"Maaf lama " ucap nita ketika dia sampai di tempat wildan menunggunya.
Mereka sengaja membuat janji di sekolah smp dulu.
"Tidak apa-apa " jawab wildan, "yang terpenting kan kamu datang "
Wildan memandangi wajah nita yang masih sama seperti minggu yang lalu dia bertemu, sangat bercahaya dan aura kecantikannya muncul ketika dia tersenyum.
Nita duduk di kursi yang sama dengan wildan, dia lalu terdiam dengan wajah yang sedikit tidak bersemangat. Senyumannya di wajahnya terlihat lemah walaupun dia masih terlihat cantik dimata wildan.
"Kamu kenapa? " tanya wildan, "tidak senang aku minta datang kesini karena mengganggu hari liburmu? " lalu wildan menundukkan pandangannya, dia membenarkan topi berwarna hitam yang dipakainya.
"Bukan begitu " nita melihat ke arah wildan sekarang.
"Aku sedang tidak bagus mood " sambung nita, dia memegangi satu tangan wildan. Tangannya terasa dingin sekali oleh wildan, dia terus memeganginya sampai akhirnya wildan menoleh ke arahnya.
"Kamu marah ya? " nita memasang wajah sedih di depan wildan.
"Tidak " jawab wildan dengan senyuman tipis, dan kedua matanya mengawasi wajah nita yang masih terlihat tidak bersemangat.
"Aku bukannya tidak bersemangat bertemu dengan kamu, tapi... " nita berhenti sejenak, seketika wajahnya terlihat memerah.
"Masa aku harus cerita juga sama kamu! " cetus nita berbalik dan duduk membelakangi wildan.
Dahi wildan berkerut, dia tidak mengerti dengan apa yang akan nita katakan dan tentu saja itu semakin membuatnya penasaran dan semakin ingin bertanya pada nita.
"Kamu sedih ingat ayahmu lagi? " tanya wildan.
"Bukan itu " nita menjawab dengan manja, dia lalu kembali menoleh ke arah wildan.
"Tapi aku sedang merasakan sakit perut karena datang bulan! " cetus nita, "jadi aku senangnya marah-marah dan kadang merasa lemas! "
"Masa aku harus cerita sama kamu! " sambung nita, "kamu kan anak laki-laki, aku sekarang jadi malu! "
Wildan tertegun dia benar-benar sangat terkejut hal yang membuat nita sekesal itu adalah ketika dia sedang datang bulan di hari pertama.
Tapi sepertinya sekarang dia menjadi tahu sedikit demi sedikit tentang wanita, jika mereka selalu marah-marah dan berwajah ketus mungkin saja mereka sedang datang bulan, pikir wildan.
Dia tersenyum ke arah nita dan membuka resleting tas miliknya, mengambil sesuatu dari dalamnya.
Beberapa saat kemudian dia menyimpannya di telapak tangan nita sebungkus coklat bersalut gula warna-warni.
"Aku tidak tahu coklat itu benar atau tidak memberikan manfaat untuk kamu yang sedang datang bulan " ucap wildan, "tapi coba saja dulu "
Tapi kemudian wildan mengambil kembali coklat yang dia berikan untuk nita itu, membuat nita semakin kesal.
Wildan tertawa kecil melihat dia marah untuk pertama kalinya, tapi tetap saja terlihat sangat cantik.
"Aku bukakan bungkusnya " ucap wildan dengan penuh kesabaran, dia lalu membukakan bungkus coklat tersebut dan mengembalikannya pada nita, agar dia bisa dengan mudah memakannya.
Nita malu dibuatnya, dia tidak berani memandang ke arah wildan untuk beberapa waktu sambil memakan coklat yang di berikan oleh wildan padanya.
"Kamu bertemu dengan nuri? " tanya nita ketika dia sedang menghabiskan coklat yang berada di tangannya.
Wildan menjawabnya dengan anggukkan kepala, tapi karena nita tidak melihatnya dia lalu bersuara.
"Iya " jawab wildan.
"Cantik tidak? " lalu nita bertanya kembali.
Wildan tersenyum dengan kerutan di dahinya, "cantik "
Nita lalu menoleh ke arah wildan dengan mulutnya yang mengerucut.
"Kenapa? " wildan pura-pura tidak mengerti dengan reaksi nita yang marah seperti itu.
Dia tidak menjawab pertanyaan wildan, hanya menyipitkan kedua matanya.
"Kalau bertanya antara cantik atau tidak itu pasti jawabannya antara cantik dan tidak cantik " ucap wildan.
"Lalu kenapa menjawab cantik! " cetus nita.
"Karena memang cantik " wildan bicara dengan jujur, "tapi aku mau bilang, dia memang cantik tapi lebih cantik lagi kamu! "
"Dasar perayu! " nita tertawa kecil, dia tidak menyangka sahabat kecilnya yang pendiam dan kaku itu sekarang mulai berubah menjadi perayu ulung.
Wildan tersenyum ketika nita mengatakan padanya bahwa dia adalah perayu ulung, tapi sebenarnya dia hanya berani mengatakan itu hanya pada nita saja.
"Aku mau ajak kamu ke kelas kita dulu! " dia lalu beranjak dari duduknya dengan meraih satu tangan nita dan mengajaknya untuk masuk ke dalam sekolahnya.
Karena biasanya hari minggu ini, lapangan sekolah selalu dipakai untuk latihan pramuka jadi gerbang sekolah masih terbuka.
Wildan membawa nita masuk di sebuah area taman dengan rumput hijau yang pertama mereka lihat, nita dan wildan memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah mereka sekarang ini.
"Disini biasanya kita selalu berkumpul ketika pembagian rapot dan menjelang libur sekolah " ucap wildan pada nita yang masih melihat taman yang sekarang lebih luas di hadapannya.
Dia mencoba mengingatkan kembali pada nita semua yang pernah mereka lakukan ketika masih bersekolah di tempat yang sama.
"Kita ke lantai tiga " ucap wildan, dia lalu menyimpan satu jari telunjuk di depan bibirnya memberitahukan pada nita untuk tidak bersuara karena ada sekumpulan siswa sedang berlatih pramuka.
Nita menganggukkan kepalanya, tangannya masih bergandengan dengan wildan.
Mereka berjalan dengan pelan dan hati-hati untuk naik ke lantai tiga dimana nita dan wildan belajar setiap harinya tanpa diketahui siapapun.
"Ini kelas kita! " wildan membuka pintunya, dan setelah nita masuk dia menutup kembali pintunya agar tidak ada yang melihat mereka masuk ke dalam kelas.
"Bagus sekali sekarang " wildan memuji kelasnya yang dulu biasa dia pakai untuk belajar, dia lalu melirik ke arah nita yang sudah lebih baik dari awal tadi dia melihatnya.
"Kenapa melihatku seperti itu? " nita berwajah merah dan dia menjadi salah tingkah ketika wildan menatapinya sangat dalam.
"Aku kan lihat perempuan cantik disini! " lagi-lagi di mengeluarkan gombalannya, membuat tawa nita lalu muncul.
Nita memutuskan untuk duduk di lantai di belakang pintu kelasnya agar tidak ada yang melihatnya datang kesekolah di hari libur.
Dan lalu wildan juga mengikutinya, duduk di lantai disamping nita.
"Terima kasih kamu mau menemuiku disini " wildan lalu berkata dia membuka topi yang dipakainya sambil melihat ke arah langit-langit.
Nita tersenyum, "kenapa dibuka, aku suka lihat kamu memakai topi itu "
"Kamu terlihat keren, karena cocok sekali dengan kaos yang kamu pakai sekarang " nita mengomentari penampilannya, dia sangat tampan ketika memakai seragam tetapi ternyata lebih tampan ketika memakai pakaian sehari-hari.
Wildan tertunduk menyembunyikan malunya, "jatuh cinta itu ternyata tidak enak yah! "
"Kenapa? " nita terheran.
Wildan lalu menoleh ke arah nita, "karena sedikit menyiksa, setiap waktu setiap hari yang aku ingat itu cuma bertemu dengan kamu "
"Sampai masuk ke dalam mimpiku juga! " sambung nita.
Nita tertawa kecil, "kamu mimpi bertemu denganku? "
Dia menjawabnya dengan anggukkan.
"Kita sedang apa dalam mimpi kamu? " nita kembali bertanya.
Wildan terdiam, dia lalu menjadi salah tingkah ketika nita menanyakan apa yang ada dalam mimpinya itu.
Karena rasanya tidak mungkin sekali kalau wildan mengatakan bahwa dia dan nita berciuman di dalam mimpinya, apalagi satu hal yang tidak pernah dia lakukan itu terlihat sangat aneh dan merupakan adegan dewasa yang tidak boleh dilakukannya sekarang.
"Kenapa melamun? " nita mengguncang tubuh wildan membuatnya tersadar dan kembalu melihat ke arah nita.
"Hanya jalan-jalan saja " jawab wildan dengan raut wajah yang tegang dan tidak nyaman karena malu.
Nita tersenyum, "aku pikir kamu menciumku dalam mimpinya! "
Mendengar nita bicara seperti itu membuat wildan merasa terprovokasi, seketika wajahnya memerah.
"Nita! " cetus wildan dengan malu mendengarnya.
Nita tertawa kecil, "kamu tidak mau menciumku? "
"Apa " dia semakin ketakutan ketika nita bicara begitu berani padanya, dia memandangi wajah nita yang sedari tadi melihatnya dengan tawanya.
Sebenarnya nita terlihat lebih cantik hari ini membuat wildan semakin tergila-gila dengannya, tapi dia tidak bisa melakukan hal yang sama sekali dia tidak pernah lakukan.
Karena kejadian hari dimana mereka berciuman itu hanya ada di dalam mimpinya.
Nita menutup mulutnya supaya tawanya tidak terdengar keras dan membuat penjaga sekolah menemukan mereka.
"Bercanda, wildan! " cetus nita.
Dia lalu memandangi wajah wildan yang terlihat kaku karena nita menggodanya sedari tadi.
"Teman-temanku selalu cerita kalau mereka kadang di beri ciuman oleh pacar mereka " ucap nita, dia lalu melihat wildan"tapi pacar mereka itu belum pernah jadi sahabat kecilnya "
"Kalau kamu itu kan teman sekelasku dulu, jadi sepertinya kita akan sedikit canggung ketika berpacaran " sambung nita,
"Lagi pula aku juga tidak penasaran mendapatkan,,, " belum selesai nita menyelesaikan perkataannya, wildan sudah melayangkan satu kecupan di pipi anneth.
"Ciuman dari wildan " dia menyelesaikan ucapannya dengan kedua matanya yang terlihat kesulitan untuk berkedip dan memandangi wildan dengan tidak percaya dia berani mencium pipinya.
"Wildan,,, " nita memanggilnya dengan suara pelannya, sepertinya dia masih syok mendapatkan ciuman di pipinya.
Wildan tersenyum malu, tetapi dia justru kembali mendekatkan wajahnya pada nita. Dan kali ini dia mendaratkan kecupan di bibir nita, membuatnya semakin tidak bisa bicara apa-apa lagi.
Wildan beranjak dari duduknya, dia meraih satu tangan nita untuk pergi keluar dari kelasnya.
Dia merasa harus kembali ke tempat terbuka dan dilihat oleh banyak orang ketika berdua dengan nita, dia takut nantinya dia semakin lupa diri. Setelah beberapa menit yang lalu dia mulai berani melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan olehnya.
"Kita tidak boleh di tempat sepi hanya berdua " ucap wildan ketika mereka sudah berada di luar sekolah.
Wildan melihat nita yang sepertinya masih linglung dan memegangi bibirnya yang baru saja mendapatkan kecupan dari lawan jenisnya untuk pertama kali.
"Maaf karena aku tidak meminta ijin dari kamu lebih dulu " wildan lalu menyesal ketika melihat anneth yang masih terdiam seperti itu.
Dia takut nita marah padanya karena melakukan tindakan yang sangat tidak sopan padanya, tetapi semuanya dia lakukan tanpa sengaja dan refleks begitu saja.
"Kamu marah ya? " wildam lalu bertanya ketika nita sama sekali tidak mengeluarkan suaranya, dia hanya terdiam dan memandangi nita dengan kerutan di dahinya.
Wildam begitu menyesal karena telah bertindak seperti itu, karena tadi dia berpikir nita tidak akan marah dan mengijinkannya untuk memberikan satu ciuman saja padanya.
"Ya ampun! " cetus nita.
Dia dengan cepat menutup buku diary miliknya dan menyadarkan dirinya untuk kembali ke kehidupannya sekarang.
Nita merasa malu sekali ketika harus mengingat ciuman pertamanya dengan laki- laki yang menjadi cinta pertamanya dan itu merela lakukan di sekolah.
"Kenapa baru sekarang aku merasa malu! " dia bicara sambil bersembunyi di balik selimut karena rasa malunya.
Ponsel nita bergetar dari dalam saku seragamnya siang ini, dia sedang menjadi asisten dokter konsulennya sekarang.Beruntung dia tidak lupa untuk tidak mengaktifkan nada deringnya.Dahi nita berkerut sambil menatap ketakutan orang disampingnya yang tengah serius memegang Cup vakum yg sudah ditempel tepat dikepala bayi."kalo ini gagal gara-gara kamu yang tidak konsentrasi, kamu yang operasi! " ancamnya."Ii.. iya.. dokter " nita mengumpulkan konsentrasinya menjadi asisten dokter Yoga yang sedang melakukan tindakan vakum ekstraksi.Dia yang terganggu oleh suara getaran ponsel nita yang sama sekali tidak berhenti bergetar dari awal nita menjadi asisten tindakan sampai akhirnya selesai."Wildan,,, " ucap nita pelan.Dia baru saja selesai mencuci tangannya setelah tindakan dengan cepat merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponselnya.Nita jadi merasa risih ketika sudah menjadi dekat dengan wildan
'Aku akan tunggu sampai pekerjaanmu selesai ' tiba-tiba muncul sebuah pesan singkat di ponselnya. Awan mendung di wajah nita berubah menjadi semburat pelangi indah, setelah membaca balasan pesan dari Wildan. "Ayah " axel beranjak dari duduknya dan menghampiri sosok ayahnya yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. "Bibi nita wajahnya cantik, tapi dia tidak genit " axel mengatakan itu seraya menunjuk ke arah nita yang sedang terduduk dan membaca pesan singjat di ponselnya. Wajah nita seketika memerah mendengar axel yang membicarakannya, ditambah kedua juniornya pun terlihat tidak dapat menahan tawa-tawa kecil mereka karena ucapan seorang anak kecil. "Polos maksudnya? " senyuman sinis terlihat Di wajah dokter yoga, ketika melirik ke arah nita yang terlihat sangat malu. "Kamu pasti kasihan kalau dekat dengan bibi satu itu! " ucapannya sedikit meledek nita. Kedua mata nita terbelalak ketika dokter yoga mengatakan hal yang me
Suasana pagi di sebuah ruang ganti petugas hanya ada nita yang sedang berdiri di depan cermin memandangi wajahnya sendiri."kyaaa.. "Nita berteriak menatap dirinya di cermin, sambil sesekali menepuk- nepuk keningnya karena ada sesuatu yang mengganggu penampilannya hari ini."Bagimana bisa Mata panda ,kulit kusam dan harus ketemu wildan! "Jari- jari nita bermain di wajahnya, berusaha dan berharap akan ada keajaiban yang akan membuat wajahnya glowing dalam waktu sekejap. Nita memutar otaknya, berpikir dari mengambil es Batu untuk mengompres mata pandanya, lalu masker wajah. Satu jam berlalu, setelah mandi dan dandan nita bergegas pergi. "Janjian setelah jaga malam " nita menarik nafasnya dalam- dalam."Semoga sesuai yang diharapkan.. " nita kembali menarik nafas dalam,menghampiri sosok wildan yang sudah menunggunya di pintu utama mall kota. Wildan melempar senyuman ke arah nita yang berjalan ke arahnya. "Kenapa? " tanya ni
Mencintai orang yang sama untuk kedua kalinya bagi nita teraa berbeda. Dia seperti menjadi seseorang yang baru sekarang ini.Dan juga tidak bisa dipungkiri bahwa wildan merupakan sebuah obsesi nita sedari dulu yg tidak dapat terhapus, karena di otak nita sepertinya sudah terukir cinta pertamanya yang sulit dilupakan.Meski demikian nita yang pernah menjalin hubungan bukan dengan Wildan dulu tetapi dia tetap merasa belum sempurna jika belum bersama dengan cinta pertamanya. Menandakan bahwa cinta pertama adalah sesuatu yang rumit dan sulit dilupakan.Tiba-tiba ponsel nita berbunyi, membuyarkan lamunannya. Sebuah notifikasi pesan singkat di ponselnya malam ini."Selamat malam sayangku yg imut " nampak emotikon cinta diujungnya.Mendadak wajah nita memerah dan merasa kepanasan, bila dijabarkan ini adalah tingkat tinggi keGeeran."Mimpi indah dan jangan lupa mimpiin aku ya.. " sa
Rengggg... suara getaran hp muncul dari bawah bantal nita, tangannya bergegas meraba-raba mengambilnya dengan mata yg masih terkantuk-kantuk."Ya, halo.. "matanya masih terpejam sambil mengangkat panggilan."Bibi.. "suara tangis anak kecil, axel. yap, karena cuma axel yg Memanggilnya bibi.Nita terbangun melihat jam di ruangannya menunjukan pukul 10 malam"ada apa axel? belum tidur? ""Bibi.. "suaranya terpatah-patah"aku demam, ayah belum pulang, aku pusing.. bibi harus kerumahku""harus"memang menyebalkan mendengar kata itu yg seperti perintah"kamu bisakan telpon ibumu? ""Aku gak punya nomor hp nya, disini aku cuma menyimpan nomor hp bibi"Nita tertawa tanpa suara dan ketus, apa yg anak kecil ini bilang? cuma menyimpan nomor hp ku? hah, apa-apaan ini.. aku dipermainkan anak kecil. Tapi, tunggu dulu..kapan aku kasih nomor hp nya?. Nita mengepalkan tangannya, baru kali ini dia dipermainkan anak kecil.Nita menari
"Bisa kita bicara berdua? "Nita mengangguk, menuruti permintaan atasannya, dokter yoga. Hari ini pelayanan poliklinik telah selesai, sudah sepi dari pasien.Nita menghampiri sosok berkharisma yg masih duduk di kursi tempat dia memberikan penyuluhan pada pasien.Ini sama seperti ketika interview saat lamaran pekerjaan saling duduk berhadapan.Apa yg mau dia bicarakan?? nita menatap ketakutan wajahnya,padahal dia dan teman-teman lain menobatkan lelaki itu sebagai Kim Bum nya rumah sakit."Apa gara-gara semalam aku ketiduran dirumahnya? waktu jagain axel"lelaki itu tampak menarik nafas dalam sebelum bicara, "maaf kemarin axel sudah menyusahkanmu,dan juga terima kasih".Seperti sengatan listrik, tiupan terompet tahun baru, ledakan bom hiroshima, saat mendengarnya berterima kasih. Itu mengejutkan, dan pertama kalinya terdengar di telinga nita."saya senang bisa membantu,dok" senyuman tergurat diwajah nita, ternyata menjadikan axel sekutunya adalah i
"kamu sudah selesai makannya? " nita membersihkan sisa makanan di ujung bibir axel dengan tisu."eum.. " sambil mengangguk, lalu meneguk air putih dalam gelas yg berada tepat disampingnya.Gimana bisa akhirnya aku kalah juga sama malaikat kecil ini, musuh yg sudah menjadi sekutu. Aku sepertinya mulai kesusahan menolak semua permintaannya. Anak yg cerdas di usianya yg masih 6 tahun, apalagi memiliki kegantengan yg pasti dari sang ayah. Sekarang apa lagi yg dibicarakan? nita mulai berkhayal gegara pembicaraan tadi siang. Nita mulai merasa kehausan akibat berpikiran terlalu keras, dia meminum teh yg di buatkan mba mumu yg adalah asisten rumah tangga."kapan bibi jadi ibuku...?? "Nita hampir memuntahkan teh yg telah berkumpul di rongga mulutnya, mencoba menelan perlahan dan terbatuk"axel kan sudah punya ibu""iya, dan ibuku itu harus bibi"bicara tegasNita tertawa kecil, menarik nafas terdalam mengeluarkannya perlahan. Kata harus itu bua
"apa sudah tidak ada pasien lagi? ""Tidak ada, dok. sudah beres " jawab nita,kedua tangannya masih sibuk membereskan arsip-arsip yg berserakan.Walaupun tangannya sibuk membereskan arsip, matanya tertuju pada sosok lelaki yg seminggu lalu membicarakan omong kosong berkedok kesepakatan menjadi seorang ibu sementara untuk axel. Apa boleh aku mempermainkannya sedikit? ucap nita dalam hati, haha. Dia terlalu tampan untuk dipermainkan, seharusnya ada yg mendampinginya.Dia melihatku? sesegera mungkin nita merubah fokus pandangannya ke arah lain.Jantungnya bekerja kencang, dokter yoga melangkah,mendekat ke arah nita."Axel bilang kamu setuju jadi ibunya""Aapa.. " kali ini nita yg dipermainkan situasi, dia terkaget"kenapa axel bilang begitu? "Kali ini senyuman terukir di wajah dokter yoga, "kamu yg berjanji sama axel, jadi kamu yg harus bertanggung jawab "."bertanggung jawab? " nita terheran."kamu tahu axel itu selalu menyimpan harap