"Hallo " lalu wildan mendengar suara setelah dia harus menunggu nada sambung yang begitu panjang.
Dia tersenyum mendengar suara nita yang sangat dia kenal.
"Wildan, aku bicara pelan karena disini ada paman dan nenek " lalu nita kembali berucap, "disini juga ada ivan, dia selalu usil kalau tahu aku bicara dengan laki-laki di telepon "
Wildan tertawa kecil mendengar suara nita yang kaku hanya karena ada keluarganya yang sedang menonton televisi.
"Kamu jawab saja iya dan dengarkan aku bicara " ucap wildan, "supaya kamu tidak di ganggu oleh adik sepupumu "
"Iya " nita menjawab sesuai dengan apa yang telah di instruksikan oleh wildan padanya.
"Kamu sudah mempersiapkan untuk pertemuan besok? " tanya wildan, "aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan kamu besok "
"Iya, aku juga " lalu nita menjawab dengan kata yang sama.
"Kemarin malam aku tidak bisa tidur setelah bilang sayang pada padamu, dan sepertinya malam ini juga akan sama " ucap wildan.
Terdengar tawa nitasebelum dia menjawabnya, "iya, aku juga sama! "
Lalu mereka terdiam, suasana hening seketika. Suasana malam ini menjadi aneh karena nita tidak bisa bicara lepas dengan alasan kehadiran keluarganya di dekatnya. Sedang wildan karena ibunya telah memberikannya fasilitas telepon di kamarnya membuatnya bebas untuk bicara apapun.
"Aku tidak akan menelpon kamu dengan waktu lama malam ini " ucap wildan, "kamu harus beristirahat dengan baik malam ini, supaya besok kita bisa bertemu di tempat yang sudah kita tentukan jam delapan pagi besok "
"Iya, kamu juga " ucap nita, "selamat malam "
"Selamat tidur " lalu wildan mengucapkan kata terakhir sebelum dia menutup teleponnya.
"Mimpi yang indah " ucapan terakhir wildan sebelum akhirnya dia menutup teleponnya.
Nita segera berlari ke kamar tidurnya setelah mengakhiri pembicaraannya dengan wildan lalu berjingkrak di atas tempat tidurnya karena rasa senangnya yang begitu banyak, dia lalu segera mempersiapkan segala sesuatunya untuk besok. Agar dia tidak lupa hal-hal yang penting, seperti uang yang akan dia pakai nanti dan yang paling terpenting adalah hadiah yang sudah pilihkan untuk wildan tadi.
'Apa dia mau memakai hadiahku ini? " nita bertanya pada dirinya sendiri sambil terus melihat ke arah gelang pasangan yang dia beli tadi.
Dia lalu memutuskan untuk terbaring di atas tempat tidurnya, seraya membayangkan wajah wildan yang akan dia temui besok.
Nita hanya bisa tersenyum sendiri ketika dia berhalusinasi dengan wajah wildan yang tidak berubah sama seperti dulu, dengan senyuman lebarnya dan sangat begitu indah.
Membuatnya menjadi kesulitan untuk memejamkan kedua matanya karena rasa gelisahnya menghadapi hari besok.
"Wildan cepat! " nuri bicara pada wildan yang pagi ini sedang bersembunyi di balik tembok gerbang sekolah.
"Cepat lari ke perempatan jalan yang kemarin " ucap nuri.
Dia membolak-balikkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah memastikan ketika kai berlari ke arah luar sekolah tidak ada guru yang melihatnya.
"Kamu tenang saja aku sudah buatkan ini! " nuri lalu memperlihatkan sebuah amplop berisi surat sakit milik wildan yang akan dia tunjukkan ketika ibu guru menanyakannya nanti.
"Kamu tahu kan arah jalannya? " dia memastikan bahwa wildan masih mengingat jalan ke tempat tujuan yang dia datangi hari ini.
"Iya, terima kasih " wildan yang menggunakan seragam olah raga berbalik dan sedikit berlalri menginggalkan area sekolah.
Nuri memandanginya dari kejauhan sampai dia tidak melihat sosok wildan yang semakin menjauh. Dia lalu berbalik dan memutuskan untuk masuk ke dalam kelasnya.
Semua teman sekolahnya tahu jika dia adalah pacar wildan sekarang ini, tapi dia juga kalau di dalam hati wildan itu masih ada seseorang yang tidak bisa dia lupakan yang membuat dia harus berbesar hati membiarkan kekasihnya itu bertemu dengan wanita lain.
Di tempat lain wildan yang sudah berada di perempatan jalan, dia berjalan menuju ke sebuah halte dan menunggu angkutan umum yang akan dia naiki.
'Ini masih jam tujuh ' wildan melihat jarum jam di tangannya yang menujukkan waktu ketika dia telah berada di dalam angkutan umum.
Di dalam angkutan umum dia harus terus memandangi jalan, karena dia harus mendapatkan jok paling belakang karena di jam seperti ini banyak pekerja yang akan pergi bekerja. Suasana di angkutan umum sangat berdesakan, dan kai merasa dia akan mendapatkan kesulitan untuk keluar dari angkutan umum yang dia naiki.
'Apa itu halte nya? " wildan kembali bertanya nama halte yang akan menjadi tempat dia dan nita akan bertemu.
Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, wildan dapat melihat halte yang dia cari.
"Kiri!! " wildan sedikit berteriak agar suaranya dapat terdengar oleh supir.
Seluruh penumpang hampir terjatuh dari tempat duduknya, karena supir ugal-ugalan itu menginjak rem sangat mendadak.
'Aku lima menit lebih dulu sampai ' wildan melibat jam di tangannya, dia lalu terduduk di halte yang dipenuhi oleh pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang trotoar halte.
Dia memutuskan untuk menunggu nita sambil terduduk dan memandangi suasan kota di pagi hari yang sangat sibuk dipenuhi dengan berbagai macam kendaraan yang berlalu lalang di jalan.
'Kenapa nita belum muncul juga? ' wildan mulai gelisah melihat ke arah jam di tangannya yang telah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi.
Nita terlambat setengah jam dari waktu yang sudah mereka janjikan.
'Mungkin jalanan macet! ' wildan mencoba menghibur dirinya sendiri yang sedang merasa gelisah dan ketakutan nita tidak akan datang hari ini ketika dia melihat waktu di jam tangannya yang menunjukkan pukul sembilan pagi.
'Apa nita akan datang? ' wildan bertanya pada dirinya sendiri diantara kegelisahannya, dia mulai kebingungan.
Dia melihat sebuah bus metro mini berwarna orange biru berhenti tepat di hadapannya dan berhamburan semua para pekerja pabrik yang berseragam sama, ada juga beberapa diantara mereka memakai kemeja rapi. Tetapi dia tidak melihat seorang anak sekolah perempuan yang memakai seragam keluar dari bus metro mini itu, wildan semakin gelisah ketika bus itu telah pergi dari hadapannya tanpa ada nita yang muncul dari dalamnya.
"Maaf, aku terlambat! "
ketika wildan memandangi jalan raya di hadapannya, tiba-tiba mendengar suara seseorang dari arah sampingnya.
Dia terlihat membungkukkan tubuhnya, dengan nafasnya yang terengah-engah seperti telah berlari cepat dari ujung jalan sana.
Wildan melihat anak perempuan dengan seragam olahraga yang berbeda dengan seragamnya, wajahnya tidak terlihat karena tertutupi oleh rambut panjangnya yang tergerai ketika dia masih memegangi lututnya karena kehabisan nafas setelah berlari.
"Nita? " wildan mengeluarkan suaranya dengan ragu, karena anak perempuan dihadapannya berbeda dengan nita yang dia bayangkan.
Anak perempuan itu lalu merubah sikap tubuhnya menjadi tegak, dan merapikan rambut lurusnya yang menutupi wajahnya.
"Wildan " dia tersenyum ke arah wildan untuk memastikan bahwa dia adalah nita.
"Iya " wildan mengangguk dengan senyuman.
Dia masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya sekarang ini, sahabat kecilnya dulu ternyata sudah sangat tinggi sekarang.
Dengan rambutnya yang lurus tergerai di bawah bahunya, poninya telah memanjang melewati kedua matanya yang menyamping dengan jepitan rambut berwarna biru.
Kedua bola mata coklatnya masih terlihat cantik, dengan senyuman lebarnya memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Dan wildan baru menyadari nita memiliki lesung pipi di sebelah pipi kanannya saja.
"Wildan!! " dia lalu mengibaskan kedua telapak tangannya di depan wajah wildan yang sedari tadi memandanginya begitu lama.
Dia lalu duduk disamping wildan yang sepertinya masih tidak percaya melihatnya berada di hadapan wildan setelah begitu lama mereka hanya berbicara di telepon saja.
"Kamu berlari dari mana? " wildan lalu mulai memberanikan dirinya bertanya pada nita yang duduk disampingnya ketika dia mengipas wajahnya yang mulai berkeringat karena berlari.
"Iya, habisnya aku turun di jalan sana karena macet " jawab nita, "aku takut kamu sudah pergi karena terlalu lama menunggu "
Wildan tersenyum memandangi wajah nita, kedua pipinya memerah karena kepanasan. Dia lalu beranjak dari duduknya menghampiri pedagang asongan penjual rokok dan tisu. Dia membelikan nita sebungkus tisu kecil untuk mengelap keringat di wajahnya.
"Ini " dia lalu memberikan tisu tersebut pada nita.
"Terima kasih " nita menerima, dia dengan cepat membuka bungkus tisu itu dan menyeka keringatnya.
Dia melihat ke arah wildan yang sedari tadi memandanginya, "kita akan pergi kemana? "
"Kenapa kamu tidak bicara? dari tadi melihat aku terus " sambung nita, dia masih mengeringkan keringat di wajahnya.
Wildam tersenyum malu, "aku tidak tahu harus bicara apa karena terlalu senang sekarang ini "
"Kamu cantik sekali! " lalu wildan memuji nita.
Membuat wajah nita seketika memerah, dan menjadi salah tingkah. Dia mendengar kai bicara yang membuatnya begitu merinding, dipuji oleh laki-laki yang pernah menjadi sahabat kecilnya dulu.
"Kamu juga keren " lalu nita membalas pujian wildan padanya.
Sebenarnya diapun sangat terkejut melihat penampilan wildan sekarang, dia sangat berubah dari gaya rambut dan berpakaiannya. Sekarang ini dia melihat sebuah tonjolan kecil di leher wildan yang membuatnya terlihat lebih gagah dan menjadi lelaki idola.
Mereka berdua sama-sama tertunduk karena pujian yang di lontarkan oleh masing-masing, untuk beberapa saat mereka terdiam, kikuk tidak tahu apa lagi yang harus mereka bicarakan sekarang ini.
"Wildan "
"Nita "
Mereka berdua bersamaan memanggil nama, dan akhirnya tertawa bersamaan.
Wildan bwrinisiatif untuk memegang tangan nita kali ini untuk waktu yang cukup lama dan tidak melepasnya.
"Oh, iya aku hampir lupa " ucap nita, dia lalu melepaskan genggaman tangannya dan membuka resleting tas miliknya.
Dia lalu memberikan satu bungkusan berwarna biru yang telah di belinya kemarin.
"Aku tidak tahu kamu suka atau tidak " sambung nita.
Dia lalu memperlihatkan sebuah gelang berwarna hitam dengan inisial nama mereka.
"Bagus, aku akan pakai " wildan dengan cepat memakainya dan dia perlihatkan pada nita.
Dia juga memakaikan gelang milik nita kai ini, lalu tersenyum ke arah nita.
Nita senang sekali walaupun dia harus menempuh jarak yang jauh dan membolos dari sekolah untuk bertemu dengan wildan dan memberikan gelang yang sudah lama sekali ingin dia berikan pada laki- laki yang menjadi cinta pertamanya itu...
"Maaf lama " ucap nita ketika dia sampai di tempat wildan menunggunya.Mereka sengaja membuat janji di sekolah smp dulu."Tidak apa-apa " jawab wildan, "yang terpenting kan kamu datang "Wildan memandangi wajah nita yang masih sama seperti minggu yang lalu dia bertemu, sangat bercahaya dan aura kecantikannya muncul ketika dia tersenyum.Nita duduk di kursi yang sama dengan wildan, dia lalu terdiam dengan wajah yang sedikit tidak bersemangat. Senyumannya di wajahnya terlihat lemah walaupun dia masih terlihat cantik dimata wildan."Kamu kenapa? " tanya wildan, "tidak senang aku minta datang kesini karena mengganggu hari liburmu? " lalu wildan menundukkan pandangannya, dia membenarkan topi berwarna hitam yang dipakainya."Bukan begitu " nita melihat ke arah wildan sekarang."Aku sedang tidak bagus mood " sambung nita, dia memegangi satu tangan wildan. Tangannya terasa dingin sekali oleh wildan, dia terus memeganginya sampai akhirnya wild
Ponsel nita bergetar dari dalam saku seragamnya siang ini, dia sedang menjadi asisten dokter konsulennya sekarang.Beruntung dia tidak lupa untuk tidak mengaktifkan nada deringnya.Dahi nita berkerut sambil menatap ketakutan orang disampingnya yang tengah serius memegang Cup vakum yg sudah ditempel tepat dikepala bayi."kalo ini gagal gara-gara kamu yang tidak konsentrasi, kamu yang operasi! " ancamnya."Ii.. iya.. dokter " nita mengumpulkan konsentrasinya menjadi asisten dokter Yoga yang sedang melakukan tindakan vakum ekstraksi.Dia yang terganggu oleh suara getaran ponsel nita yang sama sekali tidak berhenti bergetar dari awal nita menjadi asisten tindakan sampai akhirnya selesai."Wildan,,, " ucap nita pelan.Dia baru saja selesai mencuci tangannya setelah tindakan dengan cepat merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponselnya.Nita jadi merasa risih ketika sudah menjadi dekat dengan wildan
'Aku akan tunggu sampai pekerjaanmu selesai ' tiba-tiba muncul sebuah pesan singkat di ponselnya. Awan mendung di wajah nita berubah menjadi semburat pelangi indah, setelah membaca balasan pesan dari Wildan. "Ayah " axel beranjak dari duduknya dan menghampiri sosok ayahnya yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. "Bibi nita wajahnya cantik, tapi dia tidak genit " axel mengatakan itu seraya menunjuk ke arah nita yang sedang terduduk dan membaca pesan singjat di ponselnya. Wajah nita seketika memerah mendengar axel yang membicarakannya, ditambah kedua juniornya pun terlihat tidak dapat menahan tawa-tawa kecil mereka karena ucapan seorang anak kecil. "Polos maksudnya? " senyuman sinis terlihat Di wajah dokter yoga, ketika melirik ke arah nita yang terlihat sangat malu. "Kamu pasti kasihan kalau dekat dengan bibi satu itu! " ucapannya sedikit meledek nita. Kedua mata nita terbelalak ketika dokter yoga mengatakan hal yang me
Suasana pagi di sebuah ruang ganti petugas hanya ada nita yang sedang berdiri di depan cermin memandangi wajahnya sendiri."kyaaa.. "Nita berteriak menatap dirinya di cermin, sambil sesekali menepuk- nepuk keningnya karena ada sesuatu yang mengganggu penampilannya hari ini."Bagimana bisa Mata panda ,kulit kusam dan harus ketemu wildan! "Jari- jari nita bermain di wajahnya, berusaha dan berharap akan ada keajaiban yang akan membuat wajahnya glowing dalam waktu sekejap. Nita memutar otaknya, berpikir dari mengambil es Batu untuk mengompres mata pandanya, lalu masker wajah. Satu jam berlalu, setelah mandi dan dandan nita bergegas pergi. "Janjian setelah jaga malam " nita menarik nafasnya dalam- dalam."Semoga sesuai yang diharapkan.. " nita kembali menarik nafas dalam,menghampiri sosok wildan yang sudah menunggunya di pintu utama mall kota. Wildan melempar senyuman ke arah nita yang berjalan ke arahnya. "Kenapa? " tanya ni
Mencintai orang yang sama untuk kedua kalinya bagi nita teraa berbeda. Dia seperti menjadi seseorang yang baru sekarang ini.Dan juga tidak bisa dipungkiri bahwa wildan merupakan sebuah obsesi nita sedari dulu yg tidak dapat terhapus, karena di otak nita sepertinya sudah terukir cinta pertamanya yang sulit dilupakan.Meski demikian nita yang pernah menjalin hubungan bukan dengan Wildan dulu tetapi dia tetap merasa belum sempurna jika belum bersama dengan cinta pertamanya. Menandakan bahwa cinta pertama adalah sesuatu yang rumit dan sulit dilupakan.Tiba-tiba ponsel nita berbunyi, membuyarkan lamunannya. Sebuah notifikasi pesan singkat di ponselnya malam ini."Selamat malam sayangku yg imut " nampak emotikon cinta diujungnya.Mendadak wajah nita memerah dan merasa kepanasan, bila dijabarkan ini adalah tingkat tinggi keGeeran."Mimpi indah dan jangan lupa mimpiin aku ya.. " sa
Rengggg... suara getaran hp muncul dari bawah bantal nita, tangannya bergegas meraba-raba mengambilnya dengan mata yg masih terkantuk-kantuk."Ya, halo.. "matanya masih terpejam sambil mengangkat panggilan."Bibi.. "suara tangis anak kecil, axel. yap, karena cuma axel yg Memanggilnya bibi.Nita terbangun melihat jam di ruangannya menunjukan pukul 10 malam"ada apa axel? belum tidur? ""Bibi.. "suaranya terpatah-patah"aku demam, ayah belum pulang, aku pusing.. bibi harus kerumahku""harus"memang menyebalkan mendengar kata itu yg seperti perintah"kamu bisakan telpon ibumu? ""Aku gak punya nomor hp nya, disini aku cuma menyimpan nomor hp bibi"Nita tertawa tanpa suara dan ketus, apa yg anak kecil ini bilang? cuma menyimpan nomor hp ku? hah, apa-apaan ini.. aku dipermainkan anak kecil. Tapi, tunggu dulu..kapan aku kasih nomor hp nya?. Nita mengepalkan tangannya, baru kali ini dia dipermainkan anak kecil.Nita menari
"Bisa kita bicara berdua? "Nita mengangguk, menuruti permintaan atasannya, dokter yoga. Hari ini pelayanan poliklinik telah selesai, sudah sepi dari pasien.Nita menghampiri sosok berkharisma yg masih duduk di kursi tempat dia memberikan penyuluhan pada pasien.Ini sama seperti ketika interview saat lamaran pekerjaan saling duduk berhadapan.Apa yg mau dia bicarakan?? nita menatap ketakutan wajahnya,padahal dia dan teman-teman lain menobatkan lelaki itu sebagai Kim Bum nya rumah sakit."Apa gara-gara semalam aku ketiduran dirumahnya? waktu jagain axel"lelaki itu tampak menarik nafas dalam sebelum bicara, "maaf kemarin axel sudah menyusahkanmu,dan juga terima kasih".Seperti sengatan listrik, tiupan terompet tahun baru, ledakan bom hiroshima, saat mendengarnya berterima kasih. Itu mengejutkan, dan pertama kalinya terdengar di telinga nita."saya senang bisa membantu,dok" senyuman tergurat diwajah nita, ternyata menjadikan axel sekutunya adalah i
"kamu sudah selesai makannya? " nita membersihkan sisa makanan di ujung bibir axel dengan tisu."eum.. " sambil mengangguk, lalu meneguk air putih dalam gelas yg berada tepat disampingnya.Gimana bisa akhirnya aku kalah juga sama malaikat kecil ini, musuh yg sudah menjadi sekutu. Aku sepertinya mulai kesusahan menolak semua permintaannya. Anak yg cerdas di usianya yg masih 6 tahun, apalagi memiliki kegantengan yg pasti dari sang ayah. Sekarang apa lagi yg dibicarakan? nita mulai berkhayal gegara pembicaraan tadi siang. Nita mulai merasa kehausan akibat berpikiran terlalu keras, dia meminum teh yg di buatkan mba mumu yg adalah asisten rumah tangga."kapan bibi jadi ibuku...?? "Nita hampir memuntahkan teh yg telah berkumpul di rongga mulutnya, mencoba menelan perlahan dan terbatuk"axel kan sudah punya ibu""iya, dan ibuku itu harus bibi"bicara tegasNita tertawa kecil, menarik nafas terdalam mengeluarkannya perlahan. Kata harus itu bua