Marco memandangi istri yang sudah memberikan kepuasan kepadanya tadi malam, dipandanginya wajah cantik Bella walau tanpa polesan make up, bibir seksinya yang membuat Marco kecanduan, apalagi cinta Bella pada Marco yang telah mengisi hari-hari hampanya menjadi lebih berwarna.Bella menggeliat saat jemari Marco bermain di pipinya yang mulus, "Mas, kamu sudah bangun," tanya Bella ketika sudah terbangun."Sudah." "Aku terlalu lama tidur ya? Mas ingin makan sesuatu?" "Tidak, Mas hanya ingin memandangi wajah cantik istriku ini," cicit Marco sambil tersenyum dan terus memandangi Bella."Sudah ah, Aku mau mandi dulu," Bella malu di pandangi seperti itu oleh Marco, pipinya bersemu merah."Ayo mandi bareng saja kalau gitu," Marco lalu segera bangun dan memegang tangan istrinya untuk di ajak ke kamar mandi.Mengerti maksud suaminya, kalau suaminya pasti tidak hanya akan mandi saja, melainkan meminta jatah lagi, Bella berusaha menolak."Mas, kita semalam sudah melakukannya, Aku lelah," ujar B
"Cepat! Bawa masuk wanita ini ke dalam mobil, jangan sampai ada yang melihat!" titah Diego pada orang suruhannya untuk membawa Bella.Melihat Bella yang di bawa dengan kasar, Diego membentak kacungnya, "Hati-hati t*lol! Dia sedang mengandung anakku!" "Ma..maaf bos!" jawab dua kacung itu lalu membawa Bella dengan hati-hati.Diego masuk ke kursi belakang pengemudi, agar bisa memeluk Bella dan menjaganya.Kali ini tingkah Diego sudah di luar batas, kakak iparnya sendiri ia culik dalam kondisinya sedang hamil besar. "Kita ke apartemenku, cepat!" titah Diego."Baik bos." Mobil Alphard itu segera melaju meninggalkan rumah sakit, Diego memeluk erat Bella dalam dekapannya. "Kini Kamu dan bayiku akan menjadi milikku seutuhnya!" lirih Diego sambil mengelus kepala Bella dan sesekali menyentuh perut buncit Bella.*******Marco yang tadi sedang pergi untuk membeli bunga di toko bunga, tiba-tiba mobilnya mengalami pecah ban dan ponselnya mati. Padahal Marco belum sempat mengabari istrinya untuk
Diego membawa Bella terbang dengan menggunakan jet pribadi. Bella di ikat di tempat duduknya dengan mulut tertutup lakban.Tenaga Bella seolah habis jika terus meronta, walau air matanya tidak bisa membohongi perasaan takut dan marahnya.Setelan take off, Diego mendekati Bella yang berada di ruangan khusus dan terikat sendirian, "Bagaimana seksi, masih mau meronta terus?" seru Diego sambil duduk di hadapan Bella.Melihat Diego saja membuat Bella sangat muak, kebenciannya pada Diego benar-benar dalam, hanya tatapan tajam seolah ingin menguliti Diego."Kamu terikat dan diam seperti ini sangat cantik tidak berteriak ataupun mencaci maki diriku," kekeh Diego meledek Bella yang tengah tak berdaya.Diego berdiri dan mendekati Bella, tangannya mulai menyusup ke dalam celana legging Bella, walau Bella berusaha menghalangi Diego agar tidak menyentuh dirinya tapi semua seolah percuma, Bella tidak akan bisa mengelak dengan kondisi seperti itu.Tangan itu dengan leluasa bermain-main di daerah int
"Akkkhhhh..." Bella menarik ulur nafasnya bersiap untuk mengejan. Perutnya semakin sakit dan kencang, walau sudah pernah lahiran satu kali, di saat seperti itu, Bella lupa, kalau belum pembukaan lengkap di larang untuk mengejan. "Jangan di dorong dulu, Nyonya, jika belum pembukaan lengkap, ini baru pembukaan 4." Mendengar ucapan Rika, sekuat tenaga Bella menahan agar tidak mengejan terlebih dahulu, walau hasrat ingin mengejan itu ada di setiap pembukaan bertambah, sekuat tenaga Bella tahan untuk tidak mengejan. "Ikuti saya, Nyonya. Tatik nafas... Huhhh.. hembuskan," sikap Rika yang tenang membuat Bella juga tenang dan mengatur pernafasannya agar bisa lebih rileks. "Bagus, seperti itu terus, atur pernapasan nya, sampai saya perintahkan untuk mengejan." Bella segera mengangguk, rasa sakit lahiran kedua ini berbeda ketika Bella melahirkan Ethan. Tiga puluh menit berlalu, rasa ingin mengejan itu semakin kuat. Pyuuukkk... Air ketuban sudah pecah, Rika dengan sigap menuntun
BAB ini ada adegan kekerasan fisik. Mohon bijak menyikapinya, hanya sebuah alur cerita, agar lebih menantang. ---------------------------------------------------- Pesawat jet yang Marco tumpangi mendarat dengan sempurna di bandara, di saat yang mendesak baginya, bantuan dari kakeknya dengan mengirimkan pesawat jet dan para bodyguard sangat membantu Marco. Informasi tentang semua yang Diego kerjakan bahkan tempat untuk menyembunyikan Bella sudah di Ketahui oleh Marco. "Bos, Diego membawa istri Anda ke sebuah gudang yang sudah tidak berfungsi. Disana penjagaannya begitu ketat," tutur seseorang yang Marco suruh untuk mencaritahu yang bernama Peter itu. "Kita akan kesana sekarang juga! Menyelamatkan istriku jauh lebih penting kali ini!" titah Marco dan supirnya membawa mereka ke gudang yang sudah tidak terpakai itu. Sebenarnya ada banyak hal yang Marco pikirkan, bagaimana bisa Diego 'menikmati' semua fasilitas milik keluarga Pratama, dari jet pribadi, bodyguard dan uang. Marc
POV Diego Alexander, menjebak kakek Yulius agar bisa menguasai hartanya. 5 bulan yang lalu... Malam itu seperti malam yang begitu gelap pekat, hujan yang deras di sertai guntur yang bersahutan bergantian. Aku meminta kakek Yulius, kakek kandungku untuk menemuiku. Bak dayung bersambut, kakek Yulius mau menemuiku. Ku pikir dirinya adalah orang yang paling egois di muka bumi ini tapi ternyata mau memenuhi permintaanku untuk bertemu denganku, cucu yang sudah dia buang sewaktu bayi. "Ada apa kamu ingin bertemu dengan Saya?" ucap pria tua yang masih terlihat bugar di usianya itu kepadaku. "Aku menemuimu hanya ingin meminta Hak ku yang telah kau rampas!" "Hak apa? Bukankah kamu hidup bahagia bersama keluarga angkatmu di America?" "Hak atas harta dan kekuasaanmu, Aku ingin memiliki lebih dari apa yang Marco miliki." Di luar dugaanku, kakek Yulius malah menghampiriku dengan kedua netra yang mengembun, memegang kedua pipiku lalu memelukku. "Kakek sangat merindukanmu Nak, m
"Jadi, dengan cara licik seperti itu, Diego menguasai harta dan kekuasaan keluarga Pratama!" ujar Marco dengan geram dan mengepalkan kedua tangannya.Rahangnya mengeras dan giginya saling bergeretak ketika Peter dan Jhony menceritakan semua kepadanya tentang sebuah kebenaran. Dimana Diego dengan begitu mudahnya memperdaya kakek dengan mengancamnya menggunakan Raffa disaat dirinya tidak ada dirumah lalu melumpuhkan kakek dengan sebuah racun yang membuat kakek tidak sadarkan diriWalau kini Peter dan Jhony harusnya mematuhi semua perintah Diego , tapi perasaan mereka sudah begitu setia kepada kakek Yulius dan Marco. Hingga menginginkan Marco lah yang akan menghancurkan Diego.Keduanya memerintah tanpa menghina dan menjadi pemimpin yang disukai oleh bawahannya, tidak seperti Diego yang tukang marah dan arogant."Kami harap Tuan muda bisa segera mengambil alih kekuasaan dan membebaskan Bos besar dari cengkraman Tuan Diego!" ucap Peter penuh putus asa.Selama beberapa bulan di pimpin oleh
Seorang dokter tengah berjalan dengan tegap menuju sebuah ruangan khusus pasien VVIP dengan seorang perawat pria yang mengekor di belakangnya lengkap menggunakan masker. Ruangan itu di jaga ketat oleh banyak penjaga dengan wajah sangar dan menakutkan. "Izinkan saya masuk, ini jadwal pengecekan Tuan Yulius." ujar dokter itu kepada para penjaga. Segera penjaga itu membukakan ruangan VVIP itu dan mempersilahkan dokter serta perawatnya untuk masuk lalu menutup kembali pintu itu setelah dokter dan perawatnya masuk. "Jangan lakukan hal nekat! Melakukan ini sama saja membuat karir serta nyawaku terancam," ucap dokter yang dikhususkan untuk merawat Tuan Yulius. Perawat pria yang tadi mengikutinya kini membuka maskernya, wajah tampannya yang dipenuhi luka yang mulai mengering membuat dokter itu sedikit terkejut karena mirip dengan bosnya, Diego. Pria itu segera meminta dokter itu agar membantunya membawa Tuan Yulius. "Bantu Aku membereskan semua yang dibutuhkan untuk membawanya!" t
Gedung di salah satu hotel bintang 5 itu terlihat begitu mewah dan mahal. Berhiaskan berbagai macam bunga serta aksesoris pernikahan mewah yang menampakkan bahwa yang akan menikah adalah orang yang berkelas. Pernikahan Axelo dan Sandra sedang berlangsung dengan di saksikan oleh para orang penting seperti pemimpin perusahaan, pejabat serta para Artis ternama. Setelah mengucapkan janji setia untuk bisa sehidup semati tanpa ada yang bisa memisahkan, kecuali kematian. Axelo dan Sandra kini resmi menjadi suami istri, yang di restui kedua belah pihak keluarga konglomerat. Para tamu bergantian untuk menyalami sang pengantin baru. "Selamat untuk pernikahannya Pak CEO, semoga selalu bahagia," ucap seorang tamu dari golongan pengusaha. "Terima kasih." Axelo menjawab dengan lugas dan tersenyum. Walau terpaksa menikahi Sandra, tentu dia tidak bisa menampakkan ketidaksukaannya itu, bukan? Axel dan Sandra harus terlihat bahagia di pernikahan mereka. Rangkaian acara sudah t
Pagi itu Claire duduk di dekat Tristan, sambil memegang lengan kanan Tristan lembut. "Pak, Aku harap Bapak bisa segera sadarkan diri." lirih Claire lalu mengecup lembut tangan Tristan. Entah dari kapan Claire memiliki perasaan kepada Tristan, nyatanya perasaan itu kini mulai timbul di hatinya. Ada kekhawatiran melihat kondisi Tristan yang lemah. Lama Claire mengecup tangan Tristan sambil memejamkan mata, sampai Gadis itu tidak sadar jika pemilik tangan itu tengah menatapnya. "Claire." Panggil Tristan dengan suara parau. Sontak Claire membulatkan kedua mata indahnya dan melepas genggaman tangannya. "Pak Tristan! Anda sudah sadar?" Melihat Claire yang terkejut dan pipinya merona merah, Tristan malah terkekeh. "Saya sudah sadar diri semalam, Claire." Claire sontak terkejut, kenapa jika ia sudah sadar kenapa tidak membangunkannya? "Kenapa Bapak tidak membangunkanku?" "Saya tidak tega," Tristan mencoba untuk duduk, Claire lalu membantunya. "Kamu terlihat begitu
Di depan ruang ICU, Claire duduk dengan gelisah. Sudah 2 jam berlalu, sedangkan Tristan masih dalam penanganan dokter. "Tenanglah Claire, dokter sedang menangani Pak Tristan," Alvin mencoba menenangkan Claire yang gelisah. Gadis itu kembali menitikkan airmata. "Bagaimana Aku bisa tenang, Vin. Pak Tristan seperti ini karena menolongku!" Alvin mendesah, temannya itu memang berhati lembut. Jelas semua itu terjadi karena kecelakaan. Tapi Claire masih saja menyalahkan dirinya begitu. Hal itu lah yang membuat Alvin menaruh hati kepadanya. Sejak duduk di bangku SMA, Alvin sudah menyukai Claire. Alvin yang berasal dari keluarga sederhana bisa beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekolah di bangku SMA yang ternama. Tak sedikit kala itu yang memandang Alvin sebelah mata karena status sosialnya. Tapi ada satu gadis yang cantik, ceria dan juga kaya begitu baik dan tak memandang status sosial seseorang. Gadis itu adalah Claire, dia mau berteman dengan Alvin di saat teman lai
Bugh... Tubuh Claire terhuyung karena seseorang mendorongnya ke pinggir jalan. Hampir saja Claire tertabrak oleh pengemudi mobil yang ngebut. "Claire!" pekikan teman-teman di sebrang jalan terdengar panik. Perasaan terkejut dan juga takut masih menguasai Claire, sampai dia tidak melihat siapa yang telah menolongnya. Perlahan Claire membalikkan tubuhnya dan melihat Tristan tidak sadarkan, gadis itu lebih terkejut lagi saat melihat darah mengalir di kening Bosnya itu. "Pak Tristan!" pekik Claire kaget. Spontan Claire memegang wajah Tristan dan mencoba untuk membuat pria itu tersadar. Alvin, Rendi dan Eva juga segera berlari ke sebrang jalan untuk menolong Tristan. "Bagaimana keadaanmu, Claire?" Alvin nampak sangat khawatir pada Claire, lalu pandangannya beralih kepada Tristan. "Aku baik-baik saja, Vin." Claire nampak sangat panik. "Karena Pak Tristan menolongku, akhirnya dia yang malah terluka!" Claire terlihat ketakutan, bahkan sampai menangis. Segera Alvin m
Claire memegangi perutnya, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan. Kram dan nyeri perut sering di rasakannya di saat hari pertama. Berbeda dari bulan kemarin, kali iki rasanya lebih nyeri, tapi Claire tahan karena setelah makan siang nanti akan ada rapat penting dan dia harus datang mendampingi Bosnya. Alvin, Eva dan Rendi datang untuk mengajak Claire makan siang di restoran chiken di dekat kantor. "Hai Claire, pekerjaanmu sudah selesei?" tanya Alvin sembari menepuk pundak Claire. "Sudah ini, oya kalian mau makan siang, bukan?" "Tentu, makannya kami kemari untuk mengajakmu." sahut Eva. "Ayo kita makan di restoran chiken dekat kantor, di sana ada menu spesial." ajak Rendi. "Sepertinya kalian pergi makan tanpaku. Aku sedang tidak enak badan." Tolak Claire lirih sembari meringis menahan nyeri haidnya. "Kamu sedang sakit?" Tanya Eva lagi. Belum sempat Claire menjawab, suara bariton milik Tristan mengagetkan mereka bertempat. "Siapa yang sakit?" Sont
Di atas Sofa dekat kolam renang, dengan Bella berada di dekapan suaminya, Marco. Mereka menikmati malam yang cerah dengan bertabur bintang. Setelah pertempuran panas mereka tadi, dengan tubuh hanya tertutup selimut, Marco dan Bella menikmati keindahan malam. "Jika berada di apartemen ini membuatku senang karena banyak kenangan indah yang kita lalui bersama, Baby." Bella terkekeh, susah 20 tahun lebih, tapi suaminya itu masih memanggilnya Baby. Tentu panggilan itu hanya akan di lakukan jika mereka tengah berdua saja. "Iya Mas, di tempat ini pertama kali kita bersama dan aku pertama kali menjadi Sugar Baby mu." Marco mengecup kening Bella. "Aku beruntung memilikimu, Baby." Pandangan Marco lalu tertuju ke arah kolam renang. "Lihatlah kolam renang itu, di sana kita menghabiskan waktu untuk bercinta." Sejurus kemudian Bella juga memandang kolam renang yang berwarna biru dengan airnya yang hangat. Dulu dia dan Marco bercinta di dalam kolam renang dengan begitu berg
"Mas, kenapa kamu mengajakku kemari?" Protes Bella pada Marco yang membawanya ke Apartemen lotus. "Aku merindukanmu, Sayang." Jawab Marco sembari mengecup lembut bibir Bella."Ish kamu ini Mas." Wajah Bella merona merah. "Kita sedang sibuk loh mengurus pernikahan Axel dan Sandra.""Oleh karena itu, Mas ingin mencuri waktu sibuk kita untuk menghabiskan waktu bersama." Kembali Marco menyesap bibir lembut Bella, walau hampir berusia kepala 5, Bella masih terlihat muda dan cantik.Perlahan Marco bahkan mengecupi leher jenjang Bella. Tawa kecil terdengar dari bibir Bella. "Mas, kamu ini gak sabaran terus."Tidak memperdulikan protes Istrinya, Marco justru membawa Bella ke atas ranjang mewah yang sudah dia siapkan.Tanpa melepaskan pagutannya, Marco mulai menindih tubuh Bella. Perlahan mulai membuka kancing kemeja berwarna skyblue yang di pakai Bella satu per satu. Menikmati Aroma bargamot dan lavender di setiap inci tubuh Bella.Perlahan Marco mulai melepas penutup kedua gunung kembar
Axel memanggil Claire berulang kali tapi tidak menyahut, gadis itu tengah melihat ke arah kolam koi sambil tersenyum. Pikiran Claire melayang ke tempat lain, pertemuan dengan Tristan di pagi hari tadi saat jogging membuatnya berbunga-bunga. Wajah tampan Tristan yang seolah menjadi daya tarik tersendiri untuknya. Entah perasaan apa yang menguasai Claire, gadis itu belum memahami betul yang terjadi kepadanya. Kesal adiknya tidak menyahut terus, Axel mendekati Claire yang masih saja asyik menatap ke arah kolam koi sembari tersenyum itu. "Claire.. Kakak panggil kamu dari tadi, sedang melamunin apa sih!" keluh Axel pada adiknya itu. Claire sontak kembali ke alam nyata dan menatap kakak laki-lakinya itu. "Kakak manggil aku?" "Iya, tapi kamu malah asyik melamun disini." Axel pura-pura sebal. "Kakak mau minta tolong sama kamu." "Iya maaf ka, Claire sedang memikirkan sesuatu tapi sudah lupakan saja, tidak penting kok. Kakak mau minta tolong apa?" Beruntung Axel tidak be
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Claire belum bisa tidur juga. Pikirannya teringat saat makan malam bersama Tristan. Dari waktu yang mereka habiskan, tampak sisi lain dari Tristan yang Baik dan hangat. Jantung Claire kembali berdetak lebih cepat, apalagi teringat saat Tristan membersihkan nasi yang menempel di bibir Claire. Claire segera menepuki kepalanya perlahan. "Apa yang kamu pikirkan, Claire!" Selimut tebal berwarna ivory itu segera di tariknya untuk menutupi seluruh tubuhnya, agar berhenti membayangkan tentang Tristan.Claire akhirnya tertidur begitu saja tanpa sengaja. Waktu berlalu begitu cepat, pagi segera menampakkan sinar matahari yang hangat dan cerah. Gadis cantik itu menggeliat, lalu terdiam sejenak dan berdecak. "Bahkan di mimpiku pun, Aku memimpikannya!" gerutu Claire merasa kesal pada dirinya sendiri. Claire memimpikan Tristan, pria itu sekarang seolah melekat dalam pikirannya. "Lebih baik Aku mandi lalu pergi berolahraga sa