Share

Bab 02 Terlalu Kejam

Nawa meninggalkan ruangan tamu, ketika sang Ibu mertua bersama Elena dan juga Sakti, masih berbincang. Ia memasuki kamar, lalu menangis sejadi-jadinya.

Hatinya semakin sakit, saat membuka lemari, lalu melihat kue tart dan juga kado ulang tahun pernikahan yang sengaja ia simpan di situ, untuk diberikan kepada suaminya. Tangisan Nawa pun semakin pilu.

Sayup terdengar olehnya, suara perbincangan akrab dari arah ruangan tamu. Sakti gampang sekali dekat dengan wanita itu, bahkan mereka kini tertawa bersama.

Nawa tak habis pikir, mengapa Ibu mertuanya dan juga sang Suami tega melakukan hal ini kepadanya.Padahal Nawa selalu berusaha untuk menjadi istri yang terbaik untuk Sakti.

‘Aku nggak boleh cengeng. Aku nggak boleh lemah’ kalimat itu ia ucapkan berulang-ulang di dalam hati. Tetapi semakin berusaha kuat, ia justru semakin merasa lemah.

Wanita mana yang bisa menerima dengan lapang dada,jika dirinya dimadu? apapun alasannya, Nawa tidak rela jika diduakan.

***

“Sakti, Elena ini bekerja di salah satu Bank Swasta loh”

“Oh ya?”

Sulasmi membanggakan wanita tersebut di hadapan anaknya. Sakti tampak semakin bersemangat, hendak mengenal lebih jauh wanita itu.

Elena terlihat sangat menarik di matanya. Pakaian yang ia kenakan, cukup menggoda laki-laki manapun yang melihatnya. Ditambah lagi kulit putih, dan bibir merah merekah, menambah kesan sensual di dirinya.

“Sebenarnya, kalian pernah bertemu dulu, saat masih kecil. Tapi sepertinya, udah pada nggak inget ya” Lanjut Sulasmi lagi.

Sakti dan wanita tersebut sempat saling berpandagan penuh arti. Seolah ia lupa, kalau ia adalah seorang pria yang sudah beristri.

“Elena pernah menikah dulu. Tapi sudah berpisah, satu tahun yang lalu.Ya kan El?”

“Berarti sudah punya anak?” Tanya Sakti, tanpa basa-basi. Wanita itu langsung menggelengkan kepala.

“Pernah, Elena pernah hamil dulu. Tapi sempet keguguran” Sahut Sulasmi. “Itu artinya, Elena ini subur, Sakti. Nggak mandul! Nggak kayak, yang itu..”

“Siapa Tante?”

Elena pura-pura bertanya. Walaupun ia sudah tahu pasti,siapa yang dimaksudkan oleh Sulasmi.

“Siapa lagi, kalau bukan yang udah lima tahun nikah, tapi nggak hamil juga. Sampe saya capek diomongin sama Tetangga. ‘Bu Lasmi, kapan lagi mau momong cucu, udah keburu tua loh’ atau ‘Bu Lasmi, itu si Nawa kayaknya mandul ya. Udah nikah lama, tapi nggak tekdung juga.Mana Suaminya cakep gitu”

Hahahahahaha..

Elena justru tertawa mendengar penuturan Sulasmi. Ia merasa jauh lebih sempurna, dibandingkan Istri Sakti itu.Apalagi, tadi ia sempat melihat penampilan Nawa yang cukup lusuh.Tentunya, Elena yakin bisa menyingkirkan wanita itu, dan merebut hati Sakti dengan mudah.

“El, kalau kamu nanti menikah dengan Sakti, tapi Perempuan itu tidak mau pergi dari rumah ini, kamu jangan merasa keberatan ya. Justu lebih bagus kan, kita bisa memanfaatkan tenaganya. Nawa kita suruh aja memasak dan beres-beres rumah. Jadi kamu nggak perlu mengerjakakan semua itu. Fokus kamu, hanya ngasih cucu buat saya”

Diam-diam, Nawa mendengar percakapan itu, dari balik pintu kamar. Luka di hatinya pun semakin menganga lebar saat ini.

Tak puas hanya dengan menghadirkan seorang madu di rumah tangganya, ternyata sang mertua juga berniat hendak menjadikannya seorang asisten rumah tangga.

Yang lebih menyakitkan lagi, tak ada pembelaan dari mulut Sakti sama sekali. Pria itu seolah mendukung semua yang dikatakan oleh ibunya. Tentunya tak ada lagi yang bisa dipertahankan di sini.Nawa bergegas menuju ke lemari, lalu mengemasi pakaiannya.

Ya, ia ingin meninggalkan rumah itu, walaupun tak tahu hendak ke mana.Karena untuk kembali ke rumah orang tuanya, rasanya sudah tak mungkin lagi.

Keluarganya telah ‘membuang’ Nawa, sejak ia memilih menikah dengan Sakti, lima tahun yang lalu. Itulah sebabnya, Nawa tak berani untuk mendekati keluarganya lagi.

***

“Mau ke mana kamu?”

Nawa tersentak mendengar suara seruan itu. Sepertinya, wanita yang bernama Elena sudah pulang, dan Sakti langsung memasuki kamar menemuinya.

“Menurut kamu, aku akan tetap bertahan tinggal di rumah ini, setelah kamu memutuskan hendak menikah lagi? aku nggak senaif itu, Mas!"

Suara rintik Hujan yang membasahi bumi, semakin membuat pilu hati Nawa. Tapi air matanya sudah kering, dan ia tak ingin menangis lagi.

“Kamu sama sekali nggak membela aku, di saat ibu kamu dan wanita itu menghina aku! kamu terlalu kejam, Mas! Apa salah aku, sampai kamu tega ‘Mencampakkan’ aku begitu saja?”

“Aku hanya tidak ingin mengecewakan ibu aku!” Jawab Sakti, datar. Membuat Nawa langsung mengangkat sudut bibirnya.

“Kamu tidak mau mengecewakan ibu kamu, tapi kamu berhasil mengecewakan aku! aku udah nggak ada artinya lagi bagi kamu!”

“Jadi mau kamu apa hah?mau pergi dari rumah ini? silahkan pergi, bawa semua barang-barang kamu!”

Nawa seolah tak mengenal sang suami lagi. Tak ada lagi Sakti yang dulunya manis, dan sangat memanjakannya.Kini berubah Sakti yang kejam, yang tega menghinanya di depan orang lain, bahkan mengusirnya dari rumah ini.

Sementara Sualsmi, sengaja menguping di depan pintu. Ia merasa senang, saat mendengar Nawa hendak meninggalkan rumahnya. Apalagi ketika mendengar langsung, Sakti membentak wanita itu. Membuat Sulasmi merasa sangat yakin, jika jalannya menjodohkan Sakti dengan Elena, akan berjalan mulus.

Yang ada di pikiran Sulasmi saat ini, Nawa pergi meninggalkan rumah, lalu meminta untuk bercerai dari anaknya. Setelah itu, Sakti akan menikahi Elena, dan ia segera mendapatkan cucu, agar tak lagi menjadi bahan omongan tetangga.

Sedangkal itu pemikiran Sulasmi tentang arti sebuah rumah tangga, tanpa memikirkan lagi hati yang telah ia hancurkan hingga berkepig-keping.

“Aku bukan hanya ingin ke luar dari rumah ini, Mas! Tapi aku juga ingin kita bercerai! Ceraikan aku secepatnya, kalau kamu ingin menikahi perempuan itu”

“Yesss!”

Nawa sempat mendengar suara sorakan penuh kegembiraan dari arah pintu.Tentu saja, ia tahu siapa yang paling merasa senang akan keputusan ini.

Sakti tak menjawab apa-apa. Ia hanya menatap dingin saja ke arah sang istri, yang kini sudah mendorong koper, yang berisi semua barang-barangnya.

Nawa beranjak dari kamar itu membwa luka dan kesakitan. Ia sempat melirik sebentar, ke arah wanita yang kini sudah berdiri di depan pintu.

Sulasmi mengembangkan senyuman penuh kemenangan di sudut bibirnya. Nawa tak habis pikir, mengapa ada Ibu mertua yang sekejam ini.

Sia-sia semua pengorbanannya menjadi Istri yang berbakti, JIka akhirnya, ia malah tersingkirkan seperti ini.

Nawa menyusuri rintik hujan yang telah membasahi tubuhnya. Tak tahu ke mana hendak berlindung malam ini. Yang pasti, ia hanya ingin menjauh dari semua orang yang sudah menghancurkan jiwa dan juga raganya. Setidaknya, Nawa masih memiliki harga diri untuk dipertahankan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status