tapi-"

"Udah ayo, ah!"

Keysa pasrah ditarik keluar kelas.

"Helen!" Kayvi memanggil dengan suara pelan sementara yang dipanggil malah sibuk sendiri. "Helen!"

Kayvi dengan cepat menahan Ester untuk tidak pergi. "Helen!"

"Nama gue, Ester."

"Kamu marah?" Ester menggeleng, memalingkan wajahnya dengan melipat tangan.

"Helen—"

"Ester," geram Ester menahan kesalnya. 

"Oke, Ester. Aku punya alasan kenapa aku—"

"Ester!"

Ester terlonjak kaget mendengar teriakan itu, cepat-cepat ia memberikan jarak saat melihat siapa yang memanggilnya.

"Ray—"

"Siapa laki-laki ini? Lo berduaan sama dia di kelas kosong?!"

"Aku bisa jelaskan, Ray. Sekarang kita pergi dulu!" Ester menarik Rayhan untuk pergi, tetapi tangannya kembali ditarik.

"Sialan!"

"Ray, Ray, dia anak baru," lerai Ester. 

"Gue nggak peduli dia anak baru atau nggak, lo cewek gue, dan dia gangguin lo!"

Ester menggeleng, memohon pada Kayvi agar melepaskan tangannya.

"Urusan kita belum selesai." Rayhan dengan marah menarik tangan Ester lalu pergi.

"Key, mau pesan apa?"

"Apa yang ada, deh."

"Gue, mau?"

Plak.

"Keysa gak napsu sama lo."

Keysa tertawa melihat Albi mengejar Aletta yang lari setelah memberikan pukulan. Tersenyum kecil saat rombongan di meja lain melambai padanya lalu suasana canggung.

Sejak mereka sampai di kantin, Anetta terus diam melihat Keysa, membuat gadis itu berulang kali melirik Albi dan Aletta dengan gelisah.

"Siomay dan jus apel datang!"

Keysa menatap makanan itu, menarik satu piring padanya.

"Lo pasti gak pernah makan siomay, 'kan?"

Keysa mengangguk memotong siomay lalu memakannya, menatap Aletta dan Albi yang juga menatapnya sedari tadi dengan lekat. Ia tersenyum dan mengangguk semangat. 

"Ini enak." Keysa dengan semangat memakan siomaynya membuat yang lain tertawa terkecuali—Anetta.

"Lo, kok, mau sekolah di sini?"

Keysa menaikkan alisnya melirik Albi.

"Lo, 'kan, model nih, terkenal, biasanya artis-artis sekolahnya di sekolah privat tapi lo malah pilih sekolah di sini."

"Hm, biar bisa ketemu kalian." Keysa tertawa melihat Aletta dan Albi yang mendelik.

"Key, lo pernah tinggal di Bandung?" Anetta akhirnya membuka suara, masih menatap Keysa dengan lekat.

"Pernah."

"Berapa lama?"

"Setengah tahun. Waktu aku kecil, aku tinggal di sana dengan mama, papa."

Aletta dan Albi mengerut melihat Anetta yang menatap Keysa lekat. Menyenggol Anetta dengan alis terangkat dan hanya mendapat gelengan dari Anetta.

"Si Kayvi lama, ya."

Keysa langsung berhenti makan. 

"Aku susul, deh."

"Nggak usah, Key, bentar lagi juga Kayvi datang."

"Menurut lo, apa yang lagi Kayvi bicarakan sama Ester?"

"Ya elah, lo kayak nggak tahu aja. Ester cewek cantik, nggak kayak lo."

Aletta hampir melempar sendoknya jika Anetta tidak langsung menatapnya. 

"Awas aja lo!" ancamnya, seraya memakan siomaynya dengan brutal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status